CHAPTER 44

846 35 0
                                    

   Kini hari pemakaman Sindy dilaksanakan, sahabat–sahabatnya sedang menatap gundukan tanah yang dimana nama Sindy tertera di batu nisan itu. Kedua orang tua Sindy juga hadir di sana, mereka mendapat berita kematian putri semata wayang mereka langsung pulang untuk melihat anak mereka untuk yang terahir kalinya.

Sementara Reina, gadis itu tidak bisa datang karena ia masih belum sadarkan diri di rumah sakit.

Walaupun berat bagi mereka melepas Sindy, tapi bagaimana pun semuanya sudah terjadi, dan tidak ada yang bisa merubah takdir.

"Tante minta maaf kalo misalnya Sindy pernah ada salah sama kalian," ucap Mama Sindy.

"Sindy nggak ada salah kok tan sama kami, dia teman yang baik," tutur Alisa.

"Tante sama Om akan berusaha ikhlasin Sindy agar dia tenang di sana," ucap Mama Sindy.

Walaupun mulutnya berkata ikhlas, tapi tidak ada seorang ibu yang rela ditinggal oleh anaknya apalagi untuk selama-lamanya.

"Daren, kamu harus bisa ikhlasin Sindy ya," ucap Papah Sindy menepuk pundak Daren.

"Daren nggak yakin kalo Daren bisa," jawab Daren.

"Om yakin kamu pasti bisa, yaudah Om sama Tante pamit duluan ya," pamit papah Sindy.

Kini hanya tinggal Daren dan sahabat–sahabat nya di sana.

"Kak Daren pulang yuk, udah mendung loh sebentar lagi hujan," ucap Icha.

"Kamu pulang duluan aja Cha, kaka masih mau di sini," tolak Daren.

"Yaudah, Icha tunggu Kak Darren sampai kaka mau pulang," ucap Icha.

"Lo harus berusaha ikhlas Ren, gimana pun dia udah tenang sekarang, lo doain dia," ucap Farel.

"Sampai kapanpun gue nggak akan bisa ikhlasin dia, selama dua tahun gue cari dia, trus saat udah ketemu dia ninggalin gue tanpa kenangan manis, hanya kenangan pahit yang dia tinggalin untuk gue," ucap Daren dengan suara serak karena terlalu lama menangis, bahkan matanya sudah begitu sembab sekarang.

"Kasian Icha, dia nggak mau pulang kalo lo nggak mau pulang, dia baru keluar dari rumah sakit loh, lo mau dia jatuh sakit?" tutur Farel.

Daren menatap Icha sendu. "Yaudah ayo Cha pulang," pasrah Daren.

Jika bisa memilih ia ingin tetap di sana, ia masih enggan untuk meninggalkan makam dimana menjadi tempat peristirahatan terahir Sindy.

Ahirnya mereka pulang ke rumah masing-masing. Daren pulang bersama Icha dan Aldo karena memang Aldo membawa mobilnya.

*****
Sesampainya di rumah Daren, Icha langsung memapa Daren menuju kamar pemuda itu, dan membaringkan nya agar Daren bisa istirahat. Karena setelah kenyataan pahit itu Daren sama sekali tidak bisa istirahat.

"Kaka istirahat ya, Icha ada di bawah kalo kaka butuh sesuatu," ucap Icha.

Tidak ada respon dari Daren, Icha pikir mungkin karena kelelahan Daren langsung tertidur.

Icha kembali turun dan menemui Aldo. "Kak, Icha nginap di sini ya, Icha mau temenin Kak Daren," ucap Icha.

"Iya, tapi kalo butuh apa–apa langsung telpon kaka," tutur Aldo.

"Pasti kok kak," ucap Icha.

"Yaudah kalo gitu kaka pamit," ucap Aldo dan langsung pergi meninggalkan rumah Daren.

*****

Di lain tempat, kini Farel sudah sampai di ruang inap Reina.

"Gimana ma, Reina udah sadar belum?" tanya Farel kepada Risa.

BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang