Park Jimin?

193 18 1
                                    

Salju pertama kali turun. Pertanda musim dingin mulai datang.
Semua terlihat membeku, melakukan aktifitas kehidupan terasa sangat berat.

Musim yang tidak disukai Jhope.

Musim yang sangat mengkhawatirkan bagi Seokjin.

Tapi...musim yang selalu di nanti oleh Min Yoongi.

Di dorm mewah Bangtan, para kru dan member sedang berada di depan penghangat ruangan.
Merayakan kepulangan dan kesembuhan Taehyung.
Acara minum, bernyanyi dan mabuk tak lagi terbendung.

"Kau senang?"

"He em." Jawab Taehyung sambil memeluk pinggang Jhope.

"Apa yang kau inginkan? Aku akan mengabulkannya sebagai hadiah?"Tanya Jhope.

"Benarkah?"

"Tentu saja."

"Kita pergi berdua."

"Kemana?"

"Kemana saja, ke ujung dunia kalau perlu. Tapi hanya kita berdua."

"Kita akan mencari waktu yang tepat."

"Gomawoyo, Chagiya."

"YAKK.....Berhentilah bermesraan." Teriak Seokjin.

"Kau juga boleh melakukannya Hyung, kalau kau mau." Jawab Taehyung sambil tersenyum menggoda.

Seokjin mengedarkan pandangan dan menemukan fakta bahwa semua kepala mengangguk menyetujui perkataan Taehyung.

Namjoon datang dengan paper bag di tangannya, dia mengulurkan pada Taehyung tanpa mengatakan apapun.

"Waaahhh,.Daebak." seru Taehyung saat mengetahui bahwa itu adalah syal rajut yang sangat cantik.

"Namjoon Hyung merajutnya untukmu." Terang Jimin.

"Jjinjayo?"

Jimin dan Jungkook hampir tertawa keras saat melihat wajah Taehyung yang sangat polos.

"Hyung, kau percaya RapMon Hyung melakukan itu?" Tanya Jungkook serius.

"Jin Hyung yang melakukannya." Jawab Jhope sambil mengalungkan syal itu di leher Taehyung.

"Hahahaha, mianhae V. Aku sudah mencoba tapi ternyata tidak berhasil." Namjoon menjawab sambil menggaruk kepalanya. Itu gerakan yang dia lakukan saat salah tingkah dan malu.

"Gwencana, ini syal tercantik yang ku miliki. Gomawo Hyung." Taehyung menjawab dengan tulus.

Waktu menunjukkan pukul 22.30. Belum terlalu malam, tapi Jhope sudah memaksa Taehyung untuk masuk ke kamarnya.

Bahkan godaan para kru tak dia pedulikan, kalimat-kalimat fulgar yang mereka ucapkan tak membuat Jhope menyerah untuk menyeret V.

"ACH........"keluh Taehyung.

"Wae....wae."

"Hyung, apakah kau yakin aku harus meninggalkan mereka? Itu pesta untukku."

"Kita bisa melakukannya setiap malam. Tapi kau harus beristirahat sekarang."

Bibir Taehyung mencebik, ini satu-satunya hal yang tidak disukai V pada Jhope. "Kenapa dia selalu jago berdebat, dan kenapa aku selalu kalah?"

"Kau tidak minum alkohol bukan?" Tanya Jhope tiba-tiba.

"Aniya?" Jhope mendekat untuk mengcium aroma mulut V.

"Kau tidak mempercayaiku?"

"Kau akan menelan beberapa pil, jadi aku harus memastikan kau tidak minum alkohol."

"Kau begitu mencintaiku, heh?" Tanya Taehyung sambil menerima pil yang disodorkan Jhope.

"Aniya, aku hanya tak mau kau mati."

"Kau merusak suasana."

Jhope mengecup kening, pipi dan bibir Taehyung singkat. "Tidurlah."

"He em. Gomawo."

Jhope turun ke lantai bawah untuk bergabung dengan teman-teman yang lain. Manager Sejin terlihat mabuk. Dia akan meracau tidak jelas sebentar lagi. Atau bahkan mungkin dia akan bernyanyi.
Membayangkannya saja sudah sangat lucu.

"Taehyung-ah, kau sudah tidur?"

"Belum, kenapa kau disini Jimin-ah?"

"Aku ingin melihatmu."

"Berikan padaku."

"Mwo?"

"Aku baru mendapat 5 hadiah, kau belum memberiku bukan? Kau sebut dirimu sahabat, hah?"

"Hadiah ku spesial, jadi aku hanya akan menunjukkannya padamu."

"Jjinjayo?"

Jimin membantu Taehyung untuk duduk dan meletakkan beberapa bantal di punggungnya.

"Apa itu?" Tanya Taehyung tak mengerti saat Jimin menunjukkan video di ponselnya.

"Itu hadiahmu."

".............?" Dahi V mengernyit tak mengerti.

"Dia yang melukaimu, aku hanya membantu dia membayar perbuatannya padamu." Jawab Jimin santai.

"MWO? Kau gila." Taehyung terlihat sangat kaget.

"Aniya, dia pantas mendapatkannya."

"Kau menempatkan ku di posisi tidak nyaman sekarang."

"Tidak akan. Namamu bersih."

"Jika Hoseok tahu, dia akan marah padaku. ACH....tidak. Lepaskan dia Jimin-ah."

"Hoseok Hyung atau siapapun tak akan tahu."

Taehyung memijat kepalanya perlahan, sedangkan Jimin masih menonton video penyiksaan di ponselnya. Suara rintihan dan permohonan maaf terdengar menyakitkan.

"Kali ini aku tidak menyukai hadiahmu, sungguh."

Jimin menoleh dan menghela nafasnya "Kau terlalu baik dan aku tidak. Aku tidak bisa membiarkannya. Dia melakukan dengan sengaja, jadi biarkan dia membayar perbuatannya."

"Aku yakin mungkin dia bahkan tidak mengenalku." Jawab Taehyung.

"Itu poin pentingnya, dia tak mengenalmu kemudian melukaimu. Itu kejahatan."

"Tapi....."

"Hanya saja kali ini, dia sedang tidak beruntung karena membuatku mengenalnya."

Jimin melangkah keluar kamar dengan tenang dan tanpa beban. Seolah apa yang terjadi di video itu hal yang biasa-biasa saja.

"JIMIN-AH."

"Istirahatlah."

Taehyung hampir mengumpat melihat senyum Jimin sebelum dia menutup pintu kamarnya. Pemandangan seorang pria yang digantung dengan cara terbalik, dan pukulan dari tongkat golf di tubuhnya membuat Taehyung iba.

Iblis mungil dan cantik itu bernama Park Jimin.

-------------------------------------------------------------------------

"Hyung, ada apa?" Tanya Suga. Tidurnya terganggu karena ulah Seokjin.

"Aku harus pulang."

"Sekarang? Ada apa?"

"Eomma ku sakit."

"Haruskah aku mengantarmu?" Tanya Suga. Dia langsung berdiri begitu mendengar jawaban Hyungnya. Kantuk begitu cepat menghilang dari tubuhnya.

"Aniya, sopirku sudah menjemput."

"Tapi........"

"Aku mungkin tidak akan mengikuti latihan beberapa hari ini, tapi aku akan berusaha kembali secepatnya. Bisakah kau mengirimi video latihan kalian?"

"Ne."

"Gomawo. Aku pergi."


F AK E    L OV ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang