24. Rampok?

127 20 0
                                    

-ALANDAR-

Haidar berhenti di pinggir jalan depan sebuah cafe tua yang ternyata masih buka di tengah bencana, sepi tak ada pembeli. Haidar hanya sekedar melirik tidak berniat  membeli secangkir kopi disana. Dia tau, pemilik Cafe itu adalah sosok pengusaha kaya raya yang warisannya di turunkan kepada putra semata wayangnya yang kini menjadi pemilik cafe tersebut.

Cafe bergaya klasik dengan lonceng di depan pintunya. Haidar tau betul segala hal tentang cafe tersebut karna cafe itu adalah cafe milik ayah dari Rio Pradana--sahabatnya.

Dia biasanya berkumpul di sana dengan teman teman sebayanya. Tapi entah mengapa, dia enggan untuk ke sana.

"Eum, tumbenan gue ragu buat kesana" gumamnya seraya mengendikkan bahu lalu memutuskan untuk keluar mobil dan memasuki Cafe tua itu walau kakinya sangat berat dan enggan sekali.

Kling kling!

Dua lonceng itu berbunyi saat Haidar membuka pintu cafe.

"Selamat datang, Kak. Kakak nya mau pesan apa?" tanya seorang barista cantik dengan senyum manisnya

Haidar nampak celingukan mencari sesuatu lalu mengajukan pertanyaan pada barista cantik itu.  "Masih jual kue?" tanya Haidar

Pasalnya cafe ini juga jualan dessert, roti dan kue.

"Masih, Kak. Ini, di sini" ucap barista tersebut seraya membuka kain yang menutupi etalase besar di samping meja kasir.

"Wah, kenapa di umpetin?" tanya Haidar yang masih sibuk memilih kue

Barista cantik itu terkekeh. "Bukan begitu, cafe kita baru saja buka"

"Jam segini baru buka? Pagian dong mbak biar cepet abisnya. Biasanya juga jam 7 udah buka" ucap Haidar

"Masalahnya cuaca sekarang kurang mendukung, Kak. Kita bukanya sewaktu sore gini." jawab barista cantik tersebut

" Toko toko lain juga buka malam?" tanya Haidar pasalnya sepanjang jalan tadi semua toko dan warung warung tutup.

"Tidak semua. Hanya beberapa yang bertahan di tengah bencana seperti ini" jawab barista cantik itu

"Supermarket dan mall juga tutup. Lalu, mereka mau makan apa?" tanya Haidar yang lagi lagi membuat barista tersebut tertawa ringan.

"Kakaknya baru pindahan ya? Kok kayak baru tau kehidupan dan suasana sekarang? Jadi gini kak, setiap malam ada kurir pengantar makanan dan belanjaan.  Jadi mereka yang sedang bertahan di rumah demi keamanan tuh tetap bisa bertahan hidup dengan bekerja dan melakukan aktifitas dari rumah. Kalau malam, kurir khusus dari cafe kita meluncur ke rumah rumah pelanggan pemesan untuk di antarkan pesanannya. Jadi, kakak nggak perlu ke sini, cukup pesan saja melalui aplikasi" jawab barista cantik itu yang di angguki Haidar

"Oh  begitu. Saya mau kue ulang tahun ini" ucap Haidar seraya menunjuk sebuah kue bulat berwarna hijau putih yang di hias sedemikian rupa hingga cantik dan estetik.

"Baik. Mau di tambahi kata kata?" ucap Barista tersebut yang di angguki Haidar

"'Selamat ulang tahun, Alina! Adikkuu!' gitu, mbak" ucap Haidar

AlandarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang