Setelah mengantar Reina kerumahnya, Farel langsung pulang menuju apartemennya. Sesampainya ia disana, ia langsung merebakhan dirinya di atas king size nya tanpa melepas seragamnya. Mungkin karena kelelahan, ia langsung masuk ke dalam mimpinya.
****
Matahari sudah menyapa dunia. Semua orang sedang bersiap dengan aktifitas masing-masing. Tidak terkecuali dengan Reina, gadis itu juga sudah siap dengan seragam sekolahnya.Ia langsung bergegas untuk berangkat sekolah. Ia langsung menuju gerbang rumahnya, niatnya ingin berangkat sekolah lebih pagi agar dapat menghindar dari Farel. Namun baru saja ia sampai di gerbang, cowok tersebut sudah ada disana dengan motor spornya yang sudah diperbaiki.
"Pagi Rei," sapa Farel dengan senyum manisnya.
"Ngapain sih lo pagi-pagi ke rumah gue," ketus Reina.
"Ya mau jemput pacar gue lah," jawab Farel.
"Oh yaudah silakan," ucap Reina dan berniat pergi meninggalkan Farel, namun dengan cepat pergelangan tangan nya dicekal oleh Farel.
"Lah lo mau kemana?"
"Ya ke sekolah lah, emang mau kemana lagi."
"Bareng gue dong. Gue mohon Rei. Gue nggak mau lo berangkat sendiri," mohon Farel.
Reina berpikir sejenak. "Yaudah, gue mau berangkat bareng lo."
"Yes! Thanks sayang," ucap Farel kegirangan.
Farel langsung membantu Reina untuk menaiki motornya. Setelah itu ia langsung menjalankan motornya menuju ke sekolah mereka.
Di dalam perjalanan tidak adak yang membuka obrolan sama sekali, meskipun Farel sengaja memperlambat laju motornya.
Farel sesekali melirik ke arah Reina melalui kaca spion motornya. Dapat ia lihat ada kegelisahan yang terpancar dari wajah gadis tersebut. Namun ia enggan untuk menanyakannya sekarang. Biarlah mereka sampai di sekolah.
Selang beberapa puluh menit, motor Farel sudah terparkir rapi di parkiran sekolah.
Reina berniat pergi ke kelasnya, namun lagi-lagi pergelangan tangan nya dicekal oleh Farel.
"Tadi mikirin apa, kayak gelisah banget?" tanya Farel.
"Rel," panggil Reina, namun nada suara gadis tersebut terdengar lembut.
"Kenapa? Lo sakit, atau kenapa?" tanya Farel.
"Lo mau janji sama gue?" tanya Reina.
"Lo mau gue janji apapun, pasti gue lakuin," jawab Farel.
"Seandainya gue pergi, gue nggak mau liat lo sampai nangis. Gue cuma mau lo janji itu."
"Lo nggak akan pergi kemana-mana. Lo akan tetap ada di samping gue sampai kapanpun," tegas Farel.
Entah kenapa hatinya merasa gelisah mendengar penuturan gadis tersebut.
"Gue capek Rel, gue mau pergi. Jadi lo jangan nangis ya, gue tau lo cowok kuat," ucap Reina.
'Grep!'
Farel langsung mendekap gadis tersebut. Ia tak lagi mau mendengar kata-kata 'pergi' dari mulut gadis tersebut.
"Lo boleh marah sama gue, lo boleh pukul gue sepuas lo. Tapi, gue nggak mau lo ngomong katak gitu lagi, gue mau lo tetap ada di samping gue," ucap Farel.
Reina mengurai pelukan mereka. Ia langsung memberikan senyuman manisnya kepada Farel. Sedangkan Farel, cowok itu benar–benar merasa heran dengan perubahan tiba–tiba dari gadis tersebut.
"Kita ke kelas yuk. Lo anterin gue ke kelas ya, walaupun untuk terakhir kalinya" pinta Reina.
"Gue akan selamanya anterin lo ke kelas lo, sampai kita tamat Rei," ucap Farel.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)
Random"Farel!" teriak seorang gadis. Jika dilihat maka dapat dipastikan ia sekarang sedang menahan emosinya. "Kenapa?" tanya cowok yang disebut Farel. "Lo, masih nanya kenapa! Setelah lo kempesin ban mobil gue, hah!" maki gadis tersebut. "Itu setimpal den...