THAT GUY BAB 32

513 80 9
                                    

Tamu-tamu penting mulai berdatangan untuk melayati keluarga Montana yang sedang berduka. Sejak kedatangannya setengah jam yang lalu, Pascal Johnson yang kini menduduki jabatan sebagai menteri pertahanan Kanada masih duduk berbincang bersama keluarga Montana.

Ares juga ikut bergabung, disebelahnya ada sang sahabat Nando. Pria berlesung pipit itu mengedarkan matanya untuk mencari seorang wanita yang sudah mencuri perhatiannya beberapa saat yang lalu. Namun sayang seribu sayang, baru pertama kali jatuh hati tapi sekalinya jatuh malah pada wanita milik orang lain. Wanita itu adalah calon istri dari si pria bengis disebelahnya, malang sekali nasibnya.

Ares menghela napas malas melihat Nando yang kini menatap tajam padanya. "Dari mana kau mendapatkan wanita dengan spek bidadari seperti itu? Kau memaksanya? Ckckck, kasihan sekali dia." Polisi itu berbisik sembari memasang wajah sedih.

"Ah! Aku ingat, dia yang kau simpan fotonya kan? Benar kan Steve?" Pekiknya pelan, menarik lengan kanan Steve yang berada disebelahnya.

Matanya lalu melebar saat terlintas sebuah kenangan setahun lalu, "Benar! Dia juga yang kau cari sampai mabuk seperti orang gila itu kan? Bahkan kau dihajar sampai babak belur oleh seseorang yang kau bilang tidak bisa melawannya karena suatu alasan. Itu dia kan?! Waaah, tak ku sangka sang dewa Ares sudah ditaklukan sejak lama, tapi bukankah ini tak adil? Kenapa dewi secantik dia bisa bertemu dengan manus-hmm..." Steve dengan cepat menutup mulut sahabat bosnya karena terus mengoceh tidak jelas didekat para tamu penting yang hadir.

"Ares, kemarilah!" Tuan Evan meminta putra sulungnya untuk mendekat padanya, "Ini tuan Pascal, menteri pertahanan kita sekarang. Beliau bilang ada yang ingin dia bicarakan dengan kita." Ujarnya.

Ares mengangguk dan para pria itu berjalan beriringan memasuki sebuah ruangan kosong yang sudah disediakan oleh ajudan sang menteri. Namun saat akan masuk kedalam, Pascal Johnson mendengar suara tangisan anak kecil. Pria itu mengedarkan matanya untuk mencari sumber suara dan mendapati seorang wanita muda yang tengah menenangkan bayi tersebut.

"Itu calon menantu dan cucu saya tuan," ujar tuan Evan menjelaskan. Ares mendekati wanita tersebut yang adalah Anna dan mengambil Noah dalam rengkuhannya. "Istirahatlah, biar aku yang menjaganya." Ujarnya kemudian mengecup pelan pelipis Anna.

"Bawa saja dia masuk kedalam, sepertinya dia ingin ikut bersama ayahnya." Pascal Johnson tersenyum melihat bayi dalam pelukan Alvares.

Akhirnya semua masuk kedalam dan duduk di sofa yang tersedia. Noah sudah tenang dan kedua mata kecilnya mulai terlihat sayu, sesekali kelopak matanya ingin tertutup namun kembali terbuka. Tingkah lucu bayi bulat itu memancing tawa bahagia di wajah tuan Pascal.

"Maaf, diusiaku yang sudah lanjut ini aku belum memiliki cucu jadi saat melihat anak kecil rasanya bahagia sekali." Tuturnya saat semua mata para pria disana menatapnya aneh.

Alex Lewis berdehem, "Jadi, ada yang ingin kami jelaskan pada kalian mengenai penangkapan mendiang. Sore itu memang kami ke rumah beliau untuk menangkapnya tapi bukan pihak kami yang menembak beliau. Peluru yang bersarang di tubuhnya bukan berasal dari pihak CSIS."

Semua langsung fokus pada adik dari Maya Lewis itu. "Ada dua kemungkinan. Yang pertama, beliau menembak dirinya sendiri karena pelurunya cocok dengan senjata yang kami temukan di dekat mendiang. Yang kedua, ada kemungkinan beliau ditembak oleh orang lain. Hal itu sudah kami pastikan setelah mendapat hasil dari pihak forensik. Luka tembak yang dialami mendiang sudah terjadi beberapa saat sebelum terjadi kontak dengan pihak kami."

"Sidik jari yang ditemukan di pistol itu hanya sidik jadi mendiang saja?" Tebak Nando. Kasus ini sepertinya cukup menarik minatnya. Bayangkan, jika ia berhasil memecahkan kasus ini maka jabatan seperti apa yang akan ia dapatkan nanti?

THAT GUYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang