3. marah

20.4K 453 5
                                    

Netta mengerjapkan matanya menyesuaikan matahari yang menerobos masuk ke jendela kamar.
Ia diam sebentar mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul. Menatap sekeliling kamar, seketika ia teringat kejadian kemarin.

Ia turun dari kasur, menatap sekeliling kamar. Ia menatap wajah wanita paruh baya, berpakaian pelayan. "K-kau siapa?" Tanya netta.

Pelayan itu membungkukkan tubuhnya, tanda hormat. "Saya yakin akan mengurus nona" ucap wanita paruh baya itu.

Netta menatap wanita paruh baya itu kaget. Astaga! Ia bukan bayi yang harus dijaga. "Tidak perlu, saya bisa urus sendiri, ummm...nama ibu siapa? Saya tidak tau harus panggil apa?" Tanya netta menghampiri wanita paruh baya itu.

Wanita itu tersenyum tipis. "Nama saya Ajeng" ucap ajeng.

Netta mengangguk "saya panggil bibi saja ya?" Tanya netta meminta persetujuan.

Ajeng mengangguk "terserah nona. Tuan sudah menunggu nona di pantai bawah, untuk sarapan bersama, nona bisa langsung mandi, pakaian sudah saya siapkan" jelas ajeng.

Netta menatap pakaian yang sudah rapih di kasurnya. Ia langsung masuk kamar mandi, merenung di dalam kamar mandi. "aku harus kabur dari sini, aku tidak mau tinggal di rumah ini, dan bersama laki-laki jahat itu, aku harus cari cara" lirihnya.

Selesai mandi ajeng langsung turun kelantai bawah, bersama ajeng di belakangnya, ia menatap rumah besar dan mewah ini, ia terkagum-kagum, tapi setelah melihat wajah laki-laki yang sangat ia benci, seketika berubah jadi datar.

"Duduk sini" ajak Albert menepuk kursi disampingnya.

Netta hanya melirik sinis "tidak usah, saya mau duduk disini" ucap netta dingin.

"Netta, apa kamu nyaman tinggal disini?" Tanya dania.

Netta menoleh kaget, ia sampai tidak menyadari kalau ada seseorang yang tidak ia kenali. "Eh. Kalian siapa?" Tanya netta kaget.

Dania tersenyum tipis "perkenalkan nama saya dania, dan ini omar, suami saya, kami berdua orangtuanya Albert" jelas dania.

Mata netta membulat sempurna "m-maaf, om, tante, netta tidak tau" ucap netta tidak enak.

"Tidak papa" ucap dania.

Netta duduk di samping dania "tante, tolong bawa saya kabur dari sini, saya tidak suka di sini, saya takut, saya mau pulang ke rumah ibu dan ayah saya, jadi tol---"

"Jangan harap kau bisa kabur. Saya tidak mau berdebat sama kamu, silahkan makan" kesal Albert.

Netta menatap sengit Albert "mau apa sih culik saya om?, Saya orang miskin om tidak bisa memeras kedua orangtuaku" kesal netta.

Albert menatap tajam netta. "DIAM! ATAU SAYA HUKUM KAMU" bentak Albert.

Netta yang dibentak ia langsung menunduk takut. "I-iya, m-maaf" cicit netta takut.

Omar menatap tajam anaknya "jaga sikap kamu, dia masih kec---"

"Maaf. Saya kebablasan, kamu jangan takut sama saya" sesal Albert. Memotong ucapan papahnya.

Netta hanya mengangguk takut, ia mulai sarapan dengan kening, marahnya Albert membuat ia takut.

Selesai sarapan mereka langsung berkumpul di ruang keluarga, Ini sudah menjadi rutinitas keluarga mereka. Netta duduk di samping delena. Berhadapan dengan Albert.

Albert menatap netta. "Kenapa kamu duduk di situ?" Tanya Albert dingin.

Netta menatap Albert tidak mengerti. "Kenapa emang?, Sama-sama sofa" jawab netta polos.

Omar dan delena saling berpandangan satu sama lain. Mereka menahan tawa melihat anaknya kesal, yang tertahan.
"Maksud al, kamu duduk di sampingnya, netta" jelas omar.

Netta menggeleng keras "enggak! Netta enggak mau duduk sama om, al" tolak netta keras.

Albert yang mendengar itu ia semakin kesal. "Nurut aja bisa enggak sih. Bawel banget kamu" marah Albert, menatap tajam netta.

Melihat anaknya marah delena buru-buru menatap netta, yang kembali takut. "Kamu duduk di samping al, dia enggak gigit ko" bisik delena terkekeh kecil.

"Tap---"

"Kemari, atau saya tarik kamu?" Ancam Albert.

Netta langsung bangun, berjalan pelan menuju Albert. "Ok jahat banget. Padahal aku cu---"

"Diam!" Sentak Albert.

"Kayanya setiap aku bicara di potong mulu" cicit netta.

Netta diam ia memainkan jari jemarinya, rasa bosan membuat ia ingin segera pulang ke rumah. Netta menatap delena dan omar bergantian.

Belum sempat ia bicara sudah di sela Albert. "Kita lihat-lihat rumah ini, supaya kamu betah di rumah ini" ajak Albert. Menarik tangan netta. Menghampiri danu yang sedang duduk di teras rumah "siapkan skuter, saya dan gadis saya mau keliling rumah ini" ucap Albert.

Danu mengangguk ia langsung menyiapkan skuter "ini tuan, skuternya" ucap danu membawa dua skuter.

Albert menarik tangan netta. "Naik, biar saya bonceng kamu" ajak Albert.

Netta menggeleng, kenapa ia harus dibonceng, sedangkan skuter satunya tidak dipakai. "Aku bawa skuter in---"

"Enggak! Kamu harus saya bonceng" tanpa ba-bi-bu Albert Langsung menarik tangan netta, sampai berdiri di belakang tubuhnya "pegangan, nanti kamu jatuh" ucap Albert.

Netta mengangguk ia memang baju Albert "udah, ayo cepat" ajak netta tidak sabaran. Albert mendengus kesal, kenapa netta tidak memeluknya saja sih. Dengan kesal Albert menjalankan skuternya, menunjukkan setiap area rumahnya yang sangat mewah. Lebih tepatnya mansion.

Selesai skuteran mereka duduk di taman rumah. "Kamu betah tinggal di sini?" Tanya Albert melirik netta yang hanya diam.

"Rumah ini sangat luar, gimana caranya aku bisa keluar dari sini, penjaganya juga banyak banget" betin netta.

Albert yang tidak mendapatkan sahutan ia menatap lekat netta. "jangan sekali-kalinya kamu merencanakan kabur dari rumah ini" ancam Albert yang tau isi pikiran netta.

Netta gelagapan ia menatap wajah datar Albert. "E-enggak. A-aku c-cuman, lagi melamun aja" elak netta.

Albert mengangguk kecil. "Besok kamu pindah sekolah, ke sekolahan yang lebih elite" suruh Albert.

Netta menggeleng tegas. "Enggak mau!, Aku udah mau lulus sekolah" tolak netta cepat.

Albert menatap kesal netta. "Kamu bisa enggak sih nurut sama saya?, Kalau kamu nurut saya tidak akan marah-marah sama kamu." Marah Albert.

Netta bangun ia menatap marah Albert. "KAU YANG HARUS NURUT SAMA SAYA, OM, KAU MENCULIK SAYA DARI ORANGTUAKU, DAN KAU SEKARANG MENGATUR-ATUR SAYA SEENAKNYA, MEMANGNYA KAU SIAPA SIH?, HAH?" bentak netta.

Albert menatap sinis netta. "Kau berani meninggikan suara kau didepan saya?, Suamimu sendiri?" Tanya Albert sinis.

Mata netta membulat sempurna, apa maksudnya 'suamimu'. "Apa maksudnya?, Kita belum menikah dan tidak akan pernah menikah" ucap netta menekan kalimat terakhir.

Albert menarik netta mendekat, mengikis jarak diantara mereka berdua. "BERANI SEKALI KAU BERKATA SEPERTI ITU, KAU MAU SAYA HABISI?" bentak Albert.

Tubuh netta bergetar ketakutan, ia berusaha melepaskan tangan Albert yang mencengkeramnya erat. "L-lepas. Saya benci kau, Albert Aleksandar" kesal netta.

Albert langsung membekap mulut netta dengan mulutnya, menciumnya kasar, menggigitnya sampai mengeluarkan darah segar. Netta memberontak minta dilepaskan, tapi Albert enggan melepaskannya.

***

obsession devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang