17. Wisuda

9.6K 197 2
                                    

Hari ini hari yang ditunggu-tunggu seluruh siswa-siswi, hari dimana mereka akan memasuki kelas selanjutnya, dan hari dimana mereka lulus sebagai anak sekolah SMA. netta duduk manis di depan panggung, menatap lurus depan, ia tidak menyangka akan secepat ini lulus.

Ia duduk di samping teman sebangkunya, netta tidak memiliki banyak teman di sekolah ia hanya memiliki beberapa teman saja, bisa dihitung dengan jari.

Netta mendengarkan kepala sekolah yang sedang memberikan ceramah kecil-kecilan, tatapnya tidak sengaja menatap wajah seseorang yang sangat ia kenali, dari atas sampai bawah ia mengenal.

Tatapan keduanya saling bertemu, netta melotot kaget mendapati suaminya yang duduk manis menghadapnya, lebih tepatnya menghadap semua siswa-siswi, netta langsung memalingkan wajahnya ke sembarang arah. "Kenapa dia ada disini" cicit netta heran.

"Baiklah acara selanjutnya acara wisuda, kita percepat saja, dani" ucap mc. Mempersilakan danu naik ke atas panggung untuk penyerahan rapot dan lain-lainnya. beberapa menit sudah sekarang giliran nama netta yang dipanggil.

"Netta Alegria" panggil mc.

Netta berjalan naik ke panggung, ia tersenyum tipis pada gurunya, ia berjalan kesamping tepatnya kehadapan albert yang tersenyum tipis.

"Biar saya saja" ucap albert mengambil Samir (Kalung Wisuda). albert mengalungkan samir ke leher istrinya. "Happy graduation, netta Alegria, istriku" bisik albert, singkat mencium bibir netta.

Netta mendongak ia menatap tajam albert. "Terimakasih pak albert aleksander yang terhormat" ucap netta ia langsung turun dari panggung dengan kesal.

Albert terkekeh geli. "Netta-netta, kau menggemaskan sekali" cicit albert.

Acara sudah pembagian samir sudah selesai, sekarang tinggal berfoto-foto dengan keluarga dan teman-teman, netta tidak ingin berfoto-foto dengan keluarga ataupun teman-temannya, ia hanya menunggu seseorang yang tidak kunjung datang.

"Selamat sayang" ucap albert memberikan buket uang dan bunga yang jumlah uangnya tidak sedikit, bahkan netta saya ke tutupan buket uang.

Netta menatap uang yang albert sodorkan, ia melotot kaget. "Banyak banget" cicit netta.

Albert tersenyum tipis. "Sedikit, nanti kalau kurang aku tambahin lag---"

"Tidak usah. Terimakasih" potong netta, matanya terus menatap sekeliling yang ramai.

Albert mengerutkan keningnya m "kamu cari siapa?" Tanya albert heran.

Netta menggeleng. "Enggak. aku lagi cari teman-teman aku" bohong netta.

"Happy graduation, kak netta" ucap donita menyodorkan bunga.

Netta tersenyum tipis. "Makasih" ucap netta.

"Selamat netta" ucap homar dan delena.

"Makasih, mah, pah" ucap netta.

Danu menghampiri mereka. menatap albert. "Tuan, apa saya boleh ucapkan selamat pada non netta atas kelulusannya?" Izin danu.

Albert mengangguk.

Danu tersenyum tipis, ia menatap netta. "Non netta Happy graduation, semoga lebih baik lagi" ucap danu tersenyum tipis.

Netta balas senyum. "Makasih, om danu" ucap netta.

"Kita foto-foto dulu" ajak donita. Mereka mengangguk, netta tidak menikmati momen kebersamaan ini, ia terus memikirkan seseorang yang tidak kunjung datang, sepertinya tidak akan datang.

Albert mengelus rambut netta yang di sanggul. "Minum dul---"

Ucapan albert terpotong mendengar suara teriakan istrinya yang memanggil nama seorang. "BANG ARI" teriak netta berlari menghampiri pria jangkung yang tersenyum lebar.

Albert dan yang lainnya menoleh kaget, melihat netta yang memeluk pria lain di depan umum, didepan suaminya sendiri, rahang albert mengeras, otot-otot di tangannya menonjol.

Homar yang melihat anaknya marah memang lengan albert. "Jangan, nanti kamu bisa kena marah netta, sabar dulu" ucap homar.

"Tap---"

"Kamu mau istri kamu makin kesal sama kamu, hah?" Kesal homar.

Albert diam ia menatap istrinya dari kejauhan. "Siapa pria itu sebenernya, kenapa mereka begitu akrab" cicit albert.

Netta memeluk erat ari. "Bang ari, netta kangen banget sama abang, udah lama kita tidak bertemu" lirih netta masih memeluk ari.

Ari melepas paksa pelukan netta. "Happy graduation, bocil" ucap ari tersenyum manis sambil menyodorkan buket bunga dan buket novel.

Mata netta berbinar-binar melihat banyak novel yang dihiasi bunga. "Kak ari, ini serius buat aku?, Ini novel yang dari dulu aku mau" ucap netta bahagia.

Ari mengangguk. "Khusus buat nyonya netta" ucap ari gemes.

Netta kembali memeluk ari. "Terimakasih, abang selalu ngertiin netta, abang selalu perhatian sama netta" lirih netta.

Ari membalas pelukan netta erat. "Pasti dong, kamu, kan, adik abang" ucap ari gemes.

Senyum netta luntur mendengar ucapan ari. entah kenapa hatinya sakit mendengar ucapan ari, walaupun itu benar, netta melepaskan pelukannya, ia berusaha tersenyum. "Makasih, sebenarnya netta suk---"

"Udah selesai bertemu adikmu?" Tanya seorang wanita menghampiri mereka berdua.

Ari dan netta menoleh, ari mengangguk pelan. "Udah, bocil aku ini sudah dewasa, tapi masih aja gemes" beritahu ari pada perempuan disebelahnya.

"Wow, adik kamu cantik sekali" puni perempuan itu.

Netta menatap perempuan itu. "M-makasih" ucap netta lirih. hatinya sakit melihat Ari bersama perempuan lain, ia tau kalau ari dan dirinya tidak memiliki hubungan spesial, tapi ia tidak ingin ari bersama perempuan lain selain dirinya.

Ari mengusap pipi netta. "Ayok kenalin dulu, biar akrab" ucap ari.

Perempuan itu mengangguk ia mengangkat tangannya mengajak berjabat tangan dengan netta. "Kenalkan nama aku pi---"

"Aku buru-buru, aku mau samperin teman-teman aku dulu, makasih buketnya" ucap netta langsung meninggalkan kedua orang yang menatapnya aneh. netta menyekat air matanya yang menetes ia tidak boleh sedih, ari bukan siapa-siapanya, ari hanya orang yang selama ini menjaga dirinya sebagai adik dan abang, tidak lebih.

"Aneh" gumam ari menatap kepergian netta.

***

Sesampainya di rumah netta langsung masuk rumah ia langsung menghampiri bi ajeng yang sedang mengelap meja makan. "Bi ajeng" panggil netta.

Bi ajeng menoleh, ia langsung dipeluk erat netta, membuat sang empu kaget. "Non netta kenapa?" Tanya bi ajeng khawatir.

Netta menggeleng. "Enggak papa, netta cuman kecapekan doang" lirih netta.

Bi ajeng mengusap punggung netta, ia tau majikannya ini bukan hanya kecapekan melainkan ada sesuatu yang disembunyikan. "Yasudah kalau non kecapekan mending non istirahat aja, non sedang hamil tidak boleh kecapekan" ucap bi ajeng, ia tidak mau terlalu dalam mengetahui masalah majikannya, jika tidak majikannya sendiri yang cerita.

Netta mengangguk ia langsung masuk life, menuju lantai tiga kamarnya, ia langsung masuk kamar dengan lesu, tanpa menoleh atau hanya sekedar melirik suaminya yang sedang Menganti baju.

Albert heran kenapa netta jadi lesu seperti itu. "Sayang kamu kenapa?" Tanya albert duduk di samping netta.

Netta menggeser duduknya lebih jauh dari albert. "Jangan dekat-dekat, aku masih marah sama om" ucap netta lesu.

Albert menghela nafas berat. "Yasudah, terserah kamu" kesal albert ia duduk di sofa membuka laptopnya, tatapnya terus tertuju pada netta yang masih diam. "Aneh banget" cicit albert.

obsession devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang