Khilaf

205 21 3
                                    

POV : Suga
Warning : 21+

Di mataku, mereka semua sama. Mereka dongsaengku, kecuali Jhope. Aku mencintainya. Aku menginginkannya melebihi apapun, tapi penolakan itu, melukaiku.

Park Jimin datang memberiku harapan. Mungkin, dengan sedikit menggunakannya, Jhope bisa menyadari kehadiranku
Aku ingin terlihat.

Pertemuan kami semakin intens. Aku tidak pernah menolak permintaannya. Aku baru menyadari bahwa, kebawelan Jimin paling atas di BTS. Dia sering menguji kesabaranku yang setipis tissu dibagi 4 ini. Tapi, aku senang. Dengan begini kami terlihat bagaikan sepasang kekasih.

Aku mengekori kemanapun Jimin pergi. Bahkan sudah tidak bisa dibedakan antara aku dan bodyguard nya.

Bagaimana Jhope ..?
Dia manusia paling tidak peka yang aku kenal. Saat kami mengadakan acara minum bersama, Jimin meminta pulang terlebih dahulu karena tidak enak badan, dan aku dengan sukarela mengantarnya. Bagaimana tanggapan Jhope? Dia tersenyum dan melambaikan tangan pada kami. Benar-benar brengsek bukan?

Di perjalanan, aku terus mengutuki diriku sendiri karena meninggalkan Jhope. Dia mabuk. Bagaimana dia bisa pulang dengan selamat? Double brengsek.
Aku berencana akan segera menyusul Jhope setelah mengantar Jimin. Tapi kejadian di apartement Jimin diluar rencanaku.

Jimin mabuk. Aku yakin dia tak bisa menemukan pintunya. Jadi aku mengantarkannya ke atas dan mengurus dia secepatnya.
Saat aku berbalik setelah membaringkan Jimin, tiba-tiba aku merasakan lengan yang melingkari pinggangku

"Jimin-ah, apa yang kau lakukan?"

"Don't go. Tetaplah disini."

"Aniyo. Aku harus pergi. Tidurlah."

Aku merasakan Jimin menjilat tengkukku. Aku meremang seketika. Aku berbalik menghadapnya, dan menemukan mata sayu dengan wajah cantik nan imut.

Ku tatap matanya dan ku dekatkan bibirku padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku tatap matanya dan ku dekatkan bibirku padanya. Aku melumat bibir cerry itu dengan penuh nafsu. Ini benar-benar membuatku candu.

"Mari berhenti Jimin-ah. Biarkan aku pergi." Aku menghirup udara dalam-dalam untuk meredakan diriku sendiri saat aku sadar dari kesalahan ini.

"TIDAK." Dia mengencangkan pelukannya padaku.

"Kau akan menyesal."

"Tidak akan."

Dia menarikku dan mencium bibirku dengan sangat dalam. Aku terlena. Kami berciuman dengan sangat panas sampai udara tak ada lagi yang bisa masuk ke dalam tubuh kami.

Ku dorong tubuhnya ke ranjang. Ku buka satu persatu kancing kemejaku. Aku menyeringai saat ku lihat matanya terpaku pada tubuhku.

"Jimin-ah, kau tak akan bisa mundur lagi."

Aku menjulang di atas tubuhnya. Aku tunjukkan bagian-bagian tubuhku yang ku banggakan. Wajahnya memerah karena belenggu nafsu. Setan sudah menutup semua nalarku. Aku kalah.

Aku tahu ini pertama untuknya dan aku menyukainya.

Deru nafasnya.

Rengekannya.

Dan lenguhan dari nikmat yang ku berikan padanya, terdengar menggema di ruangan ini.

Aku menjilat air mata yang mengalir di wajahnya. Dan mata sayu itu terbuka. Mata itu menantang ku untuk melakukan hal yang lebih dari ini. Aku menggali lebih dalam kenikmatan dari tubuhnya. Jeritannya bagai lagu merdu di telingaku.

Lebih dari 30 menit kami berpacu, dia sudah mengejang nikmat beberapa kali, tapi aku masih belum puas. Aku terus memompa tubuhnya tanpa henti.

Aku terus mendorong milikku ke dalam tubuhnya dengan keras. Bahkan permohonannya untuk berhenti tak bisa ku dengar. Sekujur tubuhnya penuh dengan tanda merah yang ku buat. Tubuh kami bermandikan keringat.

Kemarahan ku pada Jhope menjadi bara yang membuat panas tubuhku. Aku terus bergerak liar menikmati tubuh Jimin, ciuman kasar ku berikan padanya. Dan tak lama kemudian, lenguhan kerasku menandakan ejakulasi terbaikku.

Aku terlentang menatap atap apartement ini.
Aku tidak tahu lagi bagaimana ini akan berjalan. Tapi yang ku tahu pasti, Jimin tak akan pernah melepaskan ku setelah aku mengambil yang dimilikinya.

Aku benar-benar bodoh.

Aku melompat turun dari ranjang dan dengan cepat memakai bajuku.

Jhope di bar. Dia mabuk. Aku harus segera kesana. Jika terjadi hal buruk padanya, aku bisa menjadi lebih gila dari ini.

Tak ku pedulikan Jimin yang meringkuk tanpa sehelai benang pun. Dia akan tertidur. Aku yakin dia akan baik-baik saja.

Ku pacu mobilku dengan kencang. Wajah Jhope tergambar jelas di mataku. Aku mengkhawatirkannya. Aku tak pernah bisa mengabaikannya semarah apapun aku padanya.
.
.
.
.
.
Aku memasuki bar yang masih terdengar hingar bingar musik dan manusia-manusia yang mencari kesenangan.
Aku melangkah cepat menuju meja kami. Tapi meja itu telah kosong.

Dimana Jhope?

Apakah dia mengemudikan mobilnya saat mabuk.

FUCK.......!!!!!!

________________________________________________

Anyeonghaseyo yeorobun

Aduhhhhh..maafkeun aing ya
Pagi-pagi update ginian

Tolong.
Baca nanti kalau pekerjaan kalian sudah selesai.

Aku udah maju-mundur buat up,
Tapi yah...ini part 6 yang bisa aku kasih

🥴🥴🥴🥴🥴
Selamat membaca

F AK E    L OV ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang