Terdengar derap langkah kaki memasuki sebuah kamar mewah di Viston Hotel. Hotel bintang 5 yang menjadi salah satu hotel termewah di kota Ottawa-Kanada.
"Selamat siang tuan!"
"Hmm," hanya deheman singkat yang diberikan sang pria yang kini tengah menghadap sebuah jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan sungai Ottawa yang tenang.
"Hari ini nona Anna hanya mengajar 1 kelas setelah itu mengikuti rapat dengan guru yang lain. Tidak bertemu siapapun dan langsung pulang." Yang bersuara adalah Steve Matthew, asisten pribadi sang pria.
"Hmm," lagi. Hanya sebuah deheman pelan.
"Tuan Evan berpesan agar anda pulang ke mansion Montana. Beliau juga mengatakan kalau nona Emma sedang sakit." Hanya tarikan napas yang terdengar di ruangan besar nan mewah itu. Hingga tak lama sebuah anggukan kepala yang dilakukan pria itu menjadi jawaban untuk asisten pribadinya.
"Saya permisi tuan." Suara langkah kaki terdengar sepi dan diakhiri dengan suara pintu ditutup.
Mari kita sedikit berkenalan dengan pria angkuh ini.
Namanya adalah ALVARES MONTANA. Kalian bisa menyebut namanya Ares. Ya, pria dengan postur tegap tinggi itu adalah putra kandung dari pengusaha kaya raya di bidang properti Evan Montana. Berumur 30 tahun dan masih lajang. Sedang berada dalam masa-masa usia emas untuk meraih kesuksesan tapi tidak tertarik melakukan sebuah komitmen dalam hal pacaran apalagi menikah. Didoktrin dengan berbagai macam dendam dan kebencian membuat Ares tumbuh menjadi pria tanpa belas kasih. Sesuai arti namanya Ares si Dewa Perang.
Sang kakek yang punya rasa benci terhadap ibu tiri Ares, selalu mendoktrin pikiran Ares jika kematian ibu kandungnya disebabkan oleh ibu tirinya. Dan ketika dewasa nanti Ares harus membalaskan kematian sang ibu.
«««««
"Bagaimana keadaan Emma?" Evan Montana yang baru pulang kerja bertanya pada sang istri yang menyambutnya pulang di pintu depan mansion.
"Masih demam. Tadi Mama tanya bagaimana kalau ke dokter, tapi Emma tidak mau. Dia hanya ingin bertemu Ares." Kedua pasangan suami istri itu berjalan memasuki mansion.
"Anak itu entah kapan sadarnya dia. Tidak ingat umurnya. Mau sampai kapan main-main seperti ini?" Tuan Evan merasa kecewa melihat tindak tanduk putra sulungnya. Ini memang kesalahannya karena terlalu membiarkan ayahnya selalu berada disekitar Ares. Entah hasutan macam apa yang diberikan oleh sang ayah hingga membuat Ares begitu membenci kedua orangtuanya.
"Biarkan saja. Mungkin masih mencari jati diri. Umur segini kan biasanya sedang panas-panasnya. Biarkan saja dulu," walaupun sama kecewanya tapi Maya Lewis, ibu tiri Ares mencoba untuk bersabar.
"Tapi mau sampai kapan ?" Tuan Evan memegang ponselnya dan menghubungi asisten pribadi Ares.
"Baiklah. Aku tunggu."
«««««
Tring tring tring . . . . .
Terdengar suara ponsel yang menggema di dapur sebuah rumah di pinggir kota Ottawa.
"Halo selamat sore nona Sandra..." jawab seorang gadis setelah menerima panggilan dari sahabatnya.
"Sore jugaibu Anna yang paling cantik. Bagaimana hari ini ? Ku dengar tadi ada rapat,rapat apa memangnya ? Nona Emma juga katanya tidak masuk, benarkah itu ?" Begitulahsahabatnya, selalu merepet seperti kereta api jika ada sesuatu yang pentingterjadi tapi dia tidak tahu.
Anna mendecakan bibirnya. "Bagaimana aku akanmenjawab 3 pertanyaanmu sekaligus yang merepet itu ?" Terdengar suara kekehandari seberang sana.
"Maaf, jadibagaimana ? Jika bisa tolong dirangkum yaah ibu Anna."
"Tadi rapat mengenai evaluasi diri siswa dan yangaku dengar nona Emma sepertinya sedang sakit.Oh iya, kenapa hari ini kau tidak masuk ?" Anna bertanya balik sambil merebusair di panci kecil.
"Diare!" suara Sandra terdengar kesal sedangkan Anna terkekeh kecil
"Sudah ku larang kemarin jangan makan yang pedas,tapi masih saja keras kepala. Kasihan sekali si Jimmy, bisa mendapat gadis keraskepala sepertimu." Anna masih terus tertawa pelan mendengar suara misuh-misuhdari seberang, hingga terdengar suara 'sreekk'
"Kau sedang memasak mie ?" Sandra bertanya setelah mendengar suara seperti plastik disobek. "Iyah, mie rebus. Kenapa ?" Anna pernah ke Indonesia untuk urusan pekerjaan dan disanalah untuk pertama kalinya ia mencicipi mie rebus dan langsung jatuh hati. Gadis itu bahkan menstok produk itu lumayan banyak di dapurnya.
"Gaji kita itu lumayan besar, kenapa malah makan mie ? Apa tidak ada makanan lain ? Kau juga pintar masak." Sandra seperti mendecakkan lidah.
"Hanya ingin saja. Sudah yah, sepertinya ada panggilan yang masuk. Hmm, aku tutup."
Sambil membuka bumbu mie rebusnya, Annamemperhatikan layar ponselnya yang menampilkan panggilan dari 'Ayah'
«««««
Mansion Montana
"Selamat datang tuan muda Ares," seorang kepala pelayan terlihat membukakan pintu mobil dan menyapa sang tuan mudanya. Tak ada jawaban, hanya suara langkah kaki yang terdengar memasuki mansion.
Di ruang tengah terlihat ibu tirinya sedang menyulam. Mencoba membuang senyum sebagai sapaan walau tahu tak akan pernah digubris oleh putra sambungnya.
Ares mulai menaiki tangga menuju kamar Emma, adik perempuannya. Emma Montana. Saudara se-ayah beda ibu, putri dari Evan Montana dan Maya Lewis. Ada yang aneh ? Tentu saja! Membenci ibunya tetapi menyayangi putri dari ibu tirinya ? Kenapa ? Apa kepalanya terbentur benda tumpul ?
Dulu, Ares juga membenci Emma. Selalu tidak ingin bersama Emma, entah bermain atau ingin bepergian kemana saja. Ares tidak ingin ada ibu maupun adik tirinya. Hingga suatu ketika saat Ares berumur 6 tahun, Emma yang saat itu berumur 4 tahun mengejarnya untuk bermain bersama namun Ares bersikeras menolak dan pergi meninggalkannya. Sampai dia melihat bagaimana adik perempuannya terjatuh dan menangis sesenggukan. Seketika hatinya terpukul terlebih saat melihat lutut Emma yang berdarah lumayan banyak karena sempat mengenai benda tajam semacam potongan kaca. Tanpa dia sadari tangannya terulur dan mengusap air mata sang adik. Sejak saat itulah sikap Ares mulai melunak pada Emma. Hanya kepada Emma!
Di lantai 1 Mansion
"Dimana dia ?" Tuan Evan yang baru saja keluar kamar langsung menghampiri sang istri yang masih menyulam. "Sedang di kamar Emma, tolong jangan bertengkar Pa" Maya menatap sang suami dengan tatapan memelas, memohon agar suaminya sedikit lebih bersabar lagi. Entah kenapa Maya memiliki firasat bahwa Ares akan sadar dan kembali kepada mereka. Namun entah kapan.
"Papa akan coba." Tuan Evan terlihat memijat keningnya kala mengingat putra sulungnya.
'Dendam? Dendam apa yang ingin kau balaskan nak?'
«««««
Anna baru saja keluar dari dalam kamar mandi saat ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk. Wajahnya terlihat bingung 'Nomor disembunyikan? Siapa?'
"Halo, selamat malam." Walau tidak tahu siapa sang penelpon tapi Anna harus tetap menggunakan sopan santunnya.
"Anna Harley.Kita bertemu besok. Sampai jumpa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GUY
ActionKesalahan informasi yang diterima Ares membuat ia melakukan kesalahan besar yang tidak akan pernah ia sesali seumur hidupnya. Alvares Montana, pria dengan perangai tenang yang tidak suka mengusik orang lain. Namun jika ada yang mengusik hidupnya mak...