CHAPTER 43

844 35 0
                                    

    Malam sudah menggantikan siang, matahari sudah terbenam ke upuk barat. Farel kini sedang berada di rumah Reina, sedari tadi pemuda itu terus membujuk Reina untuk mau diperiksa ke rumah sakit.

"Ayo lah sekali ini aja kamu turutin aku," ucap Farel.

"Aku nggak pa-pa Farel, ngapain kita harus ke rumah sakit sih," gerutu Reina.

"Tapi aku khawatir Rei, muka kamu masih pucat," kata Farel.

Dret dret!

Ponsel Reina bergetar menandakan sebuah panggilan masuk.

["Ada apa?" ] tanya Reina kepada orang di seberang.

"...."

["Apa! Kok bisa? Gue ke sana sekarang!"] kaget Reina dan langsung mematikan panggilan sepihak.

"Kenapa?" tanya Farel.

"Kita ke rumah sakit sekarang," ucap Reina dan langsung berlari ke luar rumah.

"Kamu sakit, kok nangis sih?" tanya Farel.

"Ayo hiks...ke rumah sakit hiks...." isak Reina.

"Iya-iya, tapi jangan nangis," ucap Farel dan langsung mengendarai motornya menuju rumah sakit tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.

*****
Sesampainya di area rumah sakit, Reina langsung berlari masuk tanpa memperdulikan Farel. Ia masuk ke ruangan yang tadi sudah diberitahu oleh Pisty di telpon.

Ceklek!

Reina membuka pintu ruangan itu, nampak lah Sindy yang sudah terbaring lemah di atas brankar.

"Hiks Sin lo kenapa?" tanya Reina.

"Gue nggak pa-pa, jangan nangis dong, masa queen the angel nangis," ucap Sindy.

"Lo kenapa nggak pernah ngomong kalo lo sakit parah, hikss...lo nggak anggap gue...hiks sebagai sahabat lo?" ucap Reina.

"Umur gue nggak lama lagi Rei, gue nggak mau buat kalian sedih kalo tau gue kayak gini," lirih Sindy yang berusaha berbicara dengan sisa tenaganya.

"Kalian harus bisa tanpa gue, lo nggak boleh ceroboh lagi Na," ucap Sindy.

"Nggak! Kami masih butuh lo, lo harus hiks...bertahan," ucap Reina.

"Gue udah nggak kuat Rei," lirih Sindy.

"Titip salam buat nyokap sama bokap gue," sambung Sindy.

"Kak Sindy jangan kayak gini, kasian kak Daren kalau lihat kaka kayak gini," ucap Icha, yang hanya ditanggapi senyuman oleh Sindy.

Ceklek!

Pintu ruangan terbuka dan menampakkan Daren di sana. Daren diam mematung melihat keadaan Sindy yang sudah tak berdaya di atas brankar.

"Sini Ren!" panggil Sindy.

Daren berjalan tanpa sepatah kata pun ke arah Sindy. Sindy menampakkan senyumannya untuk Daren.

"Jangan senyum!" gertak Daren, namun tetap ditanggapi dengan senyuman manis oleh Sindy.

"Ini alasan lo ngehindarin gue, bukan karena lo benci sama gue, iya kan?" tanya Daren.

"Mana bisa gue benci sama lo, gue sengaja ninggalin lo karena gue udah tau kondisi gue. Gue emang kecewa sama lo, tapi rasa kecewa gue dikalahin sama rasa cinta gue ke lo," tutur Sindy.

"Kenapa nggak pernah ngomong?" tanya daren

"Gue nggak mau lo nangis kalo gue pergi nanti," ucap Sindy.

"Lo ngga akan pergi kemana pun, lo nggak boleh siksa gue kayak gini, gue belum tebus kesalahan gue ke lo. Gue mohon jangan nyerah," kata Daren.

"Can you hug me Daren? Please!" ucap Sindy.

Daren langsung memeluk Sindy dengan erat. "Gue mohon jangan tinggalin gue untuk yang kedua kalinya," lirih Daren tanpa sadar air matanya mulai membasahi pipinya.

"You have to stay strong without me, ok," ucap Sindy dalam dekapan Daren.

"Lo harus tetap bareng gue!" tegas Daren.

Lama mereka berpelukan, tapi Daren tidak lagi merasa ada pergerakan dari Sindy.

"Sin, Sindy," panggil Daren, namun tidak ada sahutan sama sekali.

Daren melepas pelukannya dan melihat Sindy yang sudah menutup rapat-rapat kedua matanya.

"Panggil dokter sekarang!" titah Daren. Risky langsung berlari memanggil Dokter Davit.

Beberapa menit, Dokter Davit datang dan memeriksa keadaan Sindi.

"Kalian keluar sebentar," titah Dokter Davit.

"Nggak! Gue mau tetap di sini," tolak Daren.

"Lo nggak boleh kayak gini, biar dokter yang tangani Sindy," ucap Farel menarik Daren agar keluar.

*****

Beberapa menit kemudian, Dokter Davit keluar dari ruangan Sindy.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi takdir berkehendak lain, Sindy lebih di sayang tuhan," tutur Dokter Davit.

Artinya Sindy meninggal dalam dekapan Daren, gadis itu menghembuskan nafas terahirnya dalam dekapan Daren.

"Nggak! Sindy nggak mungkin ninggalin gue," ucap Daren, cowok itu langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Sindy. Tampaklah Sindy yang sudah tidak bernapas di atas brankar.

Daren langsung mendekap raga Sindy yang tak lagi bernyawa.

"Lo nggak mungkin ninggalin gue kan, lo bilang cinta sama gue, jadi sekarang bangun ya," ucap Daren.

"Udah Ren, Sindy udah tenang di sana. Dia udah nggak ngerasain sakit lagi, ikhlasin dia," tutur Alam.

"Nggak! Dia cuma lagi ngambek sama gue, makanya di nggak mau bangun. Please jangan siksa gue kayak gini, udah cukup dua tahu lo ninggalin gue," kata Daren.

"Hiks...gue nggak akan sanggup hiks... kalo lo ninggalin gue lagi. Lo mau liat hiks... gue jadi cowok brangsek lagi?" isak Daren.

"Bangun Sin!" teriak Daren.

Icha langsung berlari memeluk Daren yang sudah menangis laykanya anak kecil yang ditinggal oleh ibunya.

"Jangan kayak gini kak, kasian Kak Sindy liat kak Daren kayak gini," ucap Icha.

"Suru dia bangun Cha, jangan tidur terus. Kaka belum tebus kesalahan kaka ke dia," ucap Daren.

Daren melepas pelukan Icha, dia kembali mendekati brankar Sindy.

"Lo belum puas siksa gue selama dua tahun ini makanya lo ninggalin gue kayak gini? Lo kalo mau nyiksa gue jangan kayak gini, lo lebih baik pukul gue atau apa pun yang lo mau, tapi jangan kayak gini," ucap Daren.

"Please Sin bangun, jangan buat gue hidup dalam perasaan bersalah kayak gini. Minimal lo kasih gue kesempatan buat tebus kesalahan gue ke lo," ucap Daren.

"Udah Ren, lo harus ikhlasin dia," tutur Risky.

"Sampai kapan pun, gue nggak akan pernah ikhlas dia ninggalin gue kayak gini," ucap Daren.

"Sindy bangun! Jangan ninggalin gue kayak gini, lo harus ajak gue juga!" teriak Daren.

Bugh!

Aldo memukul wajah Daren."Dia sengaja nyembunyiin penyakitnya dari kita supaya kita nggak sedih kalo dia pergi, jadi lo nggak boleh kayak gini, ikhlasin dia," tutur Aldo.

"Lo nggak tau rasanya jadi gue, gue terlalu banyak salah sama dia, dan dia nggak kasih gue kesempatan buat tebus kesalahan itu!" teriak Daren.

"Hiks...bangun please hiks... jangan ninggalin gue hiks...kayak gini," isak Daren, yang terus memeluk raga Sindy.

Sementara Reina masih mematung melihat semua kejadian itu. Tiba–tiba kesadarannya menghilang.

Brak!

"Reina!" teriak Farel saat Reina pingsang sampingnya.

"Lo bawa Reina, biar kami yang atasi Daren," ucap Aldo dan diangguki oleh Farel.

Farel langsung membawa Reina ke dalam ruang pemeriksaan.

Next

#Acc_min

BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang