-ALANDAR-
"Ada hadiah apa yang menungguku di ujung sana? Seistimewa apa hadiah itu sampai aku harus melewati jalan hidup yang teramat terjal dan berliku liku?"
-▪︎-
Haidar sontak membuka matanya lebar dan menjerit saat merasakan sebuah aliran listrik menyetrum dari kedua bahunya. "HAAAAAAAAAH!"
Ctash!
Listrik yang semula menyetrum Haidar di hentikan seusai jeritan Haidar membuat beberapa pria dan wanita berjas putih yang ada di ruangan luas tersebut mengalihkan perhatian mereka dari kesibukan masing masing dan langsung berfokus pada Haidar.
"Huhh"
Haidar memperhatikan sekeliling. Sebuah tempat yang asing baginya. Bau obat obatan dan bahan bahan kimia menyeruak membuatnya ingin muntah. Posisinya saat ini setengah berbaring, di dalam sebuah tabung yang di penuhi selang yang entah sejak kapan menempel pada tubuhnya. Kedua pergelangan tangannya yang lurus menyamping di sisi kanan kiri di kunci, kedua kakinya di borgol. Ada sesuatu semacam kabel menempel pada bahunya lalu melingkar di lehernya hingga ke belakang kepala. Dia tidak mendengar suara di sekeliling karna alat bantu dengar di telinganya telah di lepas entah oleh siapa. Tapi dia bisa melihat apa yang terjadi di depannya karna kaca tabung yang tembus pandang.
Dapat dia lihat di sebrang sana ada tabung lain, tapi kacanya berwarna hijau tembus pandang dan selangnya lebih banyak darinya. Di dalam tabung sebrang terdapat seorang anak laki laki yang sangat dia kenali.
"Androe?"
Sepupunya--Androe. Androe Fauzan Rafassya yang sempat dinyatakan hilang 4 tahun yang lalu yaitu di akhir tahun 2025.
"Androe! NDRO! ANDRO!!!" teriak Haidar dengan meronta ronta hingga pergelangan tangan dan kakinya memerah karna dipaksakan untuk lepas dari borgol.
Haidar terdiam saat dua pria dan satu wanita yang sama sama berjas putih mendekat ke arahnya dengan raut yang berbeda. Ada yang heran, ada yang kesal dan ada yang panik. Terutama si Wanita yang nampak begitu panik.
Haidar mengamati bagaimana si Wanita mengamatinya dengan raut panik sekaligus takut dan salah satu pria yang sepertinya sedang memarahi si Wanita sedangkan pria satunya yang memakai kaca mata tengah membuka sebuah buku entah buku apa Haidar tidak tahu.
Fokus Haidar teralih pada tabung sebrang yang berisi Androe yang di kelilingi pria pria berseragam abu abu. Yang ia herankan adalah Mengapa Androe sangat di jaga ketat?
si Wanita nampak pergi setelah di marahi lalu pria berkaca mata di kode oleh pria satunya yang membuat Haidar heran karna setelah mengangguk, pria berkaca mata mendekat ke arahnya lalu membuka tabungnya.
"LEP-PAAASSSS!!" teriak Haidar
"Dasar tuli! Diam! Mati saja kau!"
Haidar yang menyadari perkataan itu karna berusaha membaca gerak bibir pria itu membuat Haidar terdiam.
Pria berkaca mata nampak memanggil seseorang lalu datanglah pria lain yang memiliki alis tebal yang datang membawa sebuah jarum suntik dan tabung kecil.
Haidar semakin meronta saat menyadari hal itu. Dia akan di suntik? Suntik mati?
"AAAAA!!"
Haidar terus berteriak sampai pria beralis tebal membekap mulutnya. "Hmpph"
"Ayah... tolong Haidar, kali ini saja"
Pria berkaca mata tersenyum kemenangan saat berhasil menyuntik Haidar.
Haidar merasakan, otot ototnya menjadi lemas. Semuanya terasa berat bahkan untuk sekadar berbicara Haidar tidak mampu.
Tangan yang semula membekapnya menjauh setelah dirinya tak menunjukan pemberontakan.
Pandangannya perlahan menggelap.
"Ya Allah..." batinnya sebelum semuanya menjadi gelap gulita.
----
"Haidar! Woy! Bangun! Tidur mulu ah! Udah sore ini!"
Haidar sontak membuka matanya saat mendengar suara tersebut. Yang pertama di lihatnya adalah Leon dan Danesh yang ada di sisi kanan kirinya tengah duduk bersila.
"Kalian?"
Haidar segera bangkit dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi duduk bersila di atas karpet yang menjadi alasnya tidur.
"Kalian?" gumam Haidar sekali lagi
Haidar memegangi kedua telinganya dan menepuk tepuk kepalanya dengan agak keras.
"Kenapa dah lu?" tanya Leon
"G-gue nggak tuli?" gumam Haidar
"Ngigo dah lu. Cuci muka sana!" ucap Leon
"Lo kenapa baik sama gue?" tanya Haidar pada Leon
"Lah? Apaan si? Sejak kapan gue musuhan sama lo? Kita kan sahabatan dari orok. Buru cuci muka sana!" seru Leon
Haidar menoleh ke kiri dan mendapati Danesh yang sedang duduk bersila sembari bermain handphone. "Kenapa lo ada disini?" tanya Haidar
Danesh mengalihkan perhatiannya dari Handphone ke Haidar. "Hah? Kaga jelas lu mah"
"Lo kan pindah ke Solo!" seru Haidar
"Sejak kapan gue ke Solo? Gue keluar Jakarta aja kaga pernah. Boro boro ke Solo" ucap Danesh
"Hah?"
Dengan semua keanehan secara tiba tiba ini membuat kepalanya berdenyut nyeri.
Tempatnya dia berada saat ini sangat begitu asing.
Haidar mengedarkan pandangannya ke sekitar dengan jari jarinya yang memijat kepalanya.
Dia sebelumnya di seret, di siksa, di borgol, di suntik, dia berada di sebuah tempat asing dengan orang orang asing yang mengelilinginya tapi sekarang?
Dia bersama sepupu dan sahabat dekatnya. Dan bahkan berada di tempat yang sama sekali tak dia ketahui tapi dia merasa tak asing dengan tempatnya saat ini berada.
Dengan jari jari yang masih memijat kepala, tiba tiba saja Haidar menyadari sesuatu.
Rambutnya.
Dimana rambut panjangnya yang ujungnya sampai menyentuh kerah baju? Dan menutupi daun telinga?
"Kaca!"
"Tiba tiba banget?" tanya Leon
"CEPETAN KACA!"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alandar
Random"Sekarang boleh nyerah?" tanya Haidar seraya mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk V, sudut bibirnya yang pucat itu tertarik hingga membentuk senyuman yang manis sekali. "Haidar udah capek" ucap Haidar, senyumnya mulai...