Victory

247 22 2
                                    

Suara alarm dari ponselku mengganggu tidurku. Tuhan, kenapa pagi begitu cepat datang? Aku merasa belum lama terlelap. Tapi matahari sudah membuatku silau.

Aku bangun dan memeriksa ponselku. Mataku terbuka lebar seketika.
Aku terkejut melihat 52 panggilan tak terjawab dan 12 pesan dari 1 kontak. Victory.

Dengan cepat ku lakukan panggilan ke nomornya. Ku siapkan telingaku untuk mendengar makiannya.

"Hay V."

"Hmmm. Kau masih hidup ternyata."

"Ach...itu...hm...aku...Aku mati suri semalam. Maaf tidak mendengar panggilanmu. Tapi kau membuat ponselku lowbat."

"Buka pintunya."

"Hah?"

"Buka pintu apartementmu."

"Wae?"

"...................."

"V. Jangan bilang kau...........haiiisssshh." aku melempar ponselku dan berlari turun kebawah. Aku khawatir dia dianggap gelandangan oleh orang yang melihatnya.

"YAK...." Teriakku melihatnya masih asyik rebahan tepat di depan pintuku.

"Bukankah aku sudah mengatakan untuk menungguku?" Tanyanya sambil mencolek hidungku.

Aku mengekori langkahnya menuju dapur. Membuka lemari es dan meraih jus strowberryku. Dia minum jus ku tanpa menyisakan sedikitpun untukku? Terima kasih.

"Aku lupa. Tapi kenapa kau malah ada di depan rumahku? Bagaimana jika wajahmu muncul di berita hari ini?"

"Siapa peduli? Aku? Aku tidak peduli."

"Kita BTS. Kau harus peduli itu."

"Hah...jangan menceramahi ku pagi-pagi,
percuma....itu tak akan masuk ke otakku karena aku sedang lapar." Dia mengatakan itu dengan wajah yang sangat datar. Seperti bayi tua yang menyebalkan.

"Aku akan menyiapkan makanan untukmu. Mandilah."

"Ok."

Aku melangkah ke kamarku untuk membersihkan diri dan mengganti piamaku. Turun ke lantai bawah membawa sepasang pakaian untuk V dan meletakkannya di ranjang kamar tamu.

Sekarang saatnya menyiapkan sarapan paling sederhana. Burger. Aku yakin dia suka. Kami memiliki selera yang sama.

"Apa rencanamu hari ini Hyung?" Tanyanya sambil terus mengunyah.

"Hanya melakukan jadwal."

"Oh."

"Ah..ya aku harus mengambil mobilku terlebih dahulu. Aku meninggalkannya di club."

"Aku bisa mengantarmu."

"Jjinjayo?"

"Ne."

"V, tidakkah kau bisa makan lebih cepat. Sepertinya kita akan terlambat."

"Kita ke club setelah latihan saja kalau begitu."

Aku menatapnya. Dia selalu melakukan hal sesuka hatinya. Tapi dia nampak baik-baik saja melakukan itu. Terkadang aku ingin memiliki sikap cuek diatas rata-rata seperti dirinya.

Kami menuju tempat latihan. Ku lihat mobil para member dan Kdancer sudah terparkir cantik disana. Aku benar-benar terlambat.

"Hyung, apa yang terjadi padamu?" Tanya Jimin.

"Mianhae. Ada tamu tak diundang meminta sarapan sehingga membuatku terlambat." Ku lirik V yang hanya nyengir di sampingku.

"Tak masalah. Kau tidak harus selalu datang paling awal. Terlambat sekali tidak akan merusak hari ini." Kata Namjoon. The best leader kami.

"Kau dengar itu?" Kata V padaku tanpa dosa. Aku tak menanggapi.

"Baiklah. Mari kita mulai latihan hari ini."
.
.
.
.
.
.
Hari mulai petang saat kami memutuskan mengakhiri latihan. Para Kdancer berpamitan untuk lebih dulu meninggalkan gedung.

"Apa ada kesalahan?" Tanya Suga Hyung yang duduk di sebelahku.

"Ada beberapa." Jawabku tanpa menoleh. Aku sibuk memperhatikan video rekaman latihan hari ini.

"Apa kita perlu melakukannya sekarang?" Tanya Jungkook. Maknae yang tidak punya kata lelah di kamusnya.

"Anieyo. Kita masih punya cukup waktu. Kita akan melakukannya besok." Jawabku. Aku mempersilahkan mereka untuk pulang.

Aku akan selalu menjadi member yang pulang paling akhir. Selain untuk mereview hasil latihan, aku juga harus membuat beberapa catatan kesalahan jadi kami bisa memperbaikinya besok.

Hari ini V juga menjadi member paling akhir. Dia sudah berjanji akan mengantarku ke club. Jadi dia menemaniku disini sampai selesai

"Apakah banyak yang harus diperbaiki?"

"Tidak juga. Kita sudah berusaha keras. Hanya saja aku ingin lebih sempurna."

"Ya .....ya.....ya."

Kami meninggalkan gedung Hybe. Sebelum ke club aku dan V berniat mencari restoran untuk makan malam. Tenaga kami sudah habis terkuras.

"Apa yang ingin kau makan?"

"Aku tidak tahu. Terserah padamu."

"Aku ingin steak."

"Ok."

V memesan beberapa makanan setelah kami sampai di restorant itali.

"Hyung...kau suka?" Dia bertanya saat melihatku menatap hidangan dengan mata berbinar.

"Sepertinya enak. Kau pernah kemari?"

"Ya. Bersama temanku."

"Seleramu bagus." Pujiku sambil ku angkat jempolku untuknya.

"Hyung, aku perhatikan Jimin dan Suga Hyung sangat dekat. Apakah mereka .....?"

"Mwo"

"Berkencan?"

Aku tersedak mendengar pertanyaannya.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya.

"Kenapa kau menanyakan itu?" Tanyaku setelah batuk ku reda.

"Aku hanya penasaran."

"Kalau begitu tanyakan pada mereka. Kenapa malah bertanya padaku?"

"Jika aku bertanya pada mereka, aku merasa melewati batasanku. Jadi aku bertanya padamu. Kau sangat dekat dengan Suga Hyung."

"Aku tidak tahu." Jawabku cuek.

"Sayang sekali."

"Kenapa?"

"Kalau Jimin dan Suga Hyung benar melakukannya. Aku akan melakukan hal yang sama."

"...........?" Aku menatapnya. Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

" Aku akan berkencan juga. Aku ingin melakukannya?"

"Daebak. Kau sedang menyukai seseorang?"

"Iya."

"Kalau begitu, lakukan apa yang kau mau. Tak perlu mengikuti orang lain." Saranku.

Dia tersenyum mendengar perkataanku "Baiklah. Aku akan mencobanya."

Ku anggukkan kepalaku tanda menyetujui.

Sepanjang perjalanan menuju club. Aku dan V tidak membicarakan apapun. Dia bernyanyi mengikuti musik yang dia putar.
Dan aku memikirkan pertanyaan V.

Benarah Suga Hyung dan Jimin berkencan?

Bagaimana bisa?

Bagaimana mungkin, sedang saat itu dia mengatakan mencintaiku sangat lama.

Apakah perasaan cinta bisa menghilang dengan begitu cepat?

Ini sangat konyol bagiku, dia tidak memiliki pendirian yang teguh atau memang dia tidak memiliki perasaan yang dalam seperti yang dia katakan?

Aku tidak peduli.

F AK E    L OV ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang