CHAPTER 26

1.3K 47 1
                                    

Kini Reina sudah berada di dalam kamarnya. Setelah setengah jama lalu Farel pamit untuk pulang. Reina benar–benar tak habis pikir dengan tingkah konyol Farel. Bisa-bisa nya ia menangis hanya karena sebuah mimpi.

"Benar–benar sih Farel, begonya nggak ketulungan. Tapi kok gue seneng ya, brarti si bego benar–benar sayang dong sama gue," ucap Reina seraya menatap langit-langit kamarnya.

Dret dret!

Sebuah panggilan masuk membuyarkan lamunan Reina. Ia langsung meraih ponsel nya. Tenyata seseorang sedang mengajaknya video call. Dengan antusia, ia pun memencet tombol hijau.

Via telpon

["Halo adik kesayangannya abang," ] ucap seseorang dari seberang sana.

"Masih ingat ternyata punya adik," ketus Reina.

["Jadi adik abang ini lagi ngambek ceritanya?"]

"Menurut abang gimana?"

["Emang ngambek kenapa sih?"]

"Lah sih pucek masih nanya. Bang Rangga tau nggak sih, ini udah hampir satu bulan Bang Rangga nggak nelpon atau kasih kabar ke Reina. Sampai-sampai Reina kira abang udah lupa kalo abang punya adik."

["Maafin abang dek. Kamu tau sendiri kan, kerjaan abang lagi numpuk banget bulan ini. Jadi baru bisa hubungin kamu sekarang."]

"Sibuk sih sibuk tapi jangan lupa juga dong kalo abang punya adik yang juga butuh diperhatiin. Sebenarnya Bang Rangga sama papah kerja untuk apa sih?"

["Buat kamu bahagia lah. Buat apapun yang kamu mau bisa kamu dapatin sayang, kamu nggak perlu kekurangan sedikit pun."]

"Sekarang Reina lagi kekurangan banget bang."

["Kamu kekurangan apa? Bilang sama abang, biar abang transfer sekarang."]

"Reina kekurangan kasih sayang. Reina nggak butuh harta yang banyak, Reina cuma butuh keluarga Reina ada disamping Reina. Reina nggak butuh abang kirimin Reina uang yang banyak, Reina butuh abang ada sama Reina. Reina iri sama teman–teman Reina yang lain, mereka semua diantar sekolah sama orang tua atau saudara mereka, sementara Reina? Reina seakan-akan nggak ada artinya buat keluarga Reina sendiri."

["Dek, kamu kok ngomong gitu sih. Abang kerja buat kamu juga sayang."]

"Abang nggak ngerti apapun yang Reina rasain. Bang Rangga cuma cinta sama kerjaan Bang Rangga. Reina nggak ada artinya buat kalian semua."

["Dek abang ngg---."]

"Udah ya bang, Reina ngantuk. Besok harus berangkat pagi."

["Good night sayang."]

Tanpa menjawab ucapan dari kakanya, Reina langsung mematikan hubungan telpon. Ia langsung membanting ponselnya ke sembarang arah.

"Nggak ada yang ngertiin gue. Buat apa harta yang banyak kalo kasih sayang nggak ada sama sekali," gumam Reina seraya menutup kedua matanya.

Di tempat lain, seorang laki-laki sedang menatap sendu ke arah ponselnya.

Dia adalah Rangga Aditya Putra Dirganga. Seorang laki-laki yang memiliki perawakan yang hampir sempura dengan hidung mancung, kulit putih bersih, tubuh jangkung.

"Gue harus pulang. Gue nggak mau adik gue menderita karena kurang kasih sayang," gumam Rangga dan langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

Setelah selesai ia langsung menutup ponselnya dan bergegas mengemasi barang-barang nya, karena ia berniat akan pulang besok.

*****

BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang