"JIMIN-AH.........JIMIN-AH....!"
"PARK JIMIN, buka pintu mu sekarang..!!!"
Pintu apartment mewah itu terbuka perlahan.
"Mwo?"tanya Jimin santai.Jhope menerobos masuk dan melemparkan amplop coklat yang dia bawa ke atas nakas.
"Katakan."Jimin meraih amplop tadi, mendaratkan bokongnya di sofa berwarna cream miliknya dengan anggun, dia sama sekali tidak terganggu dengan Hoseok yang berkacak pinggang dengan wajah merah padam karena emosi.
"Aku senang akhirnya kau menemukan orang yang benar-benar bisa bekerja."jawab Jimin sambil mengamati isi amplop itu.
"KATAKAN PADAKU."
"Apa yang ingin kau dengar?" Tanya Jimin. Dia melempar foto-foto serta beberapa lembar kertas yang tadi dia amati.
"Kenapa? Kenapa kau lakukan ini?"
"Sangat lucu." Senyum sinis Jimin terpasang di wajahnya.
"Aku tidak bisa mempercayai ini semua. Kau pasti punya alasan. Tolong, katakan."
"Pertanyaan yang sama ku berikan padamu. Katakan apa alasanmu?"
"Apa maksudmu?"
"KENAPA KAU TIDUR DENGAN KEKASIHKU?"
Hoseok terkejut. Sangat terkejut.
"Waeyo? Aku yakin kau penasaran bagaimana aku bisa tahu, bukan?" Tanya Jimin.
"..............."
"Jawab pertanyaan ku, maka kau akan menemukan jawaban dari pertanyaanmu. Katakan."
"Jimin-ah....kau salah........"
"Aku salah paham? Aku salah mengartikan? Hah..?"
"Aniyo..aku..."
"Hoseok-Hyung, ACH...tidak lagi.
Hoseok-ssi, kenapa kau meniduri kekasih ku, Min yoongi?""..................."
"Aku tahu, kalian berdua mengkhianati ku."
"Aniyo, akkk.....Akku....maksudku kami, tidak mungkin melakukan itu padamu." Hoseok gelagapan. Dia yang awalnya ingin memaki Jimin tapi fakta Jimin mengetahui rahasianya bersama Yoongi membuatnya khawatir.
"Aku mencoba menutup mata dari pengkhianatan kalian, selama ini. Tapi apa yang kalian lakukan?"
"Apa? Apa yang ku lakukan?"
"KAU DAN DIA SALING MELEMPAR PERHATIAN. BRENGSEK.....tanpa kalian sadari ada aku diantara kalian."
"ACH...Jimin-ah. Kali ini kau sal....."
"Jadi ..maksudmu, kau membenarkan perkataan ku tentang kalian tidur bersama bukan? Ah.....kebohongan tidak akan bertahan lama. See......kau mengakuinya sendiri."
"Jimin-ah, itu terjadi sudah sangat lama. Hanya terjadi sekali. Dan itu karena kesalahanku."
"Oh...Hoseok. Kau selalu berhasil menjadi sinar matahari untuk Yoongi." Kata Jimin sarkas.
Melihat wajah Hoseok yang bingung, Jimin tersenyum sinis. "Kau mencoba melindunginya."
"ANIYA. BAGAIMANA CARAKU MENJELASKANNYA PADAMU? Aku bersumpah itu hanya terjadi sekali. Dan itu sudah sangat lama. Kami, mengakhiri apapun rasa yang kami berdua miliki demi kau, Jimin-ah."
"Jika itu kesalahanmu, kenapa itu terjadi di apartment mu? Jelas dia yang mendatangimu bukan?"
"Aku mengundangnya. Aku yang menggodanya. Aku bertingkah seperti jalang saat itu."
"KAU MEMANG JALANG. TIDAKKAH KAU TAHU ITU? KAU MEMANG JALANG. KAU MENIDURI KEKASIH KU, AKU YANG KATAMU SUDAH KAU ANGGAP SEPERTI SAUDARAMU DAN LEBIH PARAHNYA, KAU MELUPAKAN TAEHYUNG."
Tetes demi tetes air mata mengalir di pipi mulus Hoseok. Dia tak menyangka akan mendapat makian dari teman, saudara dan member paling dekat dengannya hampir 8tahun ini.
"Kau tidak akan bisa melihat seberapa gilanya Taehyung menyukaimu, seberapa gilanya dia menginginkanmu. Karena di matamu hanya ada Yoongi. Dia memang sangat naif dan bodoh, tapi tidak seharusnya kau mempermainkan sahabatku."
"Jimin-ah...kau........"
"Aku pernah memohon padamu untuk melepaskan Yoongi. Dan kau sudah berjanji, jika saja kau lupa."
"Ak..aku tidak pernah melupakannya. Aku benar-benar sudah melepaskannya."
"Omong kosong, apa yang kau ucapkan sangat berbeda dengan apa yang ku lihat dan apa yang kau lakukan."
"Kau salah sangka padaku, berikan aku waktu untuk bicara. Apa yang kau katakan tentangku tidak sepenuhnya benar."
"Aku yakin yang kau katakan hanyalah kalimat-kalimat sanggahan. Taehyung dan Jin Hyung yang akan debut sebagai aktor, tapi disini kau adalah aktor sesungguhnya. Seharusnya kau mendapatkan Daesang untuk semua peran yang kau lakukan, Hoseok-ssi."
"ANIYA........."
"Air mata yang kau tunjukkan saat kecelakaan Taehyung juga hanya sekedar akting bukan? Aku cukup yakin kau tidak begitu sedih dengan keadaannya saat itu.
Owh....atau mungkin saja kau mengharap Taehyung mati agar tak ada yang mengganggumu lagi. Kau bisa punya banyak waktu untuk terus menempel seperti cicak kepada Yoongi.""Jimin-ah, kau sudah melewati batas."
"Batas? Siapa yang memberi batas? Kau? Kau pikir aku peduli?"
"KATAKAN, APA YANG KAU INGINKAN?"
"Bukankah Mr.Felix sudah mengirimkan pesan padamu?"
"Mr.Felix?"
"Yah, paparazi yang selama ini kau cari. Dia sudah menuliskan padamu apa yang ku inginkan."
"Kau......kau......?"
"Ya, aku ingin melihat kehancuranmu."
Mulut Hoseok menganga saat mendengar apa yang dikatakan Jimin. "Kenapa kau begitu tega?"
"Kalimat itu seharusnya aku yang mengucapkannya padamu." Jawab Jimin sambil bersedekap. Raut mencemooh terlihat jelas di matanya. Tak ada lagi cinta untuk orang yang berbagi kamar dengannya selama bertahun-tahun.
"Jimin-ah,......"
".............."
"Kita akan bicara lagi nanti, setelah kau bisa meredam emosimu. Lebih baik aku pergi."kata Hoseok gemetar. Dia melangkah ke arah pintu apartment mewah milik Jimin.
"Kurasa, semua kan menjadi lebih baik, jika kau benar-benar pergi dari kehidupanku."
Hoseok terpaku di depan pintu yang terbuka. Kalimat terakhir Jimin sebelum dia benar-benar pergi berhasil menenggelamkannya dalam kehancuran yang lebih parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
F AK E L OV E
مغامرةDefinisi Cinta pada pasangan tak dimengerti oleh Jung Hoseok. Dia belum pernah merasakannya. Baginya, Cinta adalah kepada Appa, eomma, eonni dan teman-temannya. Penolakan yang dia lakukan kepada seseorang yang bertahun - tahun menginginkannya, pad...