Netta tersadar dari pingsannya ia menatap sekeliling kamarnya yang kosong, menghela nafas panjang untung saja ia bisa selamat dari penjahat itu. netta turun dari kasur ia hendak keluar kamar ingin berterimakasih pada albert yang sudah menolongnya tepat waktu.
Baru menginjakkan kakinya di lantai ia dikagetkan dengan albert yang masuk kamar tanpa menatapnya, bahkan meliriknya saja tidak, netta mengerutkan keningnya kenapa albert tiba-tiba cuek seperti ini.
Albert masuk kamar mandi. netta bisa mendengar suara air yang menyala, ia kembali duduk di kasur menatap lurus, seketika ingatannya kembali ke waktu ia hampir di perkosa.
Sedang asyik-asyiknya melamun ia kembali dikagetkan albert yang sudah keluar dari kamar mandi, dan hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya, reflek netta menutup matanya menggunakan telapak tangan, dan membekap mulutnya supaya tidak berteriak.
Albert, langsung mengenakan pakaian biasanya, hari ini ia tidak ingin pergi kerja ia ingin menghabiskan waktunya ke suatu tempat yang menyenangkan, yang tentu membuat pikirannya tenang walaupun hanya sesaat tidak permanen.
"O-om, albert" panggil netta pelan.
Albert yang dipanggil ia hanya mengangkat alisnya, seolah bertanya 'ada apa' ia mengambil handphonenya yang tergeletak di meja samping istrinya. netta yang merasa di cuekin ia merebut ponsel albert membuat albert sedikit kesal.
"Sini, saya ada urusan" ucap albert dingin.
Netta menggeleng. "Tidak mau. aku minta ma---"
"KEMBALIKAN PONSEL SAYA NETTA" bentak albert kesal.
Netta terlonjat kaget, dengan tangan yang bergetar ia menyerahkan ponsel albert. "M-maaf" cicit netta takut, sekaligus menyesal.
Albert tidak menyahut ia langsung keluar kamar membanting pintu keras, sampai menimbulkan suara yang sangat melengking di telinga netta. Albert turun dari lantai tiga ia memejamkan matanya mengontrol emosi yang tidak bisa ia kontrol.
Ia berjalan ke dapur menghampiri para pelayan yang menunduk hormat. "Siapkan sarapan buat istri saya, pastikan dia sarapan, dan jangan pernah biarkan dia keluar rumah tanpa izin dari saya, perketat penjaga jika istri saya kabur kalian akan bertanggung jawab" ucap albert.
"Baik tuan" hormat mereka.
Albert menatap ajeng yang baru masuk rumah. "Bibi darimana?" Tanya albert.
Ajeng menatap albert ia tersenyum tipis. "Bibi abis belanja bulanan, stok makanan sudah habis" jawab ajeng.
Albert menatap semua pelayan yang kembali ketakutan. "Kenapa kalian suruh bi ajeng belanja?, Saya sudah tegaskan jangan suruh bi ajeng apapun kecuali tentang istri saya, dia hanya bertugas menyiapkan keperluan istri saya, PAHAM?" bentak albert diakhir kalimat.
"Bibi sendiri yang mau, den" ucap bi Ajeng tidak enak.
"Apapun itu, sekarang bibi samperin istri al, siapkan keperluan dia dan awasi dia sampai saya pulang" setelah mengatakan itu ia langsung keluar rumah.
***
Albert masuk kesebuah gedung kosong tempat ia bersenang-senang dengan musuhnya. danu merinding takut melihat senyum bosnya yang menyeramkan, walaupun danu sudah sering melihat senyuman iblis bosnya tetap saja ia masih sedikit takut.
Albert tidak mau basa-basi ia menyodorkan pistol tempat di kening dua preman yang sudah menganggu istirnya. "Bagaimana menyenangkan bukan?, Ucapkan kata-kata terakhir sebelum kamu mati?" Ucap alber.
Dua orang preman itu melotot ia menggeleng. "Maafkan saya, tuan, saya tidak bermak----"
DOR
DORtepat saat itu juga dua preman itu tidak sadarkan diri, mereka mati dengan tragis ditangan albert, mafia yang terkenal jahat di negri Italia. kebanyakan orang yang mengenal albert pria kejam sedunia, tapi dibalik kekejamannya ada rasa ia memiliki perasaan tidak tega, jika menyangkut orang yang dia cintai. Netta Algeria.
Albert menoleh melirik anak buahnya yang melotot syok. "Urus semuanya" setelah mengatakan itu ia langsung keluar gedung kosong itu menyisakan beberapa orang yang akan mengurus dua orang yang sudah tidak bernafas.
Albert mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, walaupun ia masih kesal dengan sikap netta yang terus berusaha kaburnya, tapi ia tidak bisa satu hari pun tidak bertemu netta.
Tinggal beberapa meter lagi ia sampai di rumahnya, tapi, matanya tidak sengaja melihat wanita cantik yang sedang berdiri di pinggir jalan dengan seorang pria dan perempuan, terlihat mereka sedang mengobrol asyik.
"Siapa mereka?" Tanya albert tanpa melirik danu.
Danu menggeleng pelan. "Saya belum melihat mereka berdua tuan, kemungkinan mereka teman barunya non netta" ucap danu.
"Jangan biarkan netta berteman dengan siapapun, kecuali adik saya"
Danu mengangguk pelan. "Gimana mau betah, non netta saja tidak boleh berteman" batin danu.
"Kalau gitu aku masuk kedalam dulu, bye" pamit netta, ia langsung masuk kedalam rumah mengendarai sepedanya. "Aku punya teman baru, yey, nanti kapan-kapan aku mau main ke rumah mereka pasti seru" gumam netta tersenyum lebar.
TITTT....
Netta terlonjat kaget mendengar suara klakson mobil. "Ish, nyebelin banget suka banget bikin orang kesal" gerut netta.
Netta masuk kedalam rumah ia menghampiri bi ajeng yang sedang sibuk menyetrika bajunya. "Bibi cantik, mau tidak netta bantu" tawar netta tersenyum manis.
BI ajeng menggeleng cepat. "Tidak usah. bibi bisa sendiri ko, non mending tidur kalau tidak nonton film saja, sebentar pagi bibi selesai" tolak bi ajeng lembut.
Netta mengangguk ia duduk di samping bi ajeng. "Bibi, emangnya om al itu baik, ya?" Tanya netta lirih.
Bi ajeng tersenyum tipis, ia melipat baju yang sudah selesai di setrika. "Baik. kalau enggak marah, bibi yang urus den al sampai besar jadi bibi tau sikap dan sifat den al" ucap bi ajeng.
Netta cemberut. "Kalau kata netta om al itu jahat banget, dia suka bikin netta kesal, netta harus nurut sama om al" cicit netta yang masih terdengar ni ajeng yang malah terkekeh geli.
Bi ajeng mengelus rambut netta. "Karena den al sayang, dia tidak mau wanita yang dia cintai selama ini, wanita yang sekarang ini jadi istrinya kenapa-kenapa, jadi, non netta harus nurut sama den al, supaya tidak bertengkar lagi"
Netta mengangguk lemah ia langsung naik ke lantai dua menggunakan lif, tanpa netta sadari sepasang mata tajam menatap netta, mendengar pembicaraan mereka berdua. "Saya akan baik sama kamu, jika kamu nurut sama saya" lirih albert. Setelah itu ia menutup laptopnya setelah melihat sang istri hendak masuk kamar.
Cklek..
Netta berjalan lesu melewati albert yang fokus dengan ponsel di genggamnya, sesekali albert melirik netta melihat apa yang istrinya lakukan.
Netta berjalan ke balkon kamar menatap pemandangan yang indah dari lantai tiga. "Udah siang tapi masih seger gini, kayanya berenang seru nih" ucap netta tersenyum lebar.
Netta mengambil baju ganti di lemari ia langsung lari keluar kamar, membuat albert was-was, albert mengikuti netta secara diam-diam tanpa sepengetahuan netta.
"Kolam renang" cicit albert. Melihat istrinya berjalan ke kolam renang.
sudut bibir netta terangkat membentuk senyum tipis, ia menatap netta dari arah jauh mengawasi istrinya takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.***
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.