4. sekolah

16.6K 354 1
                                    

Seminggu setelah kejadian itu netta lebih banyak diam, ia selalu menghindari Albert yang selalu mengajaknya berbicara. Seperti sekarang ini netta bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Tapi netta selalu diganggu oleh Albert. "Stop! Aku aku sekolah, bisa tidak diam" kesal netta.

Albert menatap netta datar. "Kamu tidak boleh sekolah, nanti kamu kabur dari saya" kekeuh Albert.

Netta tidak menghiraukan ucapan Albert. Ia turun kelantai bawah, mengabaikan Albert yang terus berteriak seperti anak kecil, yang tidak dikasih mainan.

"Netta stop! Atau saya kurung kamu" ancam Albert kelewat kesal.

Netta yang diancam seperti itu, ia langsung memberhentikan langkahnya, membalikkan tubuhnya menghadap Albert. "Apa lagi sih, om?, Aku udah bilang dari semalam, kalau aku tidak akan kabur, aku cuman mau sekolah, sebentar lagi aku lulus. Kalau aku tidak sekolah aku tidak lulus" ucap netta selembut mungkin.

Albert yang mendengar tutur kata netta lembut ia langsung mengangguk kecil. "Baiklah, tapi hari ini saya tidak bisa antar kamu ke sekolah. Ada rapat yang harus saya hadiri" ucap Albert sedih.

Sebisa mungkin netta tidak muak dengan sikap Albert. "Enggak papah banget. Aku berangkat dul---"

"DANU KESINI" teriak Albert memotong ucapan netta.

Danu yang dipanggil pun ia langsung bergegas menghampiri tuanya. "Iya tuan?, Ada yang bisa saya bantu?" Tanya danu.

"Kau antar netta sekolah, mulai sekarang kau jadi supir pribadi netta" suruh Albert.

Netta menggeleng cepat. "Tidak usah. Aku bisa naik angkot, atau....jalan kaki, aku tidak mau merepotkan kalian berdua" tolak netta.

Albert menatap tajam netta. "Saya tidak mau kau kecapekan, dan kau harus menuruti perintah saya, kalau tidak kau ak---"

"Baiklah. Kalau gitu aku berangkat dulu! Lama-lama bicara dengan kau, aku bisa kehabisan tenaga" kesal netta, ia langsung keluar rumah.

Albert menatap danu. "Awasi dia, jangan sampai lengah, setiap datu jam sekali kau harus kabari saya, pastikan dia tidak menyadari keberadaan kamu" perintah Albert.

Danu mengangguk "baik tuan" ucap danu mengangguk kecil.

"Kalau sampai gadisku lecet. Maka kau yang akan menjadi taruhannya, saya tidak segan-segan bunuh kau" ancam Albert.

Mendengar ancaman Albert, danu bergidik ngeri. "B-baik. K-kalau gitu saya permisi dulu" pamit danu. Ia tidak mau berlama-lama disini, bisa-bisa ia mati berdiri.

Diperjalanan netta hanya diam menunduk. Ia berusaha berpikir untuk kabur dari Albert, supaya ia bisa hidup normal seperti dulu. "Ayo berpikir, kau harus pergi dari penjahat itu" batin netta kesal.

Setelah sampai netta langsung turun. Mengabaikannya danu. "Arghhh kenapa hidup aku jadi seperti ini" kesal netta pada dirinya sendiri.

***

Netta masuk kedalam rumah yang langsung disambut hangat Albert, yang tersenyum kearahnya. "Mandi abis itu kamu istirahat" ucap Albert.

Netta mengangguk, ia tidak sengaja melihat gerbang utama terbuka kembali. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis. "Aku harus lari, aku harus kabur, aku enggak mau lama-lama tinggal disini" batin netta.

"Aku mau........KABUR" teriak netta berlari kencang keluar rumah. Sayangnya rumah Albert sangat luas jadi membutuhkan waktu lama.

Sedangkan Albert ia tersenyum miring. Ia memencet tombol rahasia di tembok, otomatis seluruh pintu dan jendela tertutup rapat. Termasuk terbang. "Kau mau kabar dari ku?, Tentu saja tidak bisa. Sayang" ucap Albert berjalan santai mengikuti netta.

Netta gelagapan ia belum sampai pintu utama, tapi sudah tertutup rapat. "Lho, ko, enggak bisa dibuka" tanya netta pada dirinya sendiri, ia berusaha menarik gagang pintu.

"Sudah ku bilang, jangan kabur dariku, kau akan menyesal" marah Albert.

Netta mundur menghindari Albert, yang semakin mendekat kearahnya. "A-aku cuman mau jalan-jalan sekitar rumah aja ko, tadi aku cuman bercanda" elak netta.

Albert membungkukkan punggungnya agar sejajar dengan netta. "Kau pikir saya bodoh?, Kau pikir kau bisa berbohong?. Saya tau rencana-rencana licik kau, sayang" ucap Albert dingin.

Netta mendorong wajah Albert yang semakin mendekat kearahnya. "S-saya bosan di sini, saya tidak memiliki teman, saya tidak bisa bermain, tidak bisa berkeliaran luas" kesal netta.

Albert menarik dagu netta "bukanya kau tidak punya teman?, Dan kau jualan di jalanan?" Tanya Albert.

Netta mengangguk "i-iya. Saya jualan di jalanan saya bisa mengobrol dengan pelanggan, apalagi pelanggannya seumuran saya, sedangkan di sini, tidak ada. Hanya ada om, tante, om, dan pelayan yang lain, itupun sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing” ungkap netta.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya omar, menghampiri mereka berdua.

Albert menoleh "dia berusaha kabur dari sini, pah, dia pikir bisa segampang itu kabur dari saya" jelas Albert kesal.

Omar menatap netta "benar yang dikatakan, al?" Tanya omar.

Netta mengangguk "b-benar om. Saya cuman bosan disini, selama seminggu saya hanya diam di rumah, kalau boleh milih saya mending jualan di jalanan. Saya bisa bermain, setelah berjualan, saya bisa ke pasar bersama teman saya"

Albert geleng-geleng kepala "mau ngapain kau ke pasar?" Tanya Albert heran.

"Cari pacar" jawab netta kesal.

Rahang Albert mengeras, tangannya mengepal, otot-ototnya menonjol. Melihat anaknya yang hendak marah, buru-buru omar menahannya, dengan kode menggeleng.

"Begini saja, kamu sama al, pergi ke mall, atau ketempat yang kalian suka, mumpung malam ini malam minggu" saran omar.

Albert menggeleng keras. "Enggak! Enak aja, nanti dia kabur lagi" tolak Albert.

Netta cemberut. "Yaudah kalau enggak mau, aku bakalan cari cara kabur dari sini, aku juga bakal---"

"Oke! Untuk kali ini saya turuti, asalkan" Albert membisiki danu yang berada di sampingnya. Danu yang paham ia langsung pergi dari sana, mengambil sesuatu. "Pakai ini, biar kamu tidak kabur" ucap Albert memasangkan borgol ke tangannya, dan tangan netta.

Netta dan omar melotot kaget. "Ko gini sih?, Aku bukan buronan om, lepas" suruh netta menahan tangan Albert, yang hendak memborgolnya.

"Enggak! Kalau kamu mau keluar harus sama saya, baru saya izinkan" ucap Albert.

Netta yang muak dengan sikap Albert, ia mendorong sekuat tenaga sampai borgol yang memang belum terpasang terpental jauh. "KAU BUKAN SIAPA-SIAPANYA SAYA, JADI KAU TIDAK BERHAK ATAS SAYA, MAU SAYA PERGI DARI SINI, ATAU NINGGALIN KAU, ITU HAK SAYA DAN KEPUTUSAN SAYA, KAU TIDAK USAH ATUR-ATUR SAYA" bentak netta.

Rahang Albert mengeras ia mencengkram pipi netta kuat. "Berani sekali kau bentak saya lagi. Kau tanya saya punya hak apa?, Saya tegaskan sama kamu kalau saya ini SUAMI KAMU" bentak Albert.

Omar menepis tangan Albert. "Jangan kasar, al" ucap omar tidak tega.

Albert menarik tangan netta membawanya masuk kamar. Menguncinya dari luar, mengabaikan teriakan netta.

"Sudah saya bilang jangan membangkang" kesal Albert.

***

obsession devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang