Janji Hoseok

195 17 7
                                        

"Jimin-ah?"

"Ne Hyung."

"Bagaimana lukamu? Apakah kau membutuhkan obat pereda nyeri? Aku membawakannya untukmu."

"Gwencana. Aku bahkan tidak merasakan apa-apa."

"Owh. Baiklah."

"............."

"Kau....ingin mengatakan sesuatu padaku? Katakanlah."

"Mianhae Hyung."

"Aku benar-benar tidak mengerti kenapa kau terus meminta maaf padaku. Sebenarnya apa yang terjadi padamu?"

"Mungkin, karena aku merasa aku telah mengambil cahayamu."

"Cahaya? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

Jimin menoleh untuk menatap Hoseok yang duduk di pinggir ranjangnya. "Karena aku, mengambil Suga Hyung darimu."

Hoseok terkejut tapi dia cukup pintar untuk tidak menunjukkannya kepada Jimin.

"Apa yang kau katakan? Kau tidak mengambil apapun dariku."

"Bisakah kau berhenti berpura-pura? Aku tahu semuanya."

Hoseok menggelengkan kepala tanda tidak mengerti apa yang diinginkan Jimin." Tidurlah, aku akan pergi."

"Aku belum selesai bicara." Cegah Jimin saat dia melihat Hoseok melangkah pergi.

"Jimin-ah. Aku merasa tidak ada gunanya melakukan pembicaraan ini. Kau sudah salah sangka dari awal. Tapi kau tak meminta penjelasan apapun dariku bukan? Jadi ku rasa, sebaiknya aku pergi."

"Kata-kata apa yang akan kau berikan padaku jika aku meminta penjelasan mu?"

"Ku katakan sekali lagi, aku dan Yoongi Hyung, tidak ada hubungan apa-apa. Dan kau tidak mengambil apapun dariku. Bahkan, aku tidak berkomentar apa-apa bukan? Jadi kenapa kau merasa terganggu sampai mengajakku melakukan pembicaraan ini?"

Jimin menatap Hoseok dengan sorot penuh luka. Karena tidak tega melihatnya Hoseok mengurungkan niatnya untuk meninggalkan bocah nakal yang sangat dia sayangi ini.

"Kita berdua laki-laki dewasa. Mari kita selesaikan pembicaraan ini. Angkap kita tidak pernah melakukannya." Kata Hoseok.

"Tidak. Kita belum membicarakan apapun."

"Kau membuat ku lelah."

"Hyung, bisakah kau berhenti menjagaku? Jadi katakan apapun padaku. Jika kau ingin memakiku, lakukanlah."

"Kenapa aku harus melakukan itu padamu?" Hoseok nampak bingung.

"Karena aku memisahkan mu darinya tanpa sengaja. Aku tidak tahu pada awalnya. Tapi.....setelah aku mengetahuinya pun, aku tidak bisa melepasnya untukmu. Maafkanlah aku."

"Aku bahkan tidak menginginkan apapun darimu. Tidakkah itu cukup untukmu?"

"Anieyo. Karena dia masih begitu menginginkanmu. Dia hanya menggunakan ku untuk melukaimu."

"LALU KAU PIKIR, ITU KESALAHANKU? KAU SUNGGUH AKAN BERSIKAP SEPERTI INI PADAKU."

"................."

"Jimin-ah, ku katakan aku tidak menginginkannya, aku tidak pernah mencintainya seperti kamu mencintainya. Aku ......hanya menganggapnya Hyungku. Selamanya. APALAGI YANG INGIN KAU DENGAR DARIKU?"

"Hyuuuuuuuuung." Jimin menangis keras dalam pelukan Hoseok.

"Kenapa kau begitu mengkhawatirkan hal ini. Dia milikmu."

"Aku bersalah. Mungkin ini karma untukku."

"................."

"Saat kami mabuk, aku dengan sengaja menggodanya. Aku bersikap jalang di depannya. Ku pikir, aku akan bahagia karena ini tapi......dia menyebut namamu saat pelepasannya."

Hoseok tersenyum. Dia sudah menduga dari lama bahwa mereka berdua pasti pernah menghabiskan malam bersama, tapi mendengarnya secara langsung, luka itu tetap terasa.

"Jimin-ah. Kau bilang dia mabuk bukan? Jadi dia tidak sadar melakukan itu."

"Apakah kau tidak mengerti Hyung, bahwa orang mabuk adalah orang yang paling jujur?"

"Aku.....tidak tahu tentang hal itu."

"Apakah kau juga tidak tahu bahwa namamu terukir di tubuhnya?" Tanya Jimin.

"Mwo?"

"Jangan kau katakan bahwa kau tidak tahu tentang hal ini. BERHENTILAH BERBOHONG PADAKU."

"JANGAN BERTERIAK PADAKU. DIMANA KESOPANANMU...Hah?"

Jimin menatap Hoseok dengan bibir bergetar. Untuk pertama kalinya selama hampir 10tahun bersama, mereka bertengkar. Dan pertengkaran pertama karena 1 nama, Min Yoongi.

"Kau salah jika kau marah padaku. Tanyakan semua pada Yoongi. Aku tidak melakukan kesalahan apapun padamu bukan? Kenapa kau lakukan ini padaku Jimin-ah."

"Karena aku sangat kecewa padamu."

"Kecewa?"

"Kenapa kau tidak memberitahuku dari awal bahwa kalian saling menyukai?"

Hoseok membelalak terkejut mendengar perkataan Park Jimin. Dari mana dia tahu?

"Kenapa? Kau terkejut?" Tanya Jimin dengan senyum smirk andalannya.

" Aku tahu semuanya ku bilang, tapi kau tetap tak mengatakan yang sebenarnya padaku sampai detik ini. Kau sungguh mengecewakan." Lanjut Jimin.

"Owh....kau tentu penasaran dari mana aku tahu perasaanmu bukan?" Tanyanya.

Hoseok hanya menatap Jimin tanpa mengatakan apapun.

"Aku mendengar jelas pembicaraan Namjoon Dan Suga Hyung di tepi danau."

"Aku baru tahu bahwa kau begitu tidak sopan."

"Jika aku melakukan kesopanan saat itu, aku akan tetap menjadi Park Jimin yang bodoh dan tidak mengerti apapun."

"Jimin-ah, aku tidak berbohong saat mengatakan bahwa aku tidak tahu apapun soal tato itu. Karena saat kita melakukan syuting di Hawai, kami berdua membuatnya dengan Henna. Dan aku benar-benar tidak tahu bahwa dia membuat tato."

"Jadi.....apakah kau juga membuat tato namanya di tubuhmu?"

"Tidak. Aku tidak melakukannya."

"JANGAN BERBOHONG PADAKU."

"Aku benar-benar tidak melakukannya Jimin-ah. Percayalah padaku."

"Lalu, benar kau menyukainya? Kau mencintainya Hyung?"

"Ne."

"............."

"Kau..tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Karena aku tidak akan melakukan apapun. Sebesar apapun aku menginginkannya, aku akan selalu memilihmu."

" .........."

Hoseok menggenggam erat kedua tangan Jimin dan menatap mata indah yang penuh dengan air mata itu.
"Aku, Jung Hoseok, berjanji kepadamu, Park Jimin. Bahwa.....aku tidak akan mengambil ataupun merebut apapun yang telah....yang telah menjadi milik Park Jimin. Hari ini, esok atau pun berpuluh-puluh tahun nanti, aku tidak akan pernah melakukan hal ...yang menyakitimu. Aku.......Berjanji."

-------------------------------------------------------------------------

Namjoon memejamkan matanya.
Entah kenapa dia merasakan sesak di dadanya mendengar janji yang diucapkan Hoseok kepada Jimin.

Namjoon tahu, Hoseok tak akan pernah mengingkari janji yang telah dia buat. Tapi, Namjoon lebih mengkhawatirkan hal lain.

Dia menyesali sikap sok baiknya mengantarkan teh madu dan obat untuk Jimin dan berakhir mendengar semua pertengkaran 2 saudara beda rahim itu.
Siapa pun tahu betapa akurnya mereka, dan karena 1 nama menjadi pertengkaran pertama mereka.

Sebagai leader,dia tidak akan membiarkan perpecahan terjadi di keluarga BTS. Bagaimanapun caranya.

F AK E    L OV ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang