THAT GUY BAB 21

675 81 5
                                    

Hari ini Emma akan kembali bekerja. Setelah absen karena menjaga sang mama, gadis itu kini kembali untuk memantau yayasan. Akan ada kegiatan festival musik yang digelar untuk para siswa dan ia akan ikut membantu meskipun hanya sedikit saja nanti.

Saat ini Emma sedang berada dalam mobil yang dikendarai oleh Billy. Pria itu sebenarnya cukup kesal lantaran harus bolak-balik rumah sakit dan mansion keluarga untuk mengantar si tuan putri.

"Kenapa harus aku yang mengantarmu? Pengawal kakakmu ada banyak." Billy berujar dengan kesal. Ada hal penting yang harus ia lakukan tapi karena Emma ia harus menundanya. Sedangkan Billy bukan tipe orang yang suka menunda sesuatu.

"Semalam kau bilang akan pergi hari ini, makanya aku ikut biar sekalian. Lagipula pengawal disana sudah punya tugas masing-masing, kasihan jika harus diganggu." Ucap Emma sambil menatap pria disampingnya dengan senyuman manis.

"Kau pikir aku juga tidak punya tugas? Asal kau tahu saja, tugasku mungkin lebih berat dari pada mereka." Tandas Billy.

"Memangnya apa masalahnya sih, menganta-"

Brak!

Sebuah mobil tiba-tiba menabrak dari arah kiri. Billy tidak sempat menghindar karena mobil penabrak awalnya diam namun bergerak dengan tiba-tiba saat mobil Billy mendekat. Tak ada luka berat, hanya sedikit lecet karena tubuh mereka yang terpental. Beruntungnya tabrakan itu mengenai badan mobil bagian belakang.

Prang! Prang!

"Aaaaa!" Emma berteriak saat kaca pintu mobil sebelah kanan dipukul dari luar.

"Siapa mereka?!" Pekik Emma ketakutan.

"Keluar!" Teriak pria yang memecahkan kaca. Mereka melihat keluar dimana para pria itu memegang senjata. Ingin melawan pun akan sulit karena ada Emma.

Billy mengangkat kedua tangannya, berbisik pelan pada Emma, "Tenanglah. Jangan takut dan jangan lakukan hal yang bisa memancing amarah mereka, kau mengerti?" Emma hanya bisa mengangguk.
Keduanya keluar lalu dipaksa berlutut dibawah todongan pistol. Pria itu memindai area sekitar, tempat yang mereka lalui adalah tempat yang cukup sepi. Jalur ini ditempuh untuk menghindari macet. Enam orang. Lima orang yang menodong senjata dan satunya lagi ia kenal, Vito. Berdiri dengan sombong di depannya.

"Dimana Ares menyembunyikan harta milik tuan Eric?" Vito menempelkan moncong pistol pada pelipis Emma yang sudah menangis ketakutan.

"Aku tidak tahu!" Jawab Billy menatap tajam pada Vito.

"Jangan berbohong sialan!" Sentak Vito.

Billy terdiam sebentar, situasi ini cukup berbahaya untuk Emma. Mau tidak mau, "Aku akan memberitahumu, tapi bisakah kau melepaskannya dulu?"

"Tidak bisa! Dia yang akan jadi jaminan jika kau membohongiku." Vito tertawa. Ia tak akan tertipu oleh bawahan Ares ini.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu kesana, tapi kau harus melepaskan gadis itu begitu sampai disana. Jika tidak, silahkan tanya langsung pada Ares."

Vito tampak berpikir. Tapi kemudian mengangguk, "Baiklah. Ayo pergi!" Mereka akhirnya kembali kedalam mobil dengan Billy dan Emma yang diikat kedua tangan dan dijepit dibagian tengah agar tidak kabur. Mobil Emma dibawa oleh anak buah Vito.

"Apa kakek Eric yang menyuruhmu melakukan ini?" Tanya Emma dengan berderai air mata. Bagaimana bisa kakeknya tega melakukan hal keji seperti ini?

"Seandainya kakak bodohmu itu tidak mengganggu tuan Eric, ini semua tidak akan terjadi. Jika sesuatu terjadi padamu, itu bukan salah kakekmu tapi salah kakakmu yang bodoh itu!"

Billy tergelak, "Hadapilah dia secara langsung. Baru kau akan tahu, kakaknya itu bodoh atau gila."

«««««

THAT GUYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang