Setelah kejadian itu netta lebih banyak diam memikirkan ucapan adik iparnya, sungguh ia tidak tahu kebenaran semuanya. Ia tidak enak sudah merepotkan albert, netta menatap lurus depan saat ini ia duduk di pinggir kolam renang rumahnya.
Sepertinya ucapan donita benar kalau dirinya terlalu merepotkan albert, sampai-sampai albert kehilangan proyek yang penting, dan albert harus menahan malu karena ulah dirinya yang terlalu manja.
Tidak terasa air matanya menetes membasahi kedua pipinya, mengelus perut ratanya. Dalam kondisi seperti ini lagi dan lagi netta menginginkan sesuatu yang harus melibatkan albert.
"Tolong jangan minta yang aneh-aneh, mamah mohon, mamah tidak mau merepotkan papah kamu lagi, hiks" isak netta.Danu yang melihat majikannya di kolam renang sambil menangis langsung menghampirinya, takut terjadi apa-apa. "Non kenapa nangis?" Tanya danu duduk di samping netta sedikit jauh.
Netta menoleh menatap danu. "Om danu, jawab jujur, apa benar om al kehilangan proyek penting gara-gara video CCTV waktu om al maling kelapa kesebar?" Tanya netta tanpa menjawab pertanyaan danu.
Danu diam ia takut salah bicara dan berakhir di habisi albert. Bukan apa-apa ini permintaan albert yang menyuruh dirinya untuk menyembunyikan ini semua dari netta.
"Jawab aja, aku sudah tau ko cuma pengen memastikan aja" ucap netta.
Danu mengangguk kaku. "I-iya" jawab danu gugup. "Non tau darimana?" Tanya danu penasaran berani sekali melawan permintaan albert.
Netta tersenyum tipis. "Satu lagi apa benar kedua orang tua aku sering minta uang sama om al?" Tanya netta mengabaikan pertanyaan danu.
Danu mengangguk kaku. "I-iya, tapi non tenang aja tuan al tidak mempermasalahkan soal uang" ucap danu tersenyum tipis.
Netta memeluk kedua lututnya menatap air kolam yang jernih. "Seharusnya om al tidak menikah sama aku, harusnya dia menikah sama permepuan yang selevel sama om al. Harusnya aku sama om al tidak bersama karena kami berdua sangat jauh, aku miskin om al kaya" lirih netta.
Danu menggeleng cepat. "Jangan bicara seperti itu, non----"
"Aku masuk dulu, om" potong netta langsung beranjak dari duduknya dan masuk kedalam rumah, dengan perasaan yang campur aduk.
Netta masuk kedalam kamar duduk di balkon kamar menatap pemandangan yang indah di depannya, namun seindah apapun itu tidak membuat perasaan netta bahagia dan melupakan perkataan adik iparnya waktu itu. Tidak terasa air matanya menetes sungguh ia membenci dirinya sendiri terlalu cengeng setiap perkataan yang sedikit menyingung perasaanya.
"Sayang, kamu lagi apa di luar?" Tanya albert masuk kedalam kamar.
Buru-buru netta menghapus air matanya ia tidak boleh lemah di depan suaminya, netta menoleh ia tersenyum tipis. "Om, abis darimana?" Tanya netta berjalan menghampiri albert.
Albert mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan istrinya. "Kerja. Kamu abis nangis?" Tanya albert menatap mata netta yang terlihat jelas bekas jejak air mata
Netta Menggeleng cepat. "E-enggak. Tadi aku abis nonton film yang sedih-sedih, eh aku ikutan sedih" jawab netta gugup.
Albert menyipitkan matanya mencari letak kebohongan netta. "Bohong!. Kamu sebenarnya Kenapa?, Saya ada salah, atau bikin kamu kesal?, Bilang sama saya nanti saya minta ma-----"
Netta langsung memeluk tubuh albert erat ia tidak bisa lagi menahan air matanya, ia menangis sesenggukan sambil mencengkram baju albert. "Hiks, om maafkan netta om, maaf sudah membuat om repot, maaf sudah membuat om kehilangan proyek gara-gara netta. Maafin netta om hiks" isak netta.
Albert diam ia masih belum mengerti maksud netta, mengelus punggung netta yang bergetar. "Saya tidak paham maksud kamu, coba jelaskan secara pelan-pelan" suruh albert.
netta mendongak menatap albert. "Hiks, om kehilangan proyek penting gara-gara aku ngidam pengen om maling kelapa, dan pemilik rumah nya sebar video CCTV rumahnya." Jelas netta menangis sampai sesenggukan.
Albert diam menatap kaget netta. "Kamu tau dari siapa?, Dari danu?" Tanya albert menahan marah.
Netta Menggeleng cepat. "Bukan, aku t-tau sendiri" jawab netta.
"Bohong! Pasti danu yang cerita" ucap albert marah.
Padahal albert sudah mewanti-wanti danu dan siapapun yang tahu untuk tidak memberitahu soal ini pada netta. Ia tidak mau netta merasa bersalah seperti sekarang ini.
Netta menggeleng. "Bukan om danu, om. Aku tau sendiri" bohong netta memeluk albert yang hendak keluar kamar. "Hiks, jangan marah sama om danu dia tidak tau apa-apa." Isak netta.
Albert mendudukkan netta di meja kerjanya menatap netta lekat. "Kamu jangan merasa bersalah, lagian saya tidak marah ataupun sedih soal kehilangan proyek itu. Asalkan saya tidak kehilangan kamu, uang tidak membuat saya bahagia sedangkan kamu, kamu membuat saya bahagia ditambah sebentar lagi kita memiliki anak" kata albert sambil menghapus air mata netta.
Bukannya berhenti menangis netta malah semakin menangis tersedu-sedu. "Hiks, m-maafkan keluarga netta juga sering minta uang sama om, tapi netta bersumpah kalau netta tidak tau soal itu" isak netta.
Albert kembali diam ia mencengkram ujung meja. "Berani sekali Membuat istri saya merasa bersalah seperti ini" batin albert marah. "Tidak papa. Mereka juga orang tua saya, kamu jangan pikirin soal yang membuat kamu stress. Saya cuma mau kamu bahagia dan bahagia" albert memeluk netta yang menangis.
"Awhhh" ringis netta memegang perutnya yang terasa sakit.
"Kenapa? Apa yang sakit?" Tanya albert panik.
"P-perut a-aku s-sakit" jawab netta menahan sakit di perutnya.
Tanpa ba-bi-bu albert langsung membopong tubuh netta keluar kamar, menuruni anak tangga dengan cepat, mengabaikan pertanyaan kedua orangtuanya.
Albert mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menatap netta yang pucat. "Tahan, sebentar lagi kita sampai" ucap albert panik.
Sesampainya di rumah sakit Albert langsung membopong tubuh netta masuk ke ruangan pemeriksaan, menunggu netta yang sedang di priksa dokter, mondar-mandir di depan pintu menunggu dokter keluar.
Cklek.
Albert menoleh menatap dokter yang keluar. "Bagaimana kondisi istri saya?" Tanya albert cepat.
Dokter menatap albert. "Kondisinya lemah, karena pasien terlalu banyak pikiran yang mengakibatkan janinnya lemah. Saya sarankan jangan membuat pasien sedih dan banyak pikiran karena itu bisa menghambat pertumbuhan janinnya. Dan untungnya pasien segera dibawa ke rumah sakit kalau tidak mungkin janin dikandung non netta tidak selamat" jawab dokter.
Albert mengangguk paham ia langsung masuk kedalam Menatap istrinya yang tidur pulas, efek obat tidur. Albert menganggam tangan netta yang tidak di infus.
"Saya mohon jangan memikirkan hal yang tidak penting yang bisa membuat diri kamu sendiri lemah. Saya takut kehilangan kamu, Netta" lirih albert mencium punggung tangan netta berkali-kali
***
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.