-ALANDAR-
15.10 WIB
Dr. Kevin datang dengan beberapa suster yang mengikutinya di belakang.
"Tolong berikan yang terbaik untuk putra saya," pinta Syahla
"Baik Bu. Permisi, kami akan melakukan penanganan," ucap seorang perawat yang ikut masuk ke Ruang ICU dan pintu di tutup oleh perawat yang terakhir masuk.
"Mama!" panggil Alina menghampiri Syahla yang cemas menunggu kabar yang akan diberikan para tenaga medis yang menangani Haidar.
"Alina.." lirih Syahla sambil membawa Alina ke dekapannya
"Anzo kenapa Mah?" tanya Alano
"Mama gak tau Lano, tadi..Alanzo nangis tapi masih koma. Dia berkali kali manggil 'Gav' dan mama khawatir terus kasih tau ke Dokter," jawab Syahla
"Gav? Gavin maksutnya?" tanya Leon sambil menatap pintu ICU
"Mungkin aja Gavin nemuin Haidar di alam bawah sadar," sahut Danesh
"Gavin ngomong apa ke Haidar sampai Haidar nangis gitu?" tanya Rio
"Jangan..jangan.." ucapan Iqbal terpotong oleh ucapan Alano.
"Gak! Gavin..gue mohon jangan bawa Alanzo..gue mohon Vin..please!" pinta Alano sambil menatap sendu pintu ruangan Haidar berada.
"Mana Kak Haidar?" tanya Zidan yang sedari tadi celingak celinguk mencari Haidar.
"K-kak Haidar---" ucapan Leon terpotong saat Renan datang dengan tas ranselnya.
"Mana Haidar?" tanya Renan yang nafasnya masih ngos ngosan
"Bang Renan?" tanya Alano memastikan
Renan mengangguk. "Mana Haidar? Lan," tanya Renan
"Disana bang," jawab Alano sambil menunjuk Ruang ICU dimana Haidar berada
Tepat saat Renan melihat ke Ruang ICU, Pintu Ruangan terbuka menampakkan Suster yang keluar dari sana.
"Bagaimana kondisi anak saya Sus?" Tanya Syahla
"Pasien sudah sadar," jawab Seorang Suster.
"Alhamdulillah..." ucap mereka semua.
"Pasien boleh di jenguk, asalkan tidak beramai ramai," ucap Suster tersebut yang di angguki Syahla
---
MANSION CASILDO
Zain kini berlari menaiki tangga menuju lantai 3. Ia akan masuk dan mencari uang Haidar di kamar Haidar. Karna menurutnya Haidar pasti memiliki uang banyak sampai sampai bisa menyewa banyak bodyguard.
Brak!
Pintu terbuka.
Zain nampak kesal karna ternyata kamar Haidar tidak terkunci.
Zain memasuki kamar yang di dominan warna putih hitam itu.
Zain di suguhkan penampilan Kamar Haidar yang sangat begitu bagus. Zain mengerjab beberapa kali, ia memperhatikan ke arah kanan. Disana, ada meja bufet bercat putih bersih yang di atasnya ada beberapa piala penghargaan.
Zain segera mengobrak abrik setiap laci meja bufet berwarna putih itu. Namun, ia tak menemukan sepeserpun uang, melainkan ia menemukan sebuah benda yang asing.
Zain duduk di tepi ranjang kamar Haidar, lalu memperhatikan benda yang seperti thermometer tapi sangat simple berwarna merah putih dan ada selang panjang berwarna merah di tengahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alandar
Random"Sekarang boleh nyerah?" tanya Haidar seraya mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk V, sudut bibirnya yang pucat itu tertarik hingga membentuk senyuman yang manis sekali. "Haidar udah capek" ucap Haidar, senyumnya mulai...