CHAPTER 46

810 37 0
                                    

   Hari sudah berganti menjadi malam, Icha masih tinggal bersama Daren. Sekarang keduanya sedang menonton tv.

"Kak Daren, Laura cantik ya," cetus Icha.

"Lumayan," jawab Daren.

"Kok cuma lumayan sih kak," kesal Icha.

"Ya terus gimana?" ucap Daren.

"Kak Daren nggak mau coba buka hati kaka buat Laura?" tanya Icha.

Daren menghembuskan nafasnya kasar. "Sampai kapanpun nggak akan ada yang bisa gantiin posisi Sindy di hati kaka, baik itu Laura maupun cewek lain," ucap Daren dan langsung pergi meninggalkan Icha menuju kamarnya.

Icha, gadis itu tidak tinggal diam. Ia menyusul Daren ke kamarnya.

"Kak Daren, Icha belum sele---." belum sempat Icha menyelesaikan ucapannya, gadis itu bungkam melihat kamar Daren.

"Ini kapan kaka taro?" tanya Icha, ia menelisik setiap bagian kamar Daren yang sudah dipenuhi foto Sindi, bahkan satu foto besar sengaja di pajang di tembok dekat ranjang.

"Udah dua hari yang lalu," jawab Daren.

"Trus foto Icha kaka buang?" tanya Icha.

"Nggak kok, kalo foto kamu udah diambil semua sama si Aldo, dia cuma sisain satu doang. Tuh fotonya," ucap Daren seraya menunjuk sebuah bingkai foto.

"Pacar kamu posesif banget," sambung Daren.

"Biarin aja, brarti dia sayang sama Icha. Dada Kak Daren, Icha mau telpon Kak Aldo dulu," ucap Icha seraya pergi meninggalkan kamar Daren.

"Dasar bucin," ucap Daren geleng–geleng kepala melihat tingkah adik sepupunya itu yang sedang jatuh cinta.

Ia mengatakan Icha bucin padahal dirinya jauh lebih bucin daripada Icha, lihatlah sekarang hampir semua bagian kamar pemuda itu dipenuhi foto dan barang-barang milik Sindy.

Daren merebahkan dirinya di atas kasur, ia menggenggam bingkai foto Sindy.

"Sulit banget lupain kamu," gumam Daren menatap foto Sindy.

"Bisa nggak tuhan berikan aku kesempatan buat tebus kesalahan. Aku janji tuhan nggak akan pernah sakitin dia lagi," lirih Daren.

"Salahkah aku berharap untuk kamu kembali," ucap Daren.

"Aku benar–benar nggak sanggup kayak gini, aku udah berusaha ikhlas tapi berat banget tau nggak. Sampai kapan pun kamu nggak akan pernah hilang di hati aku," ucap Daren, seraya memeluk foto Sindy.

*****

Di lain tempat Reina dan Farel sedang memilih-milih barang dan makan di sebuah tempat pembelanjaan.

"Rei jangan banyak makan itu," tegur Farel saat melihat Reina memasukkan makanan yang banyak mengandung micin ke troli yang di dorong Farel.

"Cuma lima doang," ucap Reina memcebik bibirnya.

"Nggak boleh sayang, satu aja ya karena nggak baik buat kamu," tutur Farel.

"Kalo dua gimana?" ucap Reina.

"Yaudah nggak pa-pa," kata Farel.

Kedua sejoli itu melangka menuju kasir karena semua barang yang ingin mereka beli sudah ada di troli.

Tiba–tiba seseorang sengaja menabrak Reina, setelah menabrak Reina orang itu langsung pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Reina tidak tau siapa orang menabraknya karena orang itu menggunakan masker dan juga topi.

"Kamu nggak pa-pa?" tanya Farel.

"Nggak pa-pa kok," jawab Reina.

Tanpa sengaja mata Farel melihat sebuah kertas di atas lantai.

"Ini punya kamu?" tanya Farel.

"Bukan," jawab Reina.

Karena penasaran apa isi kertas itu, ahirnya Farel membuka dan membaca isi kertas itu.

'KAMU NGGAK AKAN LAMA LAGI BAHAGIA, KAMU AKAN MATI REINA!!!'

Farel langsung meremas kertas itu, amarahnya meluap saat membaca ancaman yang ditujukan untuk Reina itu.

"Kurang ajar!" geram Farel.

"Udah tenang aja, aku akan baik-baik aja kok," ucap Reina.

"Pokoknya kamu nggak boleh keluar sendiri mulai dari sekarang, apa pun yang terjadi kamu harus tetap ajak aku," tegas Farel.

"Iya-iya," ucap Reina.

Tanpa mereka sadari sepasang mata sedang mengawasi mereka berdua.

"Ini baru permulaan, kalian nggak akan lama lagi bisa bersama. Reina akan mati di tangan gue, dan Farel akan jadi milik gue," ucap orang itu tersenyum sinis.

Next

#Acc_min

BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang