Anna baru saja selesai menata menu makanan di atas meja makan. Setelah itu ia masuk ke dalam kamar untuk bersiap mandi. Noah sedang berbaring di atas dada ayahnya sambil menonton pertandingan bola basket di ponsel. Dua lelaki itu serius menonton, tak terganggu sama sekali dengan Anna yang berjalan mondar-mandir menyiapkan pakaian.
Selesai mandi, Anna keluar dan mengeringkan rambutnya masih dengan suara-suara komentator dan sorakan penonton dari dalam ponsel milik suaminya. Seperti inilah mereka jika sudah menonton basket, tidak akan setengah-setengah. Harus sampai selesai jika tidak mereka berdua akan meriang sepertinya.
"Makan dulu," ujar Anna yang kini sudah berada disamping ranjang.
"Hmm, sebentar lagi." Ares menjawab dengan pandangan yang masih fokus pada layar ponsel.
"Ayo am," Anna menoel pipi bulat putranya. Noah masih terpaku pada ponsel namun tangan gemuknya terangkat dan memegang pipinya yang baru saja ditoel ibunya. Tangan besar Ares ikut merangkum pipi dan tangan Noah. Menghalau Anna yang mengganggu kegiatan mereka.
Menghela napas pelan, wanita itu akhirnya berjalan keluar dan tak lama berselang kembali masuk kamar dengan membawa makanan. Yang di piring untuk Ares dan yang di mangkuk untuk Noah.
"Ayo makan." Anna menyodorkan sesendok berisi makanan pada suaminya. Ares membuka mulutnya tanpa mengalihkan pandangannya. Menerima dan mengunyah makanan sambil terus menonton.
"Noah, ayo makan." Noah membuka sedikit mulutnya. Ayah dan bayi itu mengunyah sambil terus menonton.
"Minum," pinta Ares. Anna menyodorkan segelas air putih namun karena fokusnya tertuju pada pertandingan, Ares menumpahkan air tersebut ke atas kasur. Bahkan ada yang mengenai kepala Noah hingga bayi itu sempat terkejut.
Anna melototkan matanya, "Ya ampun Alvares! Kenapa bisa tumpah?"
Ares menelan ludahnya dalam-dalam, "Itu tadi, ada itu apa itu tadi Noah ..."
"Kalian berdua keluar." Anna berujar dengan tenang.
Ares bergegas bangun dan turun dari ranjang dengan Noah yang mengeratkan pelukan pada ayahnya. Matanya menatap pada ibunya tanpa mengoceh seperti biasanya.
"Kenapa masih disini?" Anna menoleh ke belakang dan mendapati Ares dan Noah yang melihatnya melepas sprei kasur.
Dua lelaki itu akhirnya keluar dalam diam. Tidak ada suara sama sekali. Bahkan suara ribut dari ponsel tadi juga mendadak menghilang.
Ares duduk diatas sofa. Sesekali mengintip ke dalam kamar. Tak sengaja, tangannya menyentuh kepala Noah yang lembab.
"Kau basah?" Dengan cepat Ares memasukan Noah ke dalam bajunya. Menyembunyikan putranya di dadanya lalu mengusapkan bajunya ke kepala Noah yang berontak karena terbungkus.
Ares memperbaiki posisinya hingga kepala Noah keluar dari kerah baju sang ayah yang cukup lebar. Jadilah satu baju namun dipakai oleh dua orang.
Lelaki dewasa itu berjinjit pelan, mendekati pintu kamar untuk melihat istrinya yang sedang mengeringkan sprei menggunakan kipas angin tua yang memang berada di dalam sana sejak mereka tiba. Setelah mengintip, ia kembali duduk di sofa.
"Ini semua gara-gara kau." Sungutnya, melemparkan kesalahannya pada putranya.
"Paaa~" Suara merdu Noah menyapa gendang telinganya.
Ares tersenyum lima jari, "Iya aku yang salah. Tapi kenapa dia bisa semarah itu? Apa kau nakal makanya istriku marah? Cepat kau mengaku!" Lagi dan lagi ia menuduh bayi kecil itu.
"Uuuuu..." Noah menjawab dengan ocehannya.
"Pct! Sudahlah, percuma bicara denganmu. Tidak pernah bisa menjawab dengan benar." Ia menata bantalan sofa kemudian berbaring. Noah memeluk leher ayahnya dan menelusupkan kepalanya disana. Setelah makan, mereka mulai mengantuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
THAT GUY
ActionKesalahan informasi yang diterima Ares membuat ia melakukan kesalahan besar yang tidak akan pernah ia sesali seumur hidupnya. Alvares Montana, pria dengan perangai tenang yang tidak suka mengusik orang lain. Namun jika ada yang mengusik hidupnya mak...