Alano memasuki ruang BK untuk menemui..satpam, guru BK lah masak satpam.
Bu Najwa namanya, guru cantik nan lemah lembut yang jarang terlihat. "Assalamualaikum.."
"Waalaikumussalam.."
"Silahkan duduk," ucap Bu Najwa seraya menaruh majalah yang tadi di baca beliau.
"Terima kasih," ucap Alano seraya duduk di kursi yang di persilahkan Bu Najwa untuk di duduki.
"Ada perlu apa, ya?" tanya Bu Najwa
"Sebelumnya, perkenalkan saya Alano Zain Casildo dari kelas 11 Sastra Inggris 1,"
"Alano? Hm, oh ya ibu ingat. Ada perlu apa Alano?" tanya Bu Najwa
"Saya mau berbagi cerita mengenai Haidar," ucap Alano
Memang, Bu Najwa adalah guru BK tapi bukan untuk menangani anak anak bandel. Tapi untuk menjadi guru BK yang melayani konsultasi masalah siswa, dan curhat curhat dari siswa.
"Haidar? Haidar yang mana ya?" tanya Bu Najwa
"Haidar Pasha dari kelas 10 Akuntansi 1," ucap Alano yang langsung di angguki Bu Najwa
"Oh kalau itu ibu kenal, ada apa sama Haidar, Alano?" tanya Bu Najwa
Alano menarik nafas panjang untuk memulai ceritanya.
"Huft, Haidar anak kedua dari tiga bersaudara. Dia berasal dari keluarga kaya raya. Kedua orang tuanya masih lengkap, tidak bercerai dan juga jarang bertengkar. Meski begitu, dirinya mengalami kesulitan, dan sedikit masalah psikologis," ucap Alano yang membuat Bu Najwa semakin penasaran.
"Haidar? Ibu lihat, dia baik baik saja." ucap Bu Najwa
"Ibu memperhatikan Haidar? Tapi, sepertinya Bu Najwa jarang kelihatan deh," ucap Alano
"Justru itu, jarang terlihat tapi banyak melihat," ucap Bu Najwa yang di angguki Alano. "Teruskan.."
"Dia memiliki ketakutan yang berlebihan saat bertemu kedua orang tuanya. Karna, sebuah peristiwa membuat dia di benci oleh kedua orang tuanya sejak kecil hingga sekarang. Dia selalu di abaikan, di caci maki, di tindas, di siksa tapi dia tetap berusaha untuk tidak membenci kedua orang tuanya. Tumbuh besar, tanpa dampingan orang tua, tanpa kasih sayang orang tua...tidak membuat dia tumbuh menjadi remaja dengan pemilik trauma terhadap bentakan dan penindasan. Dia tumbuh tak sesuai dengan perkiraan orang orang yang bersimpati kepadanya, dia tumbuh menjadi remaja yang kebal terhadap segala kekerasan. Namun, Anak yang memiliki latar belakang seperti Haidar, pastilah memiliki masalah saat tumbuh besar. Seperti Haidar, yang saya tidak tahu adalah perihal isi hatinya dan yang saya khawatirkan adalah kondisi mentalnya. Saya tidak menjamin, dia akan bertahan menerima peluru peluru yang keluarganya tembakkan di tubuhnya yang masih terluka dan peluru dari masa kecilnya yang belum di keluarkan. Dia hidup, tumbuh dan berkembang dengan kerja kerasnya. Dia menghidupi hidupnya sendiri, orang tuanya tidak memberikannya uang sepeserpun semenjak dirinya menginjak usia 6 tahun. Dia bergantung dengan uang lomba, dia sekolah, makan dan memenuhi kebutuhan lainnya dengan uang lomba. Saya sangat prihatin dengannya, tolong nanti, kapan kapan Bu Najwa tanyai dia ya? Buat dia curhat, supaya dia lega dengan masalahnya. Karna, setahu saya, Haidar tidak pernah curhat mengenai hidupnya kepada siapapun," ucap Alano
"Astaghfirullah. Ibu kira, Haidar anak tunggal yang di manja kedua orang tuanya. Ternyata.. oh ehem, baiklah nanti ibu ajak Haidar berbincang. Ngomong ngomong, kenapa kamu bisa tau masalah Haidar?" tanya Bu Najwa
"S-saya sepupunya, Bu" jawab Alano
"Owalah sepupunya. Boleh tau, Kondisi Haidar yang kamu simpulkan dia memiliki rasa takut yang berlebihan kepada kedua orang tuanya?" tanya Bu Najwa yang di anggguki Alano
KAMU SEDANG MEMBACA
Alandar
Random"Sekarang boleh nyerah?" tanya Haidar seraya mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk V, sudut bibirnya yang pucat itu tertarik hingga membentuk senyuman yang manis sekali. "Haidar udah capek" ucap Haidar, senyumnya mulai...