Saat ini beberapa anak muda yang masih menggunakan seragam sekolah mereka sedang menunggu dokter yang sedang menangani pasien di dalam ruangan UGD.
"Lo duduk dulu Rel," ucap Risky yang sudah dari tadi melihat Farel berjalan bolak balik di depan pintu ruang UGD, layaknya setrika.
"Gue nggak bisa duduk dan tenang. Gue gagal jagain Reina!" teriak Farel.
"Lo nggak boleh ngomong kayak gitu. Mending sekarang kita doain yang terbaik buat Reina." Rysky menyentuh pundak Farel berniat menenangkan cowok itu.
Ceklek!
Pintu ruangan terbuka, semua mata tertuju kepada sosok pria berjas putih yang baru keluar dari ruangan tersebut.
"Gimana keadaan Reina dok?" tanya Aldo.
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi takdir berkehendak lain, kami tidak bisa menyelamatkan pasien," ujar dokter tersebut.
Farel langsung menarik kerah baju dokter tersebut. "Lo nggak becus jadi dokter, lo nggak bisa nyelamatin satu orang aja, hah!" teriak Farel.
"Udah Rel, lo nggak boleh kayak gitu. Dokter juga nggak mungkin mau pasien gagal dia selamatkan," nasehat Risky.
"Hiks...saya mohon dok, selamatin Reina. Saya akan hiks...lakuin apapun asalkan dokter selamatin Reina hiks," isak Farel seraya menyatukan kedua tangannya didepan dokter tersebut.
"Maaf dek, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi takdir berkehendak lain," ujar dokter tersebut.
Semua sahabat-sahabat Reina langsung histeris mendengar berita tersebut. Mereka tentu tidak menyangka akan seperti ini pada ahirnya.
Farel langsung berlari masuk kedalam ruangan tersebut. Saat ia melangkahkan kakinya didalam sana, ia langsung melihat tubuh Reina yang sudah pucat pasih di atas brankar. Ia mendekati brankar tersebut dengan air mata yang tak lagi bisa ia bendung.
"Rei, kamu lagi tidur kan. Kamu nggak mungkin ninggalin aku, aku tau kamu pasti cuma lagi tidur kan sayang. Udah ya, sekarang bangun, aku mau ajak kamu ke taman trus kita beli es cream kesukaan kamu. Kamu mau itu kan sayang hiks...jadi bangun ya," ucap Farel.
Alam menyentuh pundak Farel. "Lo harus iklasin Reina, dia udah tenang di alam sana," ucap Alam.
"Reina pasti sedih lihat lo kayak gini. Jadi lo harus bisa ikhlasin dia," tutur Alam.
"Nggak! Reina cuma lagi marah sama gue, dia lagi ngambek sama gue. Jadi dia belum mau bangun, iya kan sayang. Ayo dong bangun, kamu boleh marah sama aku, tapi jangan diam terus," ucap Farel.
"Hiks...aku minta maaf hiks...kalo aku punya salah, hiks...tapi jangan diam aja dong Rei. Reina bangun hiks...jangan tinggalin aku Rei hiks...aku masih butuh kamu hiks...jangan tidur terus."
Semua orang yang ada disana juga tidak bisa membendung air mata mereka. Sahabat–sahabat Farel juga ikut merasa sedih, karena ini pertama kalinya mereka melihat titik rapuh seorang Farel sampai ia menangis seperti itu.
"Rel, lo harus ikhlasin Reina. Kita juga sama-sama kehilangan dia, tapi kita nggak bisa ngelak dari takdir," tutur Aldo.
"Gue bilang Reina nggak kemana-mana! Dia cuma lagi tidur aja. Iya dia sekarang lagi tidur," ucap Farel.
Bugh!
Aldo langsung mukul wajah tampan Farel. "Sadar Rel! Kalo lo kayak gini, kasian Reina. Mau gimanapun, lo harus ikhlasin dia," ucap Aldo.
Runtuh sudah pertahan Farel. Ia langsung tertudung di samping bernkar Reina. Ia menangis layaknya anak kecil yang kehilangan seseorang yang berhaga bagi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)
Random"Farel!" teriak seorang gadis. Jika dilihat maka dapat dipastikan ia sekarang sedang menahan emosinya. "Kenapa?" tanya cowok yang disebut Farel. "Lo, masih nanya kenapa! Setelah lo kempesin ban mobil gue, hah!" maki gadis tersebut. "Itu setimpal den...