Brak!
Farel langsung jatuh tersungkur ke atas lantai.
"Awws! Bokong gue," ringis Farel.
"Nggak mungkin kan Reina meninggal? Dia nggak mungkin ninggalin gue kan," gumam Farel.
"Gue harus ke rumah Reina sekarang." Farel langsung mengambil kunci motornya. Ia menuju rumah Reina dengan tergesa-gesa.
Farel langsung mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Pikiran nya benar–benar kacau saat ini, dipikirannya hanya ada Reina dan Reina. Ia tak lagi memperdulikan teriakan orang–orang yang kesal melihatnya membawa motor dengan ugal-ugalan.
Farel benar–benar mengendarai motornya seperti orang gila. Ia sama sekali tidak peduli dengan keadaan jalan yang ramai. Yang terpenting baginya adalah keadaan dari gadisnya. Karena tidak fokus dalam mengendarai motornya, ia tidak melihat ada seorang ibu-ibu yang sedang menyebrang jalan. Karena Farel tidak mau sampai menabrak orang, ahirnya ia membelokkan motornya ke sembarang arah dan ahirnya ia terjatuh.
Semua orang yang ada disana langsung berkerumun membantu Farel. Sukurnya, Farel tidak terluka parah, ia hanya tergores di bagian lengan dan sikunya saja.
"Dek, kami antar ke rumah sakit ya," ucap salah satu orang yang membantu Farel.
"Tidak usah pak. Saya tidak apa-apa, saya masih bisa kok bawa motor sendiri," tolak Farel.
"Tapi itu lengan kamu harus segera diobati dek, kalo nggak nanti bisa infeksi," ucap orang tersebut.
"Nggak apa-apa pak, saya harus pergi sekarang." Farel langsung mendirikan motornya dibantu oleh warga yang ada disana.
"Makasih ya pak, atas bantuannya. Saya permisi," pamit Farel dan langsung mengendarai motornya kembali.
Tidak bisakah Farel fokus untuk sebentar saja. Jika seperti ini terus, maka ia juga akan kehilangan nyawanya. Khawatir dan sedikit bucin boleh, tapi sayangi juga nyawa.
"Nggak, Reina nggak boleh ninggalin gue. Pokoknya Reina harus tetap sama gue, apapun dan siapapun nggak boleh misahin kami berdua," gumam Farel.
Farel tetap mengendarai motornya ke arah rumah Reina. Sesampainya ia disana ia melihat kejadian yang langsung membuat air matanya mengalir begitu saja. Farel langsung berlari ke ke arah taman yang ada di depan rumah Reina.
Disana ia sempat terdiam mematumg sejenak, ia benar–benar tidak menyangka dengan apa yang dia lihat sekarang. Lagi–lagi tanpa di komando, air mata cowok itu menetes kembali.
Farel langsung berlari dan mendekap seseorang yang sedang menyiram tanaman di depan rumah tersebut. Aneh memang, orang menyiram tanaman malam hari sepeeti itu, biasanya orangvkan menyiram tanaman pagi hari, ini malah orang tersebut melakukan nya malam hari.
Sedangkan orang yang ia dekap, benar–benar terkejut dengan apa yang sedang dilakukan oleh Farel.
"Lo apa-apaan sih main peluk–peluk gue kayak gini," kesal gadis tersebut.
Farel tidak menjawab, ia malah mempererat pelukannya. "Lo nggak apa–apa kan? Lo nggak meninggal kan?" tanya Farel seraya membolak balik tubuh gadis tersebut.
Plak!
"Kok gue ditampar sih?" tanya Farel.
"Lah lo, nyumpahin gue mati. Kalo lo mau gue mati nggak sekarang bego, tunggu aja. Nggak sabar banget kayaknya liat gue mati," cerocos gadis tersebut.
Farel kembali mendekap gadis tersebut, membawa nya kedalam pelukannya. Ia kembali meneteskan air mata nya sampai bahu gadis tersebut basah.
"Lo nangis?" tanya gadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)
Random"Farel!" teriak seorang gadis. Jika dilihat maka dapat dipastikan ia sekarang sedang menahan emosinya. "Kenapa?" tanya cowok yang disebut Farel. "Lo, masih nanya kenapa! Setelah lo kempesin ban mobil gue, hah!" maki gadis tersebut. "Itu setimpal den...