29. Gambar sebuah angan angan

111 16 3
                                    

-ALANDAR-

Haidar kembali ke kamarnya. Dia melihat Sean yang tengah duduk bersandar  di atas ranjang paling pinggir dekat jendela dengan handset yang menyumpal telinganya dan Fayruz yang juga tengah duduk bersandar di atas ranjang tengah alias ranjang samping kanan Haidar  sembari membaca buku tentang astronomi.

Saat Haidar masuk, Fayruz langsung menoleh dan menyuruh Haidar untuk tidur siang.

"Tidur dulu aja, Dar. Baju baju lo taruh ntar aja" ucap Fayruz yang di angguki Haidar

Haidar juga duduk di atas ranjangnya lalu menoleh ke dua teman kamarnya itu. "Ruz, kita pernah ketemu?" tanya Haidar secara tiba tiba seraya memegangi kepalanya yang kembali pusing.

"Nggak sih. Gue jarang ketemu orang orang asing, gue kumpulnya sama anak panti sini aja. Kenapa emang?" tanya Fayruz

"Gapapa. Orang tua lo masih lengkap?" tanya Haidar

Fayruz menggeleng. "5 tahun yang lalu Papa menikah lagi dengan wanita medan. Dan tiga tahun yang lalu Mama meninggal karna kanker" jawab Fayruz yang membuat Haidar iba.

Haidar merasa dia telah dekat dengan Fayruz, seakan Fayruz adalah sahabat karibnya dan dekat dengan keluarga Fayruz. Padahal dia saja baru bertemu Fayruz.

"Eh, maaf, Ruz. Gue nggak bermaksud. Gue kira lo kayak Ilyas" ucap Haidar dengan raut cemas

"Ilyas?" tanya Fayruz

"Iya. Orang tua Ilyas masih lengkap, dia juga punya empat kakak tapi dia berakhir di Panti ini" jawab Haidar

"BWAHAHAHAHAH!" Fayruz meledakkan tawanya.

Tawanya tak berhenti hingga air mata menetes dari ujung matanya dan Sean sampai menoleh ke arah keduanya.

Sean mencopot handsetnya lalu membuat bahasa tubuh pada Haidar dengan menunjuk Fayruz dengan jempol tangan kanannya. Seolah menanyakan "Fayruz itu kenapa?"

Haidar mengendikkan bahunya lalu menggeleng. "Tidak tahu"

"Ilyas itu anak bungsu Bu Diah!" ucap Fayruz di sela tawanya

Haidar melongo tak percaya. "Yang bener?" tanya Haidar

"Iya serius nggak bohong. Iya kan, Yan?" tanya Fayruz pada Sean

Sean mengangguk.

Haidar berdecak lalu berbaring di tempat tidurnya. "Bisa bisanyaa" gumamnya

Fayruz masih sibuk tertawa sedangkan Sean menggeleng heran.

Saat Haidar ingin memejamkan mata untuk tidur siang, Haidar kembali membuka matanya dan merubah posisi menjadi duduk dan kembali menghadap ke kanan.

Fayruz sudah menghentikan tawanya, saat juga ingin bersiap tidur, Sean juga kembali memakai handsetnya.

"Ruz!" panggil Haidar

"Apa?" jawab Fayruz yang menghentikan kegiatannya yang sedang bersiap ingin tidur.

"Nama gue bukan Haidar lagi. Tapi Alandar, panggil Alan aja" ucap Haidar

Fayruz kembali duduk. "Loh kenapa?" tanya Fayruz

"Nggak tau juga" jawab Haidar

"Emang bisa gitu yaaa?" tanya Fayruz yang di tanggapi Haidar dengan mengendikkan bahu

"Oh ya. Besok kalian sekolah?" tanya Haidar

"Nggak. Gue sama Sean tetep di sini, nanti ada guru yang datang buat ngajar kita secara private" jawab Fayruz

AlandarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang