CHAPTER 29

1.4K 59 0
                                    

Saat melangkahkan kakinya kedalam ruangan tersebut, Farel langsung menghampiri Reina yang terkulai lemas diatas brankar ruang UGD itu.

"Rei lo nggak boleh ninggalin gue! Lo udah janji nggak akan pernah ninggalin gue, tapi apa sekarang? Lo ninggalin gue kayak gini," lirih Farel seraya menggenggam tangan Reina.

"Lo bilang sayang sama gue, tapi apa? Lo ninggalin gue sekarang, lo bohong lo pembohong Reina!"

"Kalo lo benar–benar sayang sama gue, lo nggak akan hiks... pernah ninggalin gue kayak hiks... gini. Gue mohon hiks...jangan tinggalin gue hiks...kayak gini," isak Farel.

Farel benar–benar merasa dunianya hancur sekarang. Orang yang ia cintai  sudah meninggalkan dirinya sekarang.

"Kenapa nggak gue aja yang ketabrak, kenapa nggak gue aja yang mati? Kalo lo kayak gini gue harus gimana? Jangan buat gue benar–benar gagal jagain lo, gue nggak takut kalo bunda sampai nyiksa ataupun bunuh gue sekalian, tapi jangan kayak gini."

Beberapa perawat yang melihat sikap Farel yang begitu menyayangi Reina merasa terharu. Di umur yang masih muda, ia mampu memiliki rasa yang begitu besar terhadap Gadis nya. Ia bahkan sudah seperti orang gila saat ini.

"Bangun Reina!" teriak Farel seraya menggoyangkan badan Reina.

"Mas nggak boleh teriak, ini rumah sakit!" peringat salah satu perawat.

"Saya nggak peduli. Reina bangun, jangan katak gini!" lirih Farel yang terus mengguncang tubuh lemah Reina.

"Mas jangan kayak gitu, kasian pasien nya! Jangankan sadar, pasien malah makin parah lukanya," lagi–lagi perawat itu memperingati Farel.

"Mak-sud nya ap-ap?" tanya Farel.

Bugh!

Satu pukulan mendarat tepat di kepala Farel, pelakunya tidak lain adalah Rani.

"Kok Farel dipukul sih bun?" protes Farel.

"Kamu itu, udah bego, nggak sabaran lagi orangnya. Makanya denger dulu penjelasan dokternya," cercah Rani.

"Maksudnya apa? Dokter bilang kan tuhan sudah berkehendak lain," beo Farel.

"Kalian aja yang jelasin sama dia. Bunda mah capek ladenin nih anak," ucap Rani seraya memijit pelipisnya.

"Gini Rel. Maksud dokter tadi itu, kalo detak jantung Reina sempat berhenti tapi tuhan berkehendak lain akhirnya dengan usaha mereka juga Reina dapat diselamatkan dan keadaannya udah nggak kritis lagi. Kita tinggal tunggu dia sadar setelah dia dipindahkan ke ruang inap," terang Rangga.

"Jadi Reina ngga meninggal?" tanya Farel yang diangguki oleh semua orang yang ada disana.

Farel langsung memeluk Rangga. "Gue yakin Reina nggak akan pernah ninggalin gue," ucap Farel.

"Nggak usah meluk juga kali, emang gue cowok apaan," kata Rangga.

Farel melepas pelukannya, ia hanya nyengir ke arah Rangga. "Sorry bang."

""Alah tadi aja nangis-nangis, trus teriak-teriak nggak jelas," sindir Alam, yang lain hanya terkekeh geli membayangkan betapa bodoh tingkah Farel.

"Diam lo!" sentak Farel.

Dirga menepuk bahu Farel. "Papah bangga sama kamu, ternyata kamu benar–benar sayang sama Reina. Saya aja nggak nyangka respon kamu akan seperti itu," tutur Dirga.

"Tan-te juga makasih udah mau jaga Reina dan sayang sama Reina," timpal Risa.

"Tante sama om nggak usah makasih, udah kewajiban Farel kok," ucap Farel.

"Ya walaupun lebay," timpal Aldo.

"Papah masih belum maafin mama sebelum Reina maafin mama," ucap Dirga.

"Mama ngerti, mama emang salah jadi mama harus dihukum," lirih Risa.

'Allhamdulilah Reina nggak apa-apa tuhan. Makasih udah sayang sama Farel,' batin Farel.

Next

#Acc_min

BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang