LDR

182 14 2
                                    

Aku mengamati secangkir kopi hitam pekat di depanku. Uap panasnya mengepul perlahan.
Yah ini tidak salah.
Aku memesannya untuk diriku sendiri pertama kali.

Ku sesap sedikit dan aku merasakan pahit yang mendominasi.

Sejak kedatangan tak terduga Yoongi Hyung kemarin hingga saat ini, aku masih cukup terkejut dengan apa yang kami lakukan.
Tapi sedikitpun aku tak pernah menyesalinya.

Aku selalu bertanya-tanya kenapa aku tidak pernah bisa menjawab pernyataan cinta Taehyung untukku.
Kenapa selalu ada rasa sakit setiap aku mengatakan aku akan melepaskan Yoongi.

Seperti yang ku katakan sebelumnya, bahwa aku seperti berada di labirin yang tak pernah menemukan pintu keluar.
Aku terperangkap oleh cinta dan ego yang sama-sama ku genggam erat.
Yoongi pun melakukan hal yang sama ku rasa.

Selama ini aku berpikir bahwa benteng kokoh yang berusaha ku bangun antara aku dan Yoongi bisa menjadi penghalang kami, ternyata tidak.

Benteng itu tidak benar-benar kokoh, terbukti hanya dengan kedatangannya ke rumahku, mampu membuat ku dengan mudah melepas semua kesombonganku. Aku menunjukkan semua yang ku inginkan darinya. Dan dia memberi itu semua.

Sekarang aku menyadari bahwa selama ini aku belum benar-benar selesai dengannya.

Bagaimana dengan janjiku kepada Jimin?
Aku tidak melupakannya. Kami berdua sudah memutuskan untuk menepatinya bersama-sama.

Pintu labirin sudah dibuka sendiri oleh Yoongi untukku semalam. Dan aku menemukannya dengan senyum yang masih sama.
Pelepasan kami berdua di ranjangku adalah bukti bahwa kami sepakat mengakhiri semuanya.

"Achhh...aku terlambat. Mianhae." Sapa Taehyung begitu dia tiba.

"Aniya. Aku belum begitu lama."

Taehyung mengangkat alisnya dan melirik cangkir kopinya "Tapi kau sudah menghabiskannya."

"Aku bisa memesannya lagi untuk menemanimu."

"Andwe. Aku tidak suka kau terlalu banyak minum kopi. Itu tidak akan baik untuk kesehatanmu."

"Jangan terlalu khawatir, Taehyung-ah."

"Apakah kau sudah meneliti semua barangmu? Hubungi aku jika sesuatu tertinggal. Aku akan membawanya untukmu."

"Ne."

"Sebentar lagi kau akan terbang." Dia cemberut.

"Kau akan menyusul besok bukan?"

"Tentu saja."

"Aku akan menunggumu. Jaga dirimu."

Taehyung tak menjawab selain meremas pelan jemari Hoseok.
Mereka menyelesaikan pembayaran dan pergi menemui member lain di ruang tunggu.

"Kenapa kau selalu tidak bisa berangkat bersama kami?" Tanya Jungkook kepada V.

"Tentu saja karena aku aktor. Aku lebih sibuk."

"Wajahmu tampak begitu menyebalkan." Jawab Jungkook.

"Taehyung-ah, kau harus selalu mendengar apa kata staff. Aku tak mau mendengar kau tersesat lagi."

"Arrasso, Jimin-ssi."

"Yak..Taehyung-ah, jaga dirimu. Kami menunggumu disana." Kata RM.

"Ne Hyung. Hmm. Aku belum melihat Jin Hyung."

"Dia akan segera datang."jawab Suga.

Aku melihat Jin Hyung datang bersama seseorang yang asing. Aku belum pernah melihatnya. Aku tersenyum melihat bagaimana Jin Hyung berlari meninggalkan temannya dengan koper yang ku yakin milik Jin Hyung.
Dengan cueknya dia menyapa kami tanpa mempedulikan temannya.
Jin Hyung sekali.

F AK E    L OV ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang