CHAPTER 41

900 36 0
                                    

   Bel pulang sekolah telah berbunyi duapuluh menit yang lalu. Reina, Farel, dan sahabat–sahabat mereka sudah berkumpul di parkiran sekolah.

"Gue duluan ya," pamit Sindy.

Sindy langsung mengendarai mobilnya keluar dari area parkiran sekolah.

"Pulang yuk Rei," ajak Farel.

"Aku pulang sendiri, boleh?" tanya Reina hati-hati karena ia takut membuat Farel kecewa.

Farel menautkan kedua alisnya. "Kamu nggak mau pulang bareng aku?" tanya Farel.

"Bukan gitu Rel, tapi aku mau ke suatu tempat dulu," jawab Reina.

"Kamu kenapa sih, aneh banget? Kalo kamu mau ke suatu tempat kan aku bisa anterin kamu," ucap Farel.

"Aku cuma mau sendiri untuk sekarang," ucap Reina.

"Kamu nggak selingkuh dibelakang aku kan?" tanya Farel.

"Enak aja tuh mulut, aku nggak main dibelakang. Kalo aku mau, aku akan selingkuh didepan kamu!" ketus Reina.

"Ya trus kenapa nggak mau dianterin aku?" tanya Farel.

"Please, untuk kali ini aja sayang. Bolehin ya aku pulang sendiri," ucap Reina.

"Yaudah, tapi kamu harus hati-hati. Sampai rumah harus kabarin aku ya," ucap Farel.

"Makasih sayang," ucap Reina.

"Kalo ada maunya aja bilang sayang," sindir Farel.

"Yaudah, itu taksi yang aku pesen udah nyampe. Aku balik duluan," pamit Reina dan diangguki oleh Farel dan teman–temannya.

Reina langsung berlari ke arah taksi itu. Ia sebenarnya tidak langsung pulang, tapi ia aka ke suatu tempat dahulu dan ia tidak ingin Farel maupun yang lainnya mengetahui kemana ia akan pergi.

*****

"Gue udah tau siapa yang sengaja nabrak Icha," pungkas Daren.

"Siapa?" tanya Aldo.

"Namanya Aini,  dia mantan Aldo," jawab Daren.

"Kurang ajar dia, kalo masalah itu biar gue yang balas!" geram Aldo.

"Ok, kali ini dia gue serahin ke lo, tapi kalo lo cuma setengah-setengah balas dia, lebih baik biar gue yang urus," ucap Daren.

"Lo tenang aja, gue pastiin Aini bakal mendekam di penjara," ucap Aldo.

"Ok gue pegang janji lo. Yaudah Cha, ayo pulang bareng kaka," kata Daren.

"Enak aja, Icha pulang bareng gue. Dia sekarang nginap di rumah gue," protes Aldo.

"Yaudah lah, tapi awas kalo lo macam-macam sama adik gue," ancam Daren.

"Tenang aja, ayo Cha kita pulang," ajak Aldo dan diangguki oleh Icha.

"Kita semua juga pulang," ucap Farel dan juga diangguki oleh semuanya.

*****

Di lain tempat, seorang gadis sedang duduk menunggu jawaban dari orang yang ada di hadapannya.

"Gimana?" tanya gadis itu.

"Bukankah saya sudah menyarankan kamu untuk melakukan operasi. Sekarang kondisi kamu makin memburuk," jawab orang itu.

"Trus saya harus bagaimana? Kalo saya operasi maka keluarga dan sahabat–sahabat saya akan tau, dan saya nggak mau mereka tau keadaan saya sekarang," ucap gadis itu.

"Jika kita tidak lakukan operasi segera, maka nyawa kamu taruhannya, selain itu kamu aja selalu merasakan sakit," ucap orang itu.

"Bukankah dokter Davit yang mengatakan akan sulit untuk menolong saya sekarang, lagian kalo masalah sakitnya masih bisa saya atasi kok dok," kata gadis itu.

"Tapi minimal kita harus usaha," kata Dokter Davit.

"Kalo saya setuju operasi, berapa kemungkinan saya akan hidup?" tanya gadis itu.

"Sekitar limapuluh persen," jawab dokter Davit.

"Itupun jika operasinya berhasil, tapi kalo gagal?" kata gadis itu.

"Kami akan usahakan yang terbaik untuk kesembuhan kamu," ucap Dokter Davit.

"Saya lebih baik jalanin sisa hidup saya dengan lakukan aktifitas yang saya suka, daripada harus hidup di atas brankar tapi ahirnya akan sama. Saya akan tetap pergi juga dok," tutur gadis itu.

"Kamu benar–benar keras kepala. Kalo memang itu keputusan kamu saya bisa apa, saya akan resepkan obat untuk kamu," ujar Dokter Davit.

*****

Di lain tempat, Aldo dan  Icha sedang berada di sebuah taman.

"Icha tunggu di sini ya, Kak Aldo pergi sebentar," ucap Aldo.

"Terserah," jawab Icha.

Aldo langsung pergi meninggalkan Icha di taman itu, entah kemana pemuda itu akan pergi.

Beberapa menit kemudian, Aldo kembali dengan balon dan bunga di kedua tangannya.  Ia Langsung berjongkok di hadapan Icha.

Icha menautkan kedua alisnya menatap apa yang sedang dilakukan oleh Aldo.

"Kaka tau selama ini sifat kaka bikin Icha nggak nyaman. Kaka cuma mau jujur kalo kaka cinta sama Icha, Icha mau jadi pacar kaka?" tutur Aldo.

"Kalo Icha terima kaka, Icha ambil bunganya dan lepasin balo-balonnya. Tapi kalo Icha tolak kaka, Icha ambil balonnya dan buang bunganya," tutur Aldo.

Icha mengerjap kan kedua matanya menatap Aldo.

'Ini beneran Kak Aldo nembak Icha? Ini Icha harus jawab apa?" batin Icha.

Tanpa ragu, Icha mengambil semua balon yang ada di salah satu tangan Aldo. Sedangkan Aldo, pemuda itu sudah terlihat begitu kecewa melihat apa yang dipilih oleh Icha.

"Kaka terima keputusan Icha," ucap Aldo.

Next

#Acc_min

BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang