33. Sekolah

84 17 12
                                    

-ALANDAR-

"Kisah orang berbeda beda, tapi pasti ada kesamaanya. Kesamaanya di bagaimana luka itu terjadi, yang membedakan adalah seberapa dalam luka yang terjadi. Karna hati dan kemampuan setiap insan itu berbeda"

▪︎-▪︎

Bu Diah duduk di samping ranjang Rizal. Rizal duduk di kursi belajarnya seraya memainkan handphonenya, mengabaikan sang Ibu yang berada di belakangnya.

"Rizal.." panggil Bu Diah

"Bu, dia bukan disabilitas. Kenapa Ibu terima? Dia cuman buat ibu tambah capek tau ga" ucap Rizal

"Dia tuli" jawab Bu Diah

Rizal terdiam sejenak.
"Halah normal gitu kok" ucap Rizal

"Dia pakai alat bantu dengar" ucap Bu Diah

Rizal kembali terdiam, sejenak dia teringat rambut Haidar yang panjang hingga menutup telinga, mungkin itu sebabnya dia tidak melihat alat itu.

"Pasti anak orang kaya. Kenapa di taruh di sini? Nyusahin aja" ucap Rizal

Bu Diah menggeleng kecil seraya tersenyum tipis. "Ibu carikan teman untuk kamu" ucap Bu Diah

Lagi lagi Rizal sejenak hanya diam.

"Kamu kesepian kan? Sampai harus ke Jakarta Pusat? Hari hari setelah sekolah kamu cuma keliling keliling kan? Ngeliatin anak montor, ngeliatin anak paskib latihan. Kamu..nggak punya teman kan, Rizal?" tanya Bu Diah

Rizal hanya diam, telapak tangannya terkepal erat. Rizal menggigit bibirnya hingga berdarah karna kesal.

"Ibu ngertiin perasaan Rizal...karna itu Ibu cariin teman" ucap Bu Diah

Hanya hening yang terjadi setelahnya.

"Rizal punya temen" ucap Rizal

Darah sudah menetes dari bibirnya yang di gigitnya hingga luka.

Bu Diah mendekat ke Rizal lalu memeluk putranya itu. Setetes air mata menetes dari pelupuk mata Rizal. "Janura pasti masih hidup, Bun"  ucap Rizal dengan suara bergetar

"Iya iya ibu juga berfikir begitu" ucap Bu Diah yang mencoba menenangkan.

---

Satu minggu berlalu. Bahkan saat ini sudah memasuki bulan Juli.

Haidar melalui hari harinya di panti seperti biasa, tidak ada yang istimewa mengenai apapun itu.

Dia bahagia? Entahlah. Sudah lama dia tidak bahagia. Bahkan dia lupa rasanya bagaimana bahagia yang membuncah itu.

Tapi dia ragu, perasaannya mengatakan sebelum ini dia sangat bahagia. Padahal, sebelum ini dia kan di campakkan Ayah dan Abangnya dan hari harinya hanya tentang belajar, belajar dan mengemis kasih sayang.

Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah. Dia kembali menjadi anak kelas 10 karna sebelum koma dia belum melewatkan satu semesterpun di bangku kelas 10. Dia juga tidak mampu jika harus mengikuti ujian loncat kelas.

Haidar bercermin di cermin besar yang tersedia di toilet khusus siswa.

Dia memperhatikan setiap inci wajahnya sendiri.

Hidung mancung, kulit putih, iris mata hazel, gigi kelinci, bulu mata lentik dan oh ya rambutnya. Dia sudah lama tidak memotong rambutnya, pantas rambutnya sudah memanjang.

Haidar meraba rambutnya sendiri di bagian depan sampai belakang.  Rambut depan panjang hingga menghalangi pandangannya, rambut belakang juga sampai melewati kerah seragamnya, rambut samping apa lagi! Telinganya sampai tidak terlihat.

AlandarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang