CHAPTER 8

2.8K 104 0
                                    

Kini Reina sedang menyusuri koridor sekolah yang cukup ramai. Ia berjalan sambil mengoceh tidak jelas.

Banyak pasang mata yang menatapnya karena mengoceh sendiri. Namun tidak ada yang berani menegur atau menyapanya karena mereka tau bagaimana sifat Reina.

Namun saat berada di tengah koridor, pergelangan tangan nya ditarik oleh seorang pria.

"Apasih lo! Main narik orang aja," kesal Reina, dan menepis tangan orang tersebut.

"Gue cuma mau ngomong sama lo," kata pria tersebut.

"Udah to the point aja, nggak usah banyak bacot!"

"Kenapa sih, lo selalu aja ketus sama gue, salah gue apasih Rei?"

"Kalo lo cuma mau ngomong itu, yaudah gue pergi," ucap Reina.

"Jangan dong. Gue cuma mau bilang, osis mau adain camping untuk sekolah kita, jadi gue mau lo ikut, ya, " ucap pria tersebut.

"Reina pasti ikut, tapi lo nggak boleh dekat-dekat sama dia," suara bariton tersebut langsung membuat kedua orang tersebut menoleh ke sumber suara.

"Lo siapanya Reina sih, sampai ngelarang gue dekat sama Reina?" tanya pria tersebut.

"Lo nggak perlu tau gue siapanya Reina, yang penting jangan pernah deketin Reina, Reza Pratama,"ucap orang tersebut seraya  menekan nama Reza. Setelah itu ia langsung menarik pergelangan tangan Reina menuju rooftop  sekolah.

Reza Pratama_ seorang ketua osis di sekolah tersebut. Ia sudah sejak lama menyimpan perasaan terhadap Reina, namun selalu ditolak oleh Reina.

*******

"Duduk!" titah Farel. Ya, karena orang yang menarik pergelangan tangan Reina adalah Farel.

Reina memutar bola matanya malas. "Mau lo, apasih?" tanya Reina.

"Mau gue lo duduk sekarang," ucap Farel seraya menepuk kursi disebelah nya.

Ceklek!

Pintu rooftoop terbuka dan menampakkan Alam di disana, yang sedang menenteng kantong plastik yang ntah apa isinya.

"Nih, yang lo cari. Udah gue langsung balik aja, nggak mau jadi nyamuk gue," ucap Alam dan pergi meninggalkan kedua sejoli tersebut.

"Duduk Rei!" titah Farel, namun Reina sama sekali tidak menanggapi nya.

Karena kesal, dengan sekali hentakan, Farel langsung menarik Reina, sehingga Reina jatuh tepat di atas pangkuannya, ai pun dengan sengaja mengunci pergerakan Reina agar ia tidak bisa kabur.

"Apa–apaan sih lo, lepasin gue sekarang!" teriak Reina.

"Nggak usah teriak, kebiasaan deh. Udah sekarang lo diam," ucap Farel.

"Iihh, nggak mau. Lepasin gue Farel!"

"Iya, gue lepasin tapi jangan kabur, duduk disini."

Akhirnya Farel melepas Reina. Ia pun menepuk bagian kursi di sampingnya.

"Duduk, sekarang!"

"Iya, bawel banget sih lo jadi laki," gerutu Reina.

Farel tidak menghiraukan ucapan Reina, ia langsung menangkup pipi Reina, dan mulai mengompres pipi Reina yang terkena tamaparan Laura, dengan es batu yang tadi dibawa Alam.

Reina? Jangan ditanya lagi, ia benar–benar kaget dengan semua perlakuan Farel terhadapnya. Ia mengamati setiap inci wajah Farel, dari jarak yang dekat. Ia akui wajah Farel memang tampan, jadi tidak salah jika banyak cewek yang tergila-gila kepada nya.

"Gue tau, gue ganteng. Tapi nggak usah diliatin gitu juga, gue cuma milik lo kok, jadi tenang aja," ucap Fare.

Reina langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Pipinya sekarang sudah merah, seperti kepiting rebus.

Farel menghadapkan tubuh Reina ke arahnya, dan menangkup pipi chuby Reina.

"Dengerin gue, Rei. Gue sama Laura nggak ada perasaan apa–apa, cuma dia aja yang deketin gue, kalo perasaan gue cuma buat lo," ucap Farel.

"Emang gue peduli gitu, mau lo pacaran kek, nggak kek itu lo urusan lo bukan urusan gue," ketus Reina.

"Sekarang mungkin lo nggak peduli tapi nanti, gue yakin lo akan peduli," ucap Farel.

"Mendingan mulai sekarang lo stop deketin gue deh, gue cuma nggak mau mereka libatin gue dalam masalah percintaan kalian. Cukup masalah yang ada di dalam hidup gue, Rel. Nggak usah ditambah tambah lagi, ini aja gue rasanya udah nggak sanggup buat ngejalanin hidup gue," lirih Reina, dan tanpa terasa buliran halus keluar dari matanya.

Grep!

Farel tidak tau lagi berbuat apa, ia langsung membawa Reina kedalam dekapannya. Ia tak tau masalah apa yang dihadapi gadisnya hingga ia terlihat begitu terpuruk. Inilah pertama kalinya Farel melihat Reina mengeluarkan air matanya. Entah kenapa ia ikut terluka melihat Reina menangis. Mungkin ia sudah benar–benar mencintai Reina, bukan hanya sebatas obsesi tapi benar–benar cinta.

"Apapun yang terjadi, gue nggak akan lepasin lo, lo udah buat gue jatuh cinta. Jadi siapa pun yang gangguin lo, maka harus berurusan sama gue. Dan apapun masalah lo, lo harus ingat, kalo gue akan selalu ada buat lo Rei, jadi gue mohon, jangan pernah keluarin air mata lo lagi," ucap Farel seraya mengelus punggung Reina.

BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang