-ALANDAR-
"Tuhan selalu memiliki cara untuk membuat hambanya tersenyum"
▪︎-▪︎
Brak!
Suara gebrakan di meja yang secara tiba tiba itu membuat Haidar yang awalnya tertidur di bangkunya langsung terperanjat, dia kaget bukan main. "ALLAHU AKBAR!"
"Ke kantin!" ajak Rizal usai menggebrak meja Haidar dan nampaknya begitu puas dengan ekspresi Haidar.
"Kagak, mager" jawab Haidar yang menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya di meja. Dia terlalu enggan untuk keluar kelas. Sudah lama tidak bersekolah dan jalan kaki jauh, dia menjadi cepat lelah jika harus berjalan ke kantin yang jaraknya cukup jauh.
"Pemalas! Ke kantin ayo!" seru Rizal
"Gah usah maksa. Ke kantin aja sendiri, biasanya juga sendiri" jawab Haidar yang masih tetap pada posisinya.
"Berani ya lo sama gue?!" seru Rizal
"Ngapain takut. Orang sama sama makan nasi" ucap Haidar yang membuat Rizal kesal setengah mati hingga rasanya ingin mengubur hidup hidup Haidar saat ini juga.
Rizal celingak celinguk melihat situasi. Setelah di rasa aman dan sepi. Dia menepuk pundak Haidar.
"Hm, apaan? Mau ngutang?" tanya Haidar yang masih tetap pada posisinya.
"Enak aja. Btw lo kenal Janura?" tanya Rizal yang membuat Haidar mengangkat kepalanya dengan segera. Mendapat reaksi seperti itu, Rizal lantas tersenyum lebar, berharap menemukan jawaban dari pertanyaan pertanyaan yang bersarang di otaknya selama ini.
Rasa pusing kembali menyerang Haidar. Haidar hanya diam lalu memejamkan matanya berusaha menahan rasa sakit di kepalanya yang seperti di hantam batu besar.
"Nggak" jawabnya. Dia tiba tiba saja menggeser kursinya lalu berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Rizal yang masih belum puas dengan jawaban Haidar.
"BOHONG! LO KENAL DIA KAN? LO SIAPANYA? TEMAN LESNYA? ATAU SAUDARANYA?" tanya Rizal yang berteriak seraya menyusul Haidar yang berjalan di lorong kelas entah dia ingin kemana. Rizal tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang menatapnya aneh karna berteriak di lorong.
"Eh dia Rizal yang pendiam itu kan?"
"Kok lo kenal?"
"Lonya aja yang kudet. Dia satu angkatan sama kita. Dia kan terkenal karna pendiam, pemurung kayak gak punya semangat hidup. Untung nggak di bully sama anak anak sini"
Percakapan antara dua siswi yang ada di depan koperasi itu membuat Rizal menghentikan langkahnya seketika. Diliriknya dua siswi yang tengah membicarakannya itu yang membuat dua siswi tersebut langsung pergi.
"Sial! Makin di ejek Alan kalau dia tau gue pendiam di kelas" gerutu Rizal
Rizal memandangi punggung Haidar yang menghilang dari balik tikungan. Rizal tau, di situ hanya terdapat tangga menuju lantai 2.
"Lah, dia mau ke lantai atas?" batin Rizal
--
Sampai di lantai 2, Haidar melangkahkan menuju tangga yang mengarah ke rooftop.
Pertama kali menginjakkan kaki di sekolah ini, yang pertama di lihatnya adalah rooftop. Rooftop adalah tempat favoritenya sedari MTS. Dia tersenyum sumringah saat tau bahwa sekolah barunya ini memiliki rooftop. Karna SMAnya yg dulu tidak memiliki rooftop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alandar
Random"Sekarang boleh nyerah?" tanya Haidar seraya mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk V, sudut bibirnya yang pucat itu tertarik hingga membentuk senyuman yang manis sekali. "Haidar udah capek" ucap Haidar, senyumnya mulai...