Bel tanda istirahat pertama sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Farel dan Reina sedang menyusuri koridor menuju kantin.
Di tengah koridor, seorang cowok menghentikan langkah keduanya.
"Hi Reina," sapa cowok itu.
"Hi juga Za, kenapa?" ucap Reina.
"Lo nggak liat gue di sini," sinis Farel.
"Sorry Rel, gue nggak ngeh tadi, maaf sekali lagi," ucap cowok itu yang tidak lain adalah Reza.
"Udah Za, Farel cuma becanda doang, nggak usah masukin ke hati. Lo manggil gue kenapa?" ucap Reina.
"Gue mau ajakin lo buat jadi pertner gue buat ikutan lomba nyanyi antar sekolah, lo kan bisa nyanyi jadi gue tawarin lo," ucap Reza.
Reina melirik ke arah Farel meminta jawaban, apakah cowok itu mengizinkan atau tidak, mengingat sifat posesif Farel terhadap dirinya.
"Kamu mau iku?" tanya Farel.
"Kalo kamu ijinin," jawab Reina.
"Lo tenang aja Rel, setiap kita latihan nanti lo bisa ikut," tutur Reza.
"Yaudah, kamu ikut aja," ucap Farel.
"Yaudah Za, gue ikut deh. Thanks ya udah nawarin gue, kita duluan," ucap Reina dan menarik tangan Farel menuju kantin.
"Makasih ya Rel udah diijini," ucap Reina ketika keduanya suda duduk di salah satu meja kantin.
"Nggak usah makasih sayang, toh itu juga salah satu hobi kamu kan. Aku juga nggak mungkin nggak bolehin kamu, selama itu nggak nyelakain kamu," tutur Farel, seraya megacak rambut Reina gemas.
"Ihh kenapa harus acak-acak rambut sih," kesal Reina, seraya memperbaiki rambutnya.
Makanan yang memang sudah mereka pesan sudah ada di hadapan keduanya, mereka langsung menghabiskan makanan masing-masing. Namun saat mereka makan, tiba–tiba suasana kantin menjadi ribut dan berisik karena kedatangan Arsya.
Semua siswa SMA Tunas Bangsa sudah mengetahui siapa Arsya yang sebenarnya karena foto dirinya dengan om-om sudah menyebar, entah siapa yang menyebarkannya.
"Dasar ja*l*ng! Nggak tau malu banget sih, masih aja nampakin diri di sini."
"Kalo nggak embat kepala sekolah, ya nggak mungkin lah dia bisa di sini."
"Kok bisa sih kepala sekolah bego banget, mau aja sama dia."
Itulah hujatan-hujatan yang dilontarkan oleh siswa yang ada di kantin terhadap Arasya. Tapi gadis itu sama sekali tidak menampakkan wajah malu atau takut.
"Diam lo semua!" bentak Arsya.
"Mau gue suru kepala sekolah buat usir kalian satu persatu dari sini, hah!" bentak Arsya.
Setelah mengatakan itu, Arsya langsung menghampiri meja dimana Farel dan Reina berada.
"Hi Farel," sapa Arasya sok manis.
"Kamu kok jadi cuek gitu sih sama aku, aku kan sahabat kamu," rengek Arasya.
Baik Reina maupun Farel tidak menggubris ucapan Arasya, keduanya masih menganggap Arasya hanya angin lewat.
Karena tidak dihiraukan, dengan tidak tau malunya Arasya duduk di samping Farel, tidak lupa tangan yang sengaja dikalungkan di lengan Farel.
Brak!
Farel menghempas tangan Arsya dengan kasar hingga gadis itu tersungkur ke lantai. Memang sebagai cowok tidak seharusnya Farel melakukan itu, tapi mau bagaimana lagi ia sudah muak dengan tingkah Arsya yang terkesan tidak tau malu.
"Huuu!" semua siswa yang ada di kantin menyoraki Arasya.
"Makanya jadi cewek jangan ganjen!"
"Diam lo semua!" bentak Arsya seraya memperbaiki roknya.
"Farel, kamu kok gitu sih sama aku," rengek Arasya dengan tidak malunya kembali menyentuh lengan Farel.
Brak!
Reina yang sedari tadi diam, menggebrak meja dengan keras. Ia langsung berdiri dan menghempas tangan Arsya dari tangan Farel.
Plak!
Satu tamparan mendarat di wajah Arasya. "Udah gue peringatin sama lo, jangan pernah pake tangan kotor lo itu buat sentuh pacar gue!" bentak Reina.
"Kurang ajar!" bentak Arsya, seraya berniat menampar Reina, namun tangannya terlebih dulu ditahan Farel.
"Sesenti aja lo sakitin pacar gue, maka siap-siap hidup akan berahir!" ancam Farel dan menghempas tangan Arsya.
"Farel, kamu kok gitu sih sama aku," ucap Arasya dengan gaya manjanya.
"Jijik gue liat lo kayak gitu," sentak Farel.
"Ayo Rei kita pergi dari sini." Farel langsung menarik tangan Reina keluar dari kantin.
"Jangan kan Farel, kita aja jijik liat lo katak gitu!"
"Huuu!" semua siswa di kantin kembali menyoraki Arsya.
"Awas aja kalian semua, gue pasti akan balas kalian semua!" bentak Arasya dan pergi meninggalkan kantin.
****
Di tempat lain, Daren sedang mengendarai motornya menyusuri jalan, namun di tengah jalan ia menghentikan motornya.
"Sin, rumah lo yang baru di mana? Gue nggak tau rumah lo," ucap Daren, namun tidak ada sahutan dari belakangan.
Karena penasaran, ia melirik gadis di boncengan motornya yang sedang tertidur dalam boncengan nya.
"Astaga, untung tadi nggak jatuh," ucap Daren geleng–geleng kepala.
"Bawa ke rumah aja deh, di sana ada Bi Sum juga," sambung Daren dan melajukan kembali motornya ke arah rumahnya.
****
Sesampainya di rumah, Daren langsung membawa gadis itu ke kamarnya dan meretakkan gadis itu di atas king sizenya.
"Tidur yang nyenyak sayang, apa pun yang kamu atau pun orang lain bilang, bagi aku kamu adalah Sindynya aku," ucap Daren, dan langsung pergi dari kamar tersebut.
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, gadis itu mulai membuka kedua matanya.
"Eugh!"
"Gue dimana?" tanyanya pada diri sendiri.
Matanya mulai menelisik setiap bagian kamar itu. "What! Kok foto gue ada di kamar ini? Mana banyak lagi, bahkan lebih banyak dari kamar gue," kaget gadis itu.
"Ini siapa yang taro, trus dapat darimana foto gue," monolog gadis itu.
Banyak pertanyaan muncul dalam pikiran gadis itu, namun semua pertanyaan itu jawabannya hanya mengarah kepada Daren. Entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu.
Next
#Acc_min
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)
De Todo"Farel!" teriak seorang gadis. Jika dilihat maka dapat dipastikan ia sekarang sedang menahan emosinya. "Kenapa?" tanya cowok yang disebut Farel. "Lo, masih nanya kenapa! Setelah lo kempesin ban mobil gue, hah!" maki gadis tersebut. "Itu setimpal den...