1. pertemuan pertama

47.4K 819 10
                                    

Italia

Albert Aleksander turun dari lantai atas, menuju lantai bawah menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Menatap mamah dan papah nya, yang sedang berbincang-bincang.

"Mah, pah, andriano mau ke Indonesia" pamit Albert, menatap mamah dan papah-nya.

Omar menatap wajah anak sulungnya. "Mau ngapain?, Bukanya kau tidak suka cuaca Indonesia, yang sangat panas?" Tanya omar---papah Albert.

"Apa kau ada kerjaan?" Tanya dania--mamah andrian.

Albert mengangguk membenarkan perkataan papahnya. "Iya. Al mau jemput perempuan andri, pah, mah"

Omar dan tunia saling berpandangan. "Wanita kamu?, Makanya gadis kecil itu?" Tanya omar.

Albert mengangguk "iya, andri mau jemput dia, sudah waktunya andri jemput dia" jawab Albert.

"Kau pikir-pikir dulu, andri, gadis itu tidak pantas untuk kamu, sayang" ucap dania lembut.

Albert menatap datar mamahnya "maksud mamah apa?, Dia gadis baik-baik mah" ucap Albert datar.

Dania mengangguk membenarkan perkataan anaknya. "Mamah tau itu. Tapi, dia masih umur 18 tahun sayang, dan kamu sekarang umur 30 tahun, kau dan gadis itu tidak cocok, kalian lebih cocok menjadi adik kakak, bahkan anak dan papah" ucap dania panjang lebar.

"Bener apa yang dikatakan ma---"

BRAK.

Albert mengebrak meja, menatap tajam kedua orangtuanya. "STOP! AL TIDAK BUTUH PERSETUJUAN DARI KALIAN. ASAL KALIAN TAU BERTAHUN-TAHUN, AK MENUNGGU WANITA AL, DAN SEKARANG SUDAH WAKTUNYA AL JEMPUT DIA, SETUJU ATAU TIDAK, MAU ATAU TIDAK, AL AKAN TETAP BAWA DIA" marah al.

Omar mengangguk pelan "baiklah kalau itu yang kau mau, bagaimana kalau gadis itu belum lulus sekolah?, Apa kau tetap bawa dia?" Tanya omar.

"Dia memang belum lulus sekolah, tiga bulan lagi dia lulus sekolah" jawab Albert.

Omar menatap anaknya tidak menyangka, ia menggeser duduknya agar lebih dekat dengan istrinya. "Kita ikut ke Indonesia, jika kita tidak ikut bersama al, bisa-bisa dia memaksa gadis itu untuk bersamanya" bisik omar.

Dania mengangguk "yasudah kalau itu keputusan kamu, papah sama mamah ikut sama kamu" ucap Dania.

"Donita?" Tanya Albert.

"Dia pasti tidak mau ikut ke Indonesia, kita bertiga saja" ucap omar. "Kita berangkat sekarang" ajak omar. Mereka menggunakan pesawat pribadi yang dimiliki keluarga mereka.

Selama diperjalanan Albert terus menatap foto wanita cantik, yang sedang tersenyum. Omar dan dania geleng-geleng kepala, kenapa anaknya bisa cinta dengan gadis yang masih kecil, bahkan seumuran dengan Donita---adik Albert.

***

Indonesia

Albert langsung menyuruh anak buahnya menyetir mobil, Sedangkan kedua orangtuanya langsung menunju rumah mereka, ya, mereka memiliki rumah di Indonesia, itupun atas kemauan Albert.

"Bagaimana kondisi gadisku?" Tanya Albert pada anak buahnya.

"Nona baik-baik saja, dia berjualan kue keliling, sehabis pulang sekolah dia langsung berjualan, dia juga korban bully" jelas danu----tangan kanan Albert. Yang bertugas mengawasi wanitanya.

Rahang Albert mengeras ia mengencangkan ponselnya. "Berani sekali dia bully gadisku" marah Albert.

Hening.

"Itu nona" tunjuk danu. Menunjuk gadis SMA yang sedang duduk lesehan di pinggir jalan, Sambil membaca sebuah buku.

Melihat gadisnya seperti itu rahang Albert mengeras "KENAPA KAU BIARKAN GADISKU SEPERTI ITU BODOH!" bentak Albert, menatap tajam danu.

Danu gelagapan ia menahan tangan Albert yang hendak meninjunya. "tuan, jika saya memfasilitasi nona, maka nona akan curiga, dan dia merasa tidak nyaman, tapi tenang saja, diluar sekolah tidak ada yang berani menyentuh, atau menjahit nona" jelas danu cepat.

"Kenapa orangtuanya membiarkan gadisku berkerja?, Bukanya saya setiap bulan mengirimkan uang" heran Albert.

"Saya juga tidak tahu. Sepertinya kurang" jawab Danu lirih.

"Berhenti" ucap Albert pada super.

Danu membenarkan jasnya, baru menginjak aspal jantungnya berdetak cepat. Selama ini ia belum pernah merasakan jantungnya berdegup kencang seperti ini. "Permisi, nona" sapa Albert pada gadis yang sedang membaca komik.

Gadis itu mendongak menatap pria dewasa dihadapannya. "I-iya tuan?, Apa kau ingin membeli kue ku?" Tanya gadis itu penuh harap. Siang ini tidak ada pembeli satupun.

Albert menatap wajah cantik yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta berkali-kali lipat.

Gadis itu keheranan kenapa pria ini tidak menjawab, ia malah menatapnya lekat "tuan. Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya gadis itu.

Albert tersadar ia menetralkan jantungnya. "Ah. Ya, saya mau borong jualan kamu, apa boleh?" Tanya Albert tersenyum tipis.

Wajah gadis itu terlihat jelas bahagia. "Boleh-boleh. Kebetulan dari siang jualan saya belum laku" cerita gadis itu.

Albert menatap iba gadisnya "yasudah. Setiap hari saya borong kue kamu" putus Albert.

Wajah gadis itu semakin bahagia "beneran?, Kau serius?" Tanyanya.

Albert mengangguk "iya. Kalau boleh tau nama kamu siapa?" Tanya Albert , terus menatap lekat wajah cantik, dihadapannya.

"Nama saya netta Allegra. Biasa dipanggil netta" ucapannya tersenyum tipis.

"netta allegra. Kau gadisku sayang" batin Albert tersenyum miring.

Albert mengangguk, ia mengulurkan tangannya mengajak bersalaman dengan gianetta "perkenalkan nama saya Albert Aleksander, kau bisa panggil saya, al" ucapnya.

netta menerima uluran tangan andrian. "Salam kenal, tuan" ucapnya ramah.

Albert mengelus punggung tangan gianetta "jangan panggil saya tuan. Panggil saja al" ucapnya.

netta menarik tangannya. "Baik om, semuanya jadi dua ratus ribu" ucap netta tidak nyaman.

Melihat gadisnya ketakutan, buru-buru Albert mengambil beberapa lembar uang merah "buat kamu, ambil saja semuanya, saya buru-buru" pamitnya. Yang langsung masuk mobil.

"Eh, om, ini kebanyakan" teriak netta. "Aneh sekali" batin netta.

***

obsession devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang