-ALANDAR-
"Gue pernah baca namanya di kayak daftar nama buat apa gitu. TAPI GUE LUPA ITU DAFTAR APA DAN DIMANA GUE KETEMUNYA! WOAH SUMPAH! KAGA BOHONG!" seru Haidar yang nampak heboh
"Iya iya. Santai. Inget inget dulu ntar kabari kira" ucap Fayruz
Sean menepuk pundak Fayruz dan berkomunikasi dengan Fayruz menggunakan bahasa Isyarat. "Jangan di fikirkan lagi. Aku tidak apa apa"
Fayruz mengangguk lalu menoleh ke Haidar. Tapi Fayruz mendapati Haidar yang tengah meringkuk memegangi kepalanya dengan kuat.
"Alan! Kenapa?! Lo sakit? Efek kecelakaannya kumat lagi?" tanya Fayruz
"Sakit banget, Ruz. Rasanya kayak mau pecah" ucap Haidar
Sean bergegas menghampiri Haidar lalu berusaha menenangkan Haidar. Namun, baru saja Sean ada di dekat Haidar, Haidar kehilangan kesadaran dan Fayruz berteriak meminta tolong sedangkan Sean berusaha menyadarkan Haidar.
---
Bu Diah mengusap kepala Haidar dengan lembut, sudah satu jam berlalu namun Haidar tak kunjung membuka mata. Terlihat jelas raut khawatir Bu Diah.
Bu Diah menatap Haidar penuh iba. Beliau teringat saat dimana supir pribadi Ayah Haidar keluar pekarangan, saat itu juga sebuah pesan masuk dari nomor tak di kenal yang mengaku sebagai Zain Casildo yaitu Ayah Haidar mengirim pesan bahwa apapun yang terjadi jangan pernah membawa putranya itu ke rumah sakit.
"Sean sama Fayruz tidur sana. Biar Ibu yang jagain Alandar" ucap Bu Diah
Fayruz mengangguk lalu mulai bersiap ingin tidur, begitupun dengan Sean.
Mata Haidar terbuka pelan. Lalu saat sempurna terbuka, Haidar langsung bangkit dari tidurnya dengan nafas yang tersenggal senggal.
"Ada yang sakit? Bilang sama ibu" ucap Bu Diah yang nampak begitu khawatir.
Sean dan Fayruz bangun dan ikut mengkhawatirkan Haidar.
Haidar mendekap kepalanya.
Haidar nampak bingung dengan sekitarnya yang gelap gulita.
Tiba tiba saja seorang remaja laki laki datang di sorot sebuah cahaya dan langsung memeluk Haidar seperti seorang adik yang memeluk kakaknya. Haidar masih diam terpaku di tempatnya. Tak lama kemudian remaja laki laki itu mengurai pelukan mereka. Ia mengambil tangan Haidar, membuka telapak tangan Haidar lalu meletakkan setangkai Bunga Anyelir Putih disana.
"Senang bertemu denganmu Haidar, gue nggak pernah nyesel ketemu sama lo. Gue titip Zidan. Makasih" ucap Remaja itu lalu menghilang bagai debu. Bersamaan itu cahaya yang semula menyorot remaja itu langsung menghilang.
Mimpi itu membuat Haidar merasa dejavu. Dia seperti pernah bermimpi seperti itu. Tapi setelah di ingat ingat, dia tidak pernah bermimpi seperti itu sebelumnya.
Ingatan membawanya ke kejadian tadi pagi, dimana dia kabur dari rumah sakit bersama remaja laki laki seumuran umurannya.
Kalau tidak salah, wajah remaja laki laki yang ada di mimpinya sangat mirip dengan remaja tadi pagi yang membawanya kabur dari rumah sakit.
"Sakit banget kapalaku, Bu" ucap Haidar
"Buat tiduran ya. Ibu ambilkan obat sakit kepala dulu" ucap Bu Diah lalu beranjak pergi menuju dapur
"Lan! Lo kecelakaan itu kepala lo yang kena ya?" tanya Fayruz yang di angguki Haidar
"Owalah pantes. Udah buat senderan aja. Tunggu Bu Diah" ucap Fayruz
Haidar mengangguk lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran ranjang dengan kedua tangan tangan masih memegangi kepala.
Haidar menoleh ke kanan, melihat Fayruz dan Sean yang juga sedang menatapnya. "Eh kalian tidur aja. Maaf ganggu" ucap Haidar
"Gapapa. Kita juga biasanya tidur tengah malem kok malah. Kita biasanya dengerin podcast dulu" ucap Fayruz
"Terus kenapa ini pada siap siap tidur? Ini udah tengah malam ya?" tanya Haidar
"Belum. Masih jam 10 an. Kita maunya begadang, tapi tadi ada Bu Diah" ucap Fayruz
Haidar mengangguk dengan kepala yang masih ia pegangi erat erat dan agak di tekan karna sangking sakitnya.
"Aduh. Gue rasa ada yang salah sama kepala gue. Apa geger otak ya gue ini" keluh Haidar
"Huss!! Nggak boleh gitu. Ngomong yang baik baik aja, Dar" peringat Fayruz
Haidar mengangguk pasrah. Tak lama kemudian Bu Diah datang membawa nampan yang berisi obat obatan, biskuit dan air putih.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alandar
Diversos"Sekarang boleh nyerah?" tanya Haidar seraya mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk V, sudut bibirnya yang pucat itu tertarik hingga membentuk senyuman yang manis sekali. "Haidar udah capek" ucap Haidar, senyumnya mulai...