21. Konflik

154 19 2
                                    

-ALANDAR-
Alanzo-Haidar

"Mungkinkah jika aku menghilang,
dunia papa menjadi damai?"
-Haidar/Alanzo

Setibanya di mansion Casildo, Alano dan Alina di kejutkan dengan suara isakan seseorang.

Hiks

Alano dan Alina lantas menghentikan langkah.

"Papa atau mama ya, Bang?" tanya Alina

"Nggak tau Lin, kalau mama nggak mungkin, itu suara laki laki. Kalau papa juga nggak mungkin, papa kan jarang nangis" jawab Alano

"Ya juga ya"

Hiks

Suara itu terdengar lagi.

Alano dan Alina mengedarkan pandangannya, dan di dekat tangga sana keduanya melihat Zain--Papa mereka  yang meringkuk dengan punggung bergetar. Disana juga ada mamanya yang nampak frustasi berada di dekat papa mereka. Apa orang tua mereka bertengkar?

"Ma?" panggil Alina

"Ah, kalian sudah pulang ya sayang.." ucap Syahla seraya tersenyum manis menghampiri kedua anaknya.

Zain langsung mendongakkan Wajahnya.

"Mana anak itu?" tanya Zain pada Alano

"Siapa, Pa?" tanya Alano

"Anak pembawa sial itu" jawab Zain

"Astaghfirullah, Pa! Sudah berapa kali Alano bilang, berhenti manggil Anzo dengan panggilan seperti itu! Dia juga manusia, dia memiliki hati!" ucap Alano

"Kamu berani ya menasehati orang tua" ucap Zain

"Papa sudah keterlaluan" ucap Alano

"Mama sudah lelah, kalian urus papamu itu. Mama mau sholat isya' dulu" ucap Syahla yang di angguki Alina dan Alano

"Apa mau Papa?" tanya Alina yang sudah sedikit muak dengan tingkah kekanak kanakan papanya.

"Kalian tau tempat anak itu menyimpan uang?" tanya Zain

Alano menggeleng lalu Berkata, "Nggak pa, Papa mau apa? Papa mau ambil uang jerih payah Anzo? Selama ini papa kan gak pernah menafkahi  Anzo,  Anzo kalau mau makan pun harus ngumpulin uang dari hasil lombanya, dan sekarang papa mau ambil uang Anzo?"

Zain menggeleng kuat. "Bukan begitu,  Papa cuma mau mastiin uang dia itu haram atau halal sampai kita kena sial begini,"

"Astaghfirullah Papa!" seru Alano dan Alina dengan serempak.

"Sampai kapan papa terus berprasangka buruk sama Bang Anzo?" tanya Alina

"Alano, Alina, coba kalian pikir, kamar bagus..mewah..nyewa puluhan bodyguard, bisa sekolah elit! Pantes lah kalau di curigai?" elak Zain

"Papa! Bang Anzo itu kerja keras pa! Dia di gaji pemerintah buat nyelesaiin misi! Papa tau kan Bang Anzo jarang nampakin wajah di hadapin papa? Ya itu karna  misi yang di beri pemerintah buat Banh Anzo itu bahaya! Sampai sampai Bang Anzo pasti pulang dengan luka luka! Dan Bang Anzo gak berani nampakin wajahnya di depan papa, karna Bang Anzo gak mau papa Khawatir, wang selama ini juga dari olimpiade yang Bang Anzo Ikuti pa! Bang Anzo udah beberapa kali menjuarai olimpiade, event, lomba, pertandingan berkali kali tingkat dunia!" ucap Alina lalu pergi beranjak menuju kamar.

"Eh, dek!" panggil Alano

"Apa kamu nggak curiga sama anak pembawa sial itu, Lano?" tanya Zain

"Stop Pa! Alano capekkk! Sampai kapan papa seperti ini? Alano dengernya aja capek. Apalagi Anzo yang ngalamin bertahun tahun!" ucap Alano

"OH BEGITU? JADI KALIAN ADA DI PIHAK ANAK ITU? OKE BAIK! BIAR PAPA SENDIRI YANG URUS ANAK ITU!" seru Zain lalu melangkah pergi keluar mansion.

"PAPA!" panggil Alano yang risau jika papanya berbuat nekad terhadap Haidar.

---

Zain menguhubungi beberapa anak buah andalannya. Lalu menancap gas mobil menuju ke suatu tempat.

"Siap tuan, perintah akan segera di laksanakan!"

"Bagus, saya sedang di perjalanan menuju Bandung. Kalian tuntaskan ini semua, jangan sampai saya dengar rencana gagal!" seru Zain

---

Usai sholat isya' di bantu para suster. Kini, Haidar tengah tertidur pulas karna kelelahan. Kelelahan memberontak maksutnya eheheh. Bukan Haidar kalau nggak bikin ulah dan memberontak! Cool apanya cobak.

Ceklek

Seseorang membuka pintu ruangan. Haidar yang benar benar tertidur pulas sampai tidak menyadari bahwa ada dua orang yang mendekatinya, bahkan mengancam nyawanya. Dua orang itu menutup tirai jendela besar ruang ICU.

"Aduh tuan muda..nasibmu malang sekali!"

2 orang berpenampilan seperti suster bermasker itu nampak membawa satu kotak suntikan.

Suntikan pertama di berikan. Tak bereaksi apa apa. Haidarpun masih tertidur pulas. Kedua penyusup itupun sampai ke heranan.

Suntikan kedua di berikan, kali ini Haidar meringis kesakitan.

Seakan kurang puas, dua orang itu kembali menyuntikan sesuatu.

Haidar membuka mata syok, kepalanya seperti ingin pecah, jantungnya pun bedetak kencang lalu melambat, dia menjadi kesusahan bernafas.

"S-siapa kalian?" tanya Haidar seraya menjambak rambutnya sangking sakitnya.

"Mati saja sekalian. Kau mati, kita kaya" ucap salah seorang penyusup.

Tiba tiba saja lampu otomatis darurat depan ruangan Haidar dan lampu merah di ruangan Haiidar nampak berkedib, kedua orang itu panik dan langsung pergi.

"Mamaaa, sakit" 

Bersambung...

AlandarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang