Kini beberapa orang sedang menunggu di depan pintu UGD. Farel, cowok itu sudah mondar mandir dari tadi di depan pintu ruang tersebut. Jujur, ia benar–benar takut jika mimpinya berubah menjadi kenyataan.
Sementara Risa, wanita paruhbaya itu masih termenung. Ia tidak menyangka bahwa anak yang selama beberapa tahun ini ia benci rela mengorbankan nyawanya demi dirinya.
"Dimana Reina!" teriak seorang paruhbaya yang baru saja sampai dengan diikuti seorang pemuda dibelakang nya. Dia adalah Dirga dan Rangga, mereka mendapat kabar kecelakaan Reina dari Aldo.
"Reina masih ditangani didalam om," jawab Aldo.
"Ini semua gara-gara mama! Mama terlalu egois, mama benci sama Reina karena hal yang tidak seharusnya! Lihat sekarang, anak yang selama ini mama benci rela mengorbankan nyawanya demi mama!" bentak Dirga yang sudah tersulut emosi.
"Hiks...maafin mama hiks...mama nyesal udah berbuat kayak gitu sama anak mama. Mama emang salah hiks...maafin mama, gara-gara mama Reina harus kayak gini," isak Risa.
"Udah ini semua udah takdir ma. Reina nolongin mama karena Reina sayang sama mama, begitupun Fahri. Fahri nyelamatin Reina karena Fahri sayang sama Reina," tutur Rangga.
"Asal mama tau, Reina udah dua kali melakukan percobaan bunuh diri, dia merasa bahwa dia yang mengakibatkan Fahri sampai meninggal. Mama malah nambahin beban pikiran anak itu, dia sama sekali nggak ingin itu semua terjadi!" geram Dirga.
Darimana ia tau semua itu? Dia baru mendapatkan informasi dari anak buahnya yang selama ini dia suruh untuk mengawasi putrinya selama ia tidak ada di rumah. Saat ia tau semua itu, emosinya benar–benar tidak bisa ia kendalikan. Ia benar–benar tidak habis pikir dengan sikap istrinya itu.
"A-pa? Nggak mungkin! Untuk apa dia lakuin itu semua?" beo Risa.
"Mama pikir aja sendiri. Kalo Reina sampai kenapa–napa, maka Papah nggak akan pernah maafin mama!"
"Maafin mama, mama udah jadi ibu yang buruk untuk Reina," lirih Risa.
"Udah mama nggak usah mikir kayak gitu. Mending sekarang mama doain yang terbaik untuk Reina," tutur Rangga.
Rangga langsung menghampiri Farel yang masih setia mondar mandir di depan pintu UGD. Rangga sudah tau hubungan Reina dan Farel, karena Aldo sudah menceritakan segalanya kepada Rangga.
Rangga menepuk pundak Farel. "Tenang aja, adik gue itu kuat. Dia nggak akan mudah nyerah sama takdir," ucap Rangga.
"Gue takut bang, kalo sampai dia benar–benar ninggalin gue," lirih Farel.
"Adik gue beruntung punya pacar yang sayang banget sama dia. Thanks ya udah mau hibur adik gue selama ini," kata Rangga.
"Udah kewajiban gue, Bang."
Rangga hanya tersenyum menanggapi ucapan Farel. Namun tiba–tiba seseorang menampar pipi mulus Farel. Semua terkejut tidak terkecuali Risa, Dirga, dan juga Rangga melihat apa yang dilakukan oleh wanita itu.
Plak!
"Bunda baru kemarin loh ngomong sama kamu untuk jaga Reina. Tapi apa sekarang? Reina malah kecelakaan dan masuk rumah sakit kayak gini!" hardik wanita itu yang tidak lain adalah Rani, ia datang bersama suaminya karena mendapat telpon dari Farel.
"Maafin Farel bun, Farel gagal jagain Reina. Farel nyesal bun," lirih Farel.
"Kamu itu cowok Farel, omongan kamu harus bisa dipegang. Kalo kamu nggak bisa jaga Reina, ngomong sama bunda, biar bunda suruh orang lain buat jaga dia," kesal Rani.
Entah kenapa Rani sudah benar–benar menyayangi Reina layaknya putri kandungnya sendiri, walaupun baru pertama kali mereka bertemu. Mungkin karena sudah lama ia menginginkan seorang putri dan kehadiran Reina dapat melengkapi itu.
Sementara Risa yang melihat betapa peduli dan sayang Rani terhadap Reina benar–benar merasa bersalah. Ia sendiri yang ibu kandung nya Reina, jangankan memberi kasih sayang, dia malah memberikan kebenciannya terhadap gadis itu.
"Maaf kalian siapa?" tanya Dirga.
"Saya bundanya Farel. Reina menantu saya," ucap Rani.
"Menantu?"
"Reina calon menantu saya, dia pacar anak saya."
"Kamu pacarnya Reina?" tanya Dirga kepada Farel.
"Iya om, maaf saya gagal jaga Reina," ucap Farel.
"Nggak usah panggil om, panggil papah aja," kata Dirga seraya menepuk pundak Farel.
"Lo Dirga kan? Lo nggak ingat gue?" tanya Bram.
"Lo Bram?"
"Iya gue Bram, nggak nyangka bisa ketemu lo lagi setelah kita tamat," ucap Bram.
"Iya gue juga nggak nyangka. Bahkan sekarang anak kita pacaran," kata Dirga.
"Iya, kita bakal jadi besan."
Ceklek!
Pintu ruang UGD terbuka dan menampakkan pria dengan setelan kas putihnya. Semua orang yang ada disana langsung menghampiri dokter tersebut.
"Gimana keadaan anak saya dok?" tanya Dirga.
"Kami sudah berusaha pak, tapi tuhan berkehendak lain. Pasien---." belum sempat dokter itu menyelesaikan ucapannya, Farel terlebih dahulu menerobos masuk kedalam ruang UGD. Farel sudah seperti orang yang tidak waras, ia teringat bagaimana mimpinya. Apakah mimpinya menjadi sebuah kenyataan yang begitu pahit. Jika iya, maka Farel tidak akan bisa menerima semua itu.
Next
#Acc_min
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)
Random"Farel!" teriak seorang gadis. Jika dilihat maka dapat dipastikan ia sekarang sedang menahan emosinya. "Kenapa?" tanya cowok yang disebut Farel. "Lo, masih nanya kenapa! Setelah lo kempesin ban mobil gue, hah!" maki gadis tersebut. "Itu setimpal den...