F AK E L OV E

Paparazi

Mengakui apa yang ku rasakan secara langsung sejujurnya adalah hal paling sulit ku lakukan. Aku tidak terbiasa seperti itu sekalipun aku menyukai skin ship.

Suga Hyung adalah salah satu korban dari kebodohan ku. Jika saja, aku cepat menyadari apa yang ku rasakan dan aku punya sedikit keberanian mengatakan kepadanya, mungkin cerita ku akan berbeda.

Jika bagi kalian waktu adalah penyembuh luka, bagiku tidak. Penyembuh luka yang sebenarnya adalah penerimaan takdir. Jika kita bisa berdamai dengan keadaan yang kita alami, kedepannya menjalani hidup akan terasa lebih ringan. Penerimaan atas segala yang terjadi dan berusaha menjadi yang lebih baik dari saat ini adalah hal yang paling benar.

Tidak akan ada gunanya menghabiskan waktu dengan ratapan dan penyesalan. Itu hanya akan menambah beban hidup. Itulah kenapa depresi itu tercipta.
Yah, karena tidak adanya kelapangan hati untuk menerima takdir yang terjadi.

Dan ku peringatkan 1 hal, jangan pernah menghabiskan cintamu pada 1 orang. Karena saat dia pergi, yang kau jalani berikutnya bukanlah kehidupan, hanya lorong waktu yang kau lewati sampai hari penghabisan.

Aku cukup beruntung karena bisa melakukannya, jika aku menghabiskan cintaku pada Suga Hyung, saat ini mungkin aku tidak akan merasakan kebahagian seperti ini.
Berjalan di jalanan kota Amsterdam dengan seseorang yang terus berusaha membuatku tertawa.

"Chagiya, disini sangat berbeda dengan Seoul bukan? Kita bisa berjalan dengan tenang tanpa terburu-buru." Kata V.

"He em, kau memilih kota yang tepat V."

"Sejujurnya aku memilih tempat lain awalnya."

"Jjinjayo? Dimana itu?"

"Hawaii. Aku ingin kita kesana suatu saat nanti."

Aku menoleh "Aku juga menginginkannya."

Dia tersenyum lebar hingga deretan gigi indah nya terlihat.

"Apakah kau begitu bahagia? Kau tak berhenti tertawa." Kataku

"Yah, ini adalah salah satu hari paling membahagiakan bagiku."jawab kekasih tampanku.

"Beri aku makan V. Ku mohon."

"Ach...kita sedang menuju ke restaurant terbaik. Bersabarlah sayang."

15 menit kemudian aku sudah duduk di dalam sebuah restaurant bergaya Belanda klasik yang sangat bagus. Konon katanya restaurant ini sudah berdiri 40 tahun lamanya.

Pasta, barbeque, stroopwaffle, bitterballen, kroket dan sebotol anggur sudah memenuhi meja.

"V, perutku bisa meledak."

"Ini adalah makanan khas negara ini, kita harus mencobanya Sayang." Jawabnya sambil menuang anggur kedalam gelas.

"Kau benar-benar mempersiapkan semuanya, heh?"

"Tentu saja. Makanlah."

"Luar biasa, ternyata kita bisa melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa Namjoon. Aku terkejut." Kataku.

"Sebenarnya aku juga mengkhawatirkan hal itu, beruntung ini berjalan lancar." V menyodorkan sepotong daging miliknya dan aku tak akan menyia-nyiakan rejeki ini.

"Kau masih belajar bahasa Inggris?" Tanyaku.

"Yah, aku masih melakukannya."

"Aku belum bisa melakukannya lagi." Desahku frustasi.

"Kau memiliki jadwal yang padat, bersantai lah."

"Baiklah, tapi setelah aku menyelesaikan semua jadwal yang sudah dibuat untukku." Jawabku sambil tersenyum. Aku tahu dia mengkhawatirkanku.