Pembicaraan

167 22 11
                                    


"Apa yang kau lakukan, Namjoon-ah?"

"Owh...Hyung. Hanya melihat pemandangan."

"Kau mengamati perahu mereka?"

"Andwe."

"Kau bukan pembohong yang baik."

"................."

"Kau menyukainya?"

"Siapa maksudmu?"

"Seokjin Hyung. Kau menyukainya?"

"Kenapa kau begitu konyol, tentu saja aku menyukai mereka."

"Kau tahu apa maksudku bukan? Ayolah, katakan saja."

"...................."

"Namjoon-ah. Aku tahu kau memiliki ketertarikan kepada Jin Hyung. Tapi yang tidak ku mengerti adalah kenapa kau juga menginginkan Hoseok?"

Namjoon terkejut dengan perkataan Yoongi. Dia benar-benar tidak menyangka akan melakukan pembicaraan ini bersama Hyung paling dingin di grup.

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti."

"Kau begitu dekat dengannya akhir-akhir ini."

"Kau melupakan fakta bahwa aku leader, Hyung? Dan aku dekat dengan semuanya."

Namjoon benar-benar tidak mengerti apa yang dibicarakan Hyung nya ini.

Suga masih saja menatap air di danau yang tenang. Ternyata IQ Namjoon yang tinggi tidak berguna sama sekali jika itu berhubungan dengan kepekaan.

"Kenapa kau membatasi interaksi ku dengan Hoseok?"

"Owh...ini soal berkendara bersama?"

"Yah, itu salah satunya."

Namjoon mengerti sekarang, dia tersenyum sebelum memberikan sebuah penjelasan yang diminta Yoongi.

"Aku hanya berusaha menjaga semuanya, tidak ada maksud lain "

"Mwo?"

"Menjaga Hoseok darimu dan menjaga Jimin dari patah hati tentu saja."

"Kau pikir apa yang akan ku lakukan padanya sampai kau harus menjaganya?"

"Hyung, aku belum buta untuk melihat semuanya. Apa yang kau inginkan dari Hoseok dan apa yang kau lakukan pada Jimin."

"..........kau?"

"Yah kau benar, aku tau semuanya."

"Kau tidak tahu apapun. Aku yakin ini semua hanya hasil dari logika yang kau mainkan."

"Aniyo, kau salah. Aku tahu semuanya. Aku tidak mengerti denganmu, 8tahun lebih hidup bersamamu, kali ini aku merasakan bahwa aku sama sekali belum mengenalmu." Namjoon menatap Suga dengan pandangan penuh tanda tanya. Mereka berdua berdiri kaku saling menatap.

Suga menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Hal yang selalu dilakukan saat dia diselimuti emosi.

"Namjoon-ah, kau tidak perlu mengerti apapun dan melakukan apapun. Ini tidak ada hubungannya dengan tim. Ini urusan pribadi. Status leader mu tidak berguna disini."

"Tapi cepat atau lambat,semua tindakanmu akan berpengaruh buruk pada tim, dan aku tentu tidak akan membiarkan itu. Jadi ku katakan padamu Hyung, berhentilah berusaha menggenggam 2 tali. Karena jika kau terus melakukannya, kau akan mati terjerat."

"Kau lupa sedang berbicara dengan siapa?"

"Tidak. Aku tidak lupa. Tapi seharusnya kau juga tidak melupakan status kita sebagai tim. Kau selalu memikirkan matang-matang hal yang akan kau lakukan. Kenapa kali ini kau tidak melakukannya(berpikir)?"

"..............."

"Aku tidak seharusnya mengatakan ini padamu tapi kali ini aku harus mengatakannya. Kesampingkan dulu tentang umur kita."

Namjoon menghadap Suga untuk meminta perhatian laki-laki berkulit paling putih di BTS itu dan benar saja, Suga memalingkan wajahnya ke arahnya Namjoon untuk memberinya atensi penuh " Hyung, jangan menggenggam bara, karena pada akhirnya kau akan terluka dan melukai banyak orang. Mereka bukan sebuah pilihan, jadi lakukan semuanya dengan benar."

"Kalau ku katakan bahwa aku menginginkan keduanya, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Suga dengan mata menyipit. Dia menanti apa jawaban dari pemilik IQ tertinggi ini.

"Maka ku pastikan, aku adalah batu sandungan terbesarmu dan ku yakinkan sekali lagi, bahwa kau pada akhirnya akan mati terjerat."

"Namjoon-ah, kau bukan penentu takdir."

"Hyung, kau sungguh berbicara takdir disini? sangat lucu sekali. Ayolah, gunakan logikamu. Jimin dan Hobi Hyung, hubungan mereka jauh lebih dalam dari perkiraanmu.
Kau......tak akan bisa menggunakan salah satu dari mereka untuk menyakiti yang lainnya. Mereka lebih memilih hancur daripada menyakiti satu sama lain. Terburuknya, mereka berdua akan memilih hancur bersama. Apakah kau menginginkan itu?"

"............." Suga mengalihkan pandangannya dari wajah Namjoon yang mulai memerah

"Katakan padaku? Apakah penolakan Hobi Hyung yang membuatmu tak lagi memiliki logika?"

"Dia membicarakan itu denganmu?" Suga nampak terkejut.

"YA."

"................"

"Sudah ku katakan, aku tahu semuanya, tapi kau tidak mempercayaiku bukan?" Senyum smirk Namjoon membuat darah Suga mendidih.

"............"

"Harga dirimu terluka? Penolakan 1x yang dia lakukan kau balas dengan luka yang bertubi-tubi. Itu tidak adil."

"AKU TIDAK MELAKUKAN APAPUN PADANYA." suara Suga yang dalam sudah membuktikan bahwa dia dalam amarah.

"Kau mengacuhkannya. Kau terang-terangan mendekati Jimin di depan matanya. Bahkan aku yakin, kau sudah tidur bersama Jimin bukan? Apakah itu tidak kau anggap melukai?"

"Dia menolakku. Apa salahku?"

"Dia melakukannya karena saat itu dia belum menyadari tentang perasaannya padamu, Brengsek." Namjoon lelah.

"Apa?"

"Ku katakan padamu sekali, dengarkan baik-baik. Karena aku tidak akan pernah melakukannya lagi.
Hyung, dia menyukaimu. Pada akhirnya dia menyukaimu seperti kau menyukainya. Tapi kau sudah melakukan kesalahan. Jangan lagi berharap untuk bisa bersamanya. Karena itu tak akan pernah ku biarkan. Kau terlalu kotor untuk Hobi Hyung."

Namjoon melangkah meninggalkan Suga yang terperangah tanpa menoleh lagi. Dia benar-benar terkejut dengan apa yang dikatakan Namjoon tadi.

Ada sesak yang tiba-tiba terasa di dadanya.
"Hah...huft. Ini gila. Ini benar-benar gila."

Suga tidak bisa mengerti, bagaimana bisa Hoseok sama sekali tidak mengatakan apapun padanya tentang hal ini.
Bagaimana bisa dia membiarkan seorang Min Yoongi merasakan luka penolakan itu selama lebih dari setahun. Dan melakukan hal gila hanya karena egonya sebagai laki-laki terluka.

"AAAACCCHHHH......SHIIIIIIBBAAAALLLLL."

F AK E    L OV ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang