-ALANDAR-
"Tidak ada seorangpun yang hidupnya mulus, bahagia, tentram dan sempurna. Karna adanya isak dan air mata adalah untuk raungan kesedihan"
-•-
Haidar duduk di kursi teras panti seraya memperhatikan anak anak panti yang sedang bermain di halaman.
Haidar merasa hidupnya sudah di titik paling bosan dan kosong. Dia bingung harus apa.
Rencana dia mendaftar ke sekolah di undur oleh Bu Diah karna kondisinya yang belum pulih sepenuhnya.
Handphone miliknya juga menghilang entah dimana, dia tidak mengingat apapun tentang hilangnya handphonenya.
Sean dan Fayruz sedang di ajar oleh guru privat masing masing jadi Haidar tidak ada teman bermain.
Tak lama kemudian seorang remaja dengan montor maticnya memasuki pekarangan panti yang langsung di sambut heboh anak anak panti yang ada di halaman.
"KAKAK!!"
Montor matic keluaran 2025 yang di modifikasi sedemikian rupa menjadi full black dengan lampu biru muda itu berhenti tepat di depan Haidar.
Remaja yang tak Haidar ketahui siapa itu turun dari montornya dan nak anak panti langsung menghampirinya. "KAKAK YEAY! KAKAK PULANG!"
"ABANG! OLEH OLEHNYA DONG!"
"ABANG DARI MANA AJA?"
"ABANG SEKOLAHNYA KOK LAMA?"
Remaja itu melepas helmnya lalu berbalik menghadap anak anak. "Hei hei hei... Abang nginep di rumah temen. Nggak ada oleh oleh atuh kan Abang nggak lagi jalan jalan" ucap Remaja itu. Haidar merasa heran saat melihat wajahnya. Sekilas, mirip seseorang.
"Yahhh"
"Sana kalian main lagi"
Semua anak anak kembali bermain seperti sebelum remaja itu datang, namun lain hal dengan Ilyas yang masih berdiri di depan remaja tersebut.
"Abang kenapa nggak pulang! Kasihan Ibu! Ibu nyariin Abang! Abang belum izin ya sama Ibu!" seru Ilyas yang nampak marah
"Sudah kok, Ibu nggak denger paling"
"Iyas nggak mau tahu! Setelah ini, Abang kalau sekolah ya pulang langsung! Jangan hilang hilangan! Kasihan Ibu!"
"Iya iya. Udah sana main lagi"
Ilyas dengan wajah masih kesalnya beranjak pergi bergabung dengan teman temannya sedangkan remaja tadi duduk di kursi sebelah kiri Haidar. Di tengah keduanya ada meja bundar kecil.
"Anak baru ya?"
"Ya. Anak Bu Diah ya?" tanya balik Haidar yang di angguki anak remaja tersebut
"Gue Rizal. Lo siapa?" tanya anak remaja tersebut yang ternyata bernama Rizal itu.
Haidar terdiam. Kepalanya kembali sakit. Sekilas wajahh seseorang yang mirip Rizal dengan raut panik melesat di ingatan Haidar.
"Lagi? Sebenarnya kalian semua itu siapa? Bu Diah, Sean, Fayruz... dan anak laki laki yang bertemu denganku kemarin pagi? Kenapa kalian seperti memiliki sesuatu yang kuat dan menempel pada ingatanku? Tapi sayangnya aku tidak bisa mengingatnya. Aku, tidak sedang lupa ingatan kan?"
"Loh! Hei! Ngalamun?" tanya Rizal
"Eh gue Alandar. Alan aja" jawab Haidar yang di angguki Rizal
"Oke. Sejak kapan lo datengnya?" tanya Rizal
"Kemarin" jawab Haidar yang kembali di angguki Rizal
"Zal. Kita pernah ketemu?" tanya Haidar yang membuat Rizal terdiam sejenak.
Haidar merasa, Rizal seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Ng-nggak elah! K-kita aja baru ketemu" jawab Rizal. "Eh gue ke dalam dulu ketemu Ibu, ya" ucap Rizal yang di angguki Haidar
Rizal lantas langsung masuk meninggalkan Haidar di teras sendirian dengan pikirannya yang semakin di penuhi tanda tanya besar mengenai hidupnya.
Haidar menyernyitkan alisnya lalu memperhatikan langit yang kembali mendung seperti kemarin siang.
"Hidup gue kenapa sendu amat ya. Kayak langit akhir akhir ini" gumam Haidar
Angin bertiup kencang, langit semakin gelap dan langitpun bergemuruh memberi pertanda pada makhluk bumi di bawahnya bahwa akan segera datang rintikan deras dari awan awan kelabu.
"HEI ADEK ADEK! AYO MASUK! SEBENTAR LAGI HUJAN.." teriak Haidar
"IYA KAK!"
Mereka semua yang tadinya bermain di halaman lantas langsung berlomba lomba masuk.
Haidar tersenyum kecil. Mungkin ini saatnya kehidupan baru harus di mulainya. Padahal kehidupannya sudah di mulai sejak lama, dia hanya kurang menyadari dan mungkin menolak sadar bahwa kehidupannya tak seindah mimpi mimpinya.
Sebagian orang berfikir, anak dari pengusaha kaya raya pasti tak usah susah payah berusaha karna akan di warisi perusahaan oleh Ayahnya, pasti hidupnya sudah tertata dengan baik.
Tapi lain hal dengan Haidar. Bahkan untuk sekedar bermimpi saja dia takut. Semuanya tak pernah terwujud, bahkan ia merasa hidupnya semakin mundur. Dulu dia menjadi anak seorang pengusaha kaya raya lalu dia bermimpi menjadi seorang Dokter tapi sekarang dia hanyalah anak panti yang takut untuk bermimpi, bahkan sekedar mimpi hidup tentram saja dia tidak yakin.
Saat melangkahkan kaki hendak masuk ke pintu sebuah kertas yang lusuh terbang terbawa angin dan jatuh di bawah kursi. Haidar yang memang anaknya penasaranpun mengambil kertas tersebut.
Saat menelisik kertas tersebut, fokus Haidar jatuh pada tahun yang tercantum. "2024? 5 tahun yang lalu?" gumam Haidar
Haidar benar benar penasaran tulisan apa yang ada dalam kertas yang sepertinya semacam pengumuman itu.
Tapi yang Haidar dapat hanyalah tahun dan.. sebuah nama
" YZ SYA "
Tapi dia tidak yakin bahwa itu sebuah nama karna pengejaanya benar benar sulit.
Bersambung...
Jangan lupa bintangnya di klik ✨️
Don't forget to follow and comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alandar
Random"Sekarang boleh nyerah?" tanya Haidar seraya mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan jari tengah membentuk V, sudut bibirnya yang pucat itu tertarik hingga membentuk senyuman yang manis sekali. "Haidar udah capek" ucap Haidar, senyumnya mulai...