Setelah berminggu-minggu akhirnya netta diperbolehkan pulang ke rumah, tapi harus kontrol setiap Minggunya dan tidak lupa meminum obat supaya sembuh total. Mereka keluar mobil masuk kedalam rumah yang langsung disambut kedua orangtuanya albert dan donita yang tersenyum lebar menatap mereka berdua.
Albert menatap mamahnya yang hendak memeluk netta dan dengan sigap albert langsung menghalanginya, menarik netta kebelakang tubuhnya. Melirik sinis mamahnya yang mengernyit heran.
Albert menoleh menatap danu yang tidak jauh dari sana. "Kenapa kamu masih mengizinkan mereka ada di rumah saya? Sudah saya katakan kalau mereka tidak boleh ke rumah saya tanpa izin dari saya" marah albert.
"Al, kamu apa-apaan sih ini mamah kamu orang tua kamu masa kamu tidak mengizinkan kami untuk menjenguk menantu kami, memangnya kami orang jahat hah?" Marah dania.
Albert terkekeh kecil menatap mamahnya yang marah menatapnya, Menarik netta yang masih belum paham permasalahan mereka. "Dia hampir membuat nyawa istri saya melayang, dia hampir membuat rumah tangga saya hancur dalam sekejap. Bukannya anda tau kalau saya sangat mencintai netta lalu kenapa anda tidak membela netta saat anak perempuan anda menghina istri saya? Apa karena netta miskin? Tidak berpendidikan? Bukan keluarga yang terhormat? Gitu?" Tanya albert terkekeh hambar.
"Al kamu salah paham kami tidak pernah berpikiran seperti itu, menurut kami semua orang sama apalagi kedua orang tua netta dulu rekan kerja kita. Kita jelaskan secara baik-baik kami kedua orang tua kamu" ucap omar menengkan anaknya.
Albert tidak menjawab ia mengajak netta masuk kamar Meninggalkan Mereka, albert mengunci pintu kamarnya menatap netta yang masih tidak paham. "Jangan keluar sebelum saya izinkan" kata albert langsung masuk kamar mandi ia harus mandi untuk menengkan pikirannya yang terasa kacau.
Netta hanya mengangguk dan duduk di atas kasur menunggu suaminya selesai mandi, netta Merebahkan tubuh di kasur setelah kejadian itu netta lebih sering tidur tubuhnya terasa lemas.
Cklek.
Albert keluar kamar mandi menatap istrinya yang tidur pulas, albert tersenyum tipis melihat netta yang tidur pulas. Ia sudah tahu kalau netta akan lebih sering tidur dimana pun karena efek benturan keras di kepalanya yang mengakibatkan sel-sel otaknya sedikit bermasalah.
Menarik selimut sampai menutupi sebagian tubuh netta, ia keluar kamar untuk mengambil teh sebenernya bisa saja menyuruh pelayan untuk mengantarkan langsung ke kamarnya namun ia tidak mau siapapun datang ke lantai tiga jika sedang ada netta di kamar.
Albert melirik papahnya yang sedang berbincang dengan danu, melewatinya begitu saja ia tidak tertarik dengan percakapan mereka ditambah ia masih kesal dengan papahnya yang tidak berpihak padanya.
"Al kamu permintaan kamu sudah disetujui donita" ucap omar menghampiri albert yang sedang duduk di dapur sambil meminum tehnya.
Albert melirik papahnya. "Soal apa? Sejak kapan dia mau menuruti kemauan saya?" Tanya balik albert.
"Aku mau menikah dengan om danu asalkan abang maafin aku dan kembali seperti abang yang dulu, aku juga sudah tidak berkomunikasi dengan pria itu dia mencampakkan aku dia berciuman di klub malam" jawab donita dengan suara yang bergetar menahan air mata.
Albert menoleh kaget ia menatap danu yang mengangguk pelan, kembali menatap donita yang tepat berada di samping danu. Albert terkekeh kecil ia menaruh teh di meja sedikit keras.
"Sudah ku bilang dia pria tidak baik dan kau masih mencintai dia begitu besarnya, Sampai kau mencari cara supaya saya mengizinkan kalian menjalin hubungan, lebih parahnya lagi kau menghina istri saya sampai istri saya hampir meregang nyawa" ucap albert tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.