Pukul sepuluh malam, Ares baru tiba. Matanya menatap jam dinding. Keningnya mengerut melihat putranya masih asik bermain di atas tempat tidur. Tidak ada sapaan terlebih dahulu karena pria itu langsung menuju pintu kamar mandi setelah mematikan ponselnya.
"Siapkan pakaianku." Pintanya pada Anna lalu masuk ke dalam. Selesai mandi ia menuju ranjang untuk mengambil pakaiannya. Anna pikir Ares akan kembali ke kamar mandi tapi pria itu justru memakai pakaiannya disamping ranjang di bawah tatapan Noah. Sedangkan Anna sudah membuang pandangan ke arah lain, merasa risih.
"Aah!" Pekik Noah melihat Ares yang mendekat padanya.
"Kenapa belum tidur?" Tanya Ares yang kini ikut berbaring disamping putranya. Noah perlahan membalik badannya dan menarik kaus ayahnya.
"Dia tidur cukup lama tadi, makanya belum bisa tidur lagi sepertinya." Jelas Anna.
"Mau makan?" Anna bertanya. "Bisa buatkan aku sesuatu yang lain? Cemilan atau apapun, asalkan jangan makanan berat." Anna berpikir sebentar, mereka membeli banyak buah setelah Noah mulai tumbuh gigi.
"Salad buah mau?" Ares mengangguk. Anna keluar untuk membuat keinginan calon suaminya.
Calon suami? Entahlah, Anna bimbang dengan perasaannya. Dulu, ia begitu menyukai lelaki itu, namun kemudian berubah menjadi benci ketika kesalahpahaman itu terjadi. Tapi saat hamil, ia justru ngidam ingin bertemu dengan Ares. Dan begitu Noah lahir, gelombang kebencian itu perlahan mulai mereda. Wajahnya yang seperti tiruan Ares, selalu mengingatkannya akan perasaan yang ada di hatinya sebelum Ares menuduh ibunya.
"Kau setia sekali Anna," lirihnya pelan.
Ares meletakan tangan kirinya di depan wajah Noah. "Cepat pijat tanganku," ujarnya yang dibalas Noah dengan tawa lucunya. Memeluk kuat tangan ayahnya dan mulai mengoceh sampai kalimat itu keluar lagi, "Pa~" membuat Ares lagi-lagi terdiam sejenak. Masih takjub dengan kalimat pendek itu.
"Pct! Jangan membuat perutku mulas lagi. Pijat saja, jangan banyak mengoceh." Menutup matanya dan membiarkan Noah menggigit tangannya dengan gusi anak itu.
Tak lama Anna datang dengan mangkuk berisi salad buah dan segelas air. Membangunkan Ares untuk memakan salad buatannya.
Noah menatap ayahnya yang sedang makan. Ares menoleh pada Anna, "Dia boleh makan ini?" Anna mengangguk, "Berikan dia pisang," jawabnya. Buah itu dipilih karena lebih lunak sehingga mudah untuk dikunyah oleh bayi.
Ares lalu mengaduk salad itu untuk mencari potongan buah pisang, "Mana yang pisang?" Anna menepuk dahinya, "Kau tidak tahu pisang?"
"Pct! Mana aku peduli pada buah itu, cepat ambilkan untuknya." Pria itu menyodorkan mangkuk pada Anna yang menggeleng pelan. Pemimpin perusahaan besar tapi tidak tahu buah pisang?
Anna memangku Noah dan menaruh potongan buah ditangan kecilnya yang langsung diemut putranya. Anak itu sudah diajarkan untuk menggenggam dan memasukan makanan ke dalam mulutnya.
Setelah salad buahnya habis, Ares menyerahkan mangkuk pada Anna lalu ia mengambil Noah. "Tidurlah, biar aku yang menjaganya." Membersihkan tangan putranya sebelum akhirnya ia bangkit untuk meminum air putih, mengambil remote dan menyalakan televisi lalu kembali berbaring dengan Noah didadanya. Mencari tayangan olahraga untuk ditonton. Anna bergabung bersama dua lelaki itu diatas ranjang setelah mencuci mangkuk.
"Serius sekali," ujar Anna tersenyum melihat Noah yang menonton pertandingan basket di televisi. Letak tv yang cukup tinggi membuat Noah juga bisa ikut melihatnya.
"Aah!" Bayi itu memekik, merasa terganggu karena pipinya ditusuk-tusuk pelan oleh ibunya.
"Kenapa selalu berteriak?" Noah abai pada ucapan ayahnya. Ia tetap fokus pada tayangan di layar datar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GUY
ActionKesalahan informasi yang diterima Ares membuat ia melakukan kesalahan besar yang tidak akan pernah ia sesali seumur hidupnya. Alvares Montana, pria dengan perangai tenang yang tidak suka mengusik orang lain. Namun jika ada yang mengusik hidupnya mak...