Albert sedang makan siang bersama teman-temannya di kantor, mereka berbincang-bincang tentang pekerjaan dan masih banyak lagi, termasuk membicarakan tentang istri mereka, albert hanya menyimak.
Lama kelamaan pembicaraan mereka semakin jauh, albert menatap kesal teman-temannya. Apa tidak ada pembicaraan lain selain hal itu, yang seharusnya tidak diceritakan pada orang lain.
"Kalian gila! Ngapain cerita hal itu sih, privasi" kesal albert.
Teman-temannya menoleh menatap albert. "Eh, omong-omong lo udah unboking istri, lo, belum?" Tanya teman---satu.
"Atau jangan-jangan belum" curiga teman--dua.
"Maklum, dia nikahi cewek yang umurnya lebih muda" ledek teman---tiga.
Albert menatap sinis. "Gue enggak mau sentuh istri gue lebih, dia masih sekolah takut ganggu pelajarannya" sahut Albert santai.
"Hati-hati, biasanya cewek kalau belum disentuh gitu, dia suka cari pria lain, maksudnya gini, lo kan nikahin istri muda lo itu secara paksa, nah, dia pasti ada niatan buat kabur atau ninggalin lo, dia bisa aja kabur dari lo, secara lo belum sentuh dia, kaya tetangga gue contohnya" ucap teman satu.
Albert menatap mereka kesal, tapi ada benarnya juga. "Jangan ngaco, dia enggak bakal kabur dari gue" setelah mengatakan itu ia langsung beranjak meninggalkan teman-temannya, yang tertawa terbahak-bahak.
Albert langsung pulang setelah makan siang yang tidak mengenakkan tadi, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, karena siang ini banyak yang anak yang pulang sekolah.
TIIIITTT....
Pintu gerbang belum juga terbuka biasanya sebelum Albert membunyikan klakson mobilnya, gerbang sudah dibuka lebar satpam.
TITI...TITTT...TITTT..
Pintu di dorong seorang wanita cantik sedikit kesusahan, karena gerbang cukup besar dan sedikit macet. "Silahkan tuan" ucap netta membungkukkan tubuhnya.
Albert geleng-geleng kepala, ia berhenti tepat didepan netta. "Ngapain kamu buka gerbang?, Kemana satpam yang berjaga disini?" Tanya albert sedikit kesal.
"Parkir dulu tuan, nanti ada yang masuk susah" suruh netta.
Albert langsung memarkirkan mobilnya asal, ia langsung turun, tatapan jatuh pada dua orang yang menunduk takut. "Kenapa istri saya kalian suruh jadi satpam?, Kenapa kalian biarkan istri saya panas-panas?, Kalian bosan kerja, atau bosan hidup?" Marah albert.
Danu dan mang ujang satpam rumah albert menggeleng keras. "T-tidak tuan, non netta sendiri yang mau, kami berdua sudah melarang tapi dia kekeuh, bahkan dia ancam kami mau lapor sama tuan jadi kami mengizinkannya" ucap danu takut.
"KALIAN BISA ANCAM DIA ATAU HUBUNGI SAYA LEBIH DULU, SAYA TIDAK MAU ISTRI SAYA KECAPEKAN, DIA BARU SEMBUH DARI SAKITNYA"
Netta berlari kecil menghampiri keributan. Ia menatap mang ujang dan danu yang sedang diomelin suaminya. "Om, mang ujang sama om danu enggak salah, aku sendiri yang mau, aku yang pak---"
"Diam kamu, pasti kamu merencanakan untuk kabur dari rumah ini" curiga albert.
Netta menggeleng, untuk minggu-minggu ini ia tidak akan kabur, percuma, kakinya masih sakit. "E-enggak. Aku disini karena aku bosan, donita, mamah, papah, lagi kondangan jadi aku sendiri disini" jelas netta.
"Kenapa kamu enggak ikut?" Tanya albert.
Netta menggeleng pelan. "Aku malas, jadi aku disini aja, aku tadi ngobrol sama mang ujang dan om danu, seru tau, mereka dengerin cerita aku waktu aku belum diculik om, waktu aku jualan kue dipinggir jalan" ucapnya, menghiraukan tatapan datar albert.
"Kenapa kamu enggak mau cerita sama suami kamu aja?" Tanya albert.
Netta menatap sinis albert. "Om enggak asyik. Aku baru ngomong aja udah dipotong-potong terus, salah ngomong aja kena marah ngancem bawa pergi ke italia, gimana aku mau cerita coba, sebenernya aku itu orangnya seru, ya, enggak, om danu, mang Ujang" tanya netta meminta pembelaan.
Danu dan mang ujang saling berpandangan, mereka takut melihat tatapan albert, akhirnya mereka mengangguk pelan.
"Tuh, kan, om sih suka potong-potong pembicaraan aku, jadi aku enggak bet---"
Cup.
"Cerewet" ucap albert mencium singkat bibir netta, membuat sang empu melotot kaget. "Lain kali saya enggak akan potong-potong ucapan kamu, saya bakal dengerin semuanya"
"Om! Ngapain cium aku, ish!" Pekik netta. Membuat albert, danu, dan mang Ujang menutup kedua telinga mereka masing-masing.
Albert menarik netta masuk kedalam rumah. "Jangan teriak-teriak nanti tenggorokan kamu sakit" tegur albert.
"Lebih baik sakit tenggorokan daripada sakit hati" cicit netta, yang masih terdengar jelas albert.
Albert menyenderkan kepalanya di sofa, memejamkan matanya gara-gara teman-temannya ia jadi overtingking seperti ini. Ditambah tadi netta bilang kalau dia tidak nyaman mengobrol berdua dengannya.
Netta menyalakan televisi ia menonton kartun kesukaannya. "Hahaha, lucu banget anjingnya bisa bicara" kekeh netta. "Monyetnya juga lucu, dia marah-marah, haha"
Albert membuka matanya ia menatap netta. Ia menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan netta, ia menarik pinggang netta, membuat sang empu kaget. "Gimana kalau saya minta hak saya?" Tanya albert lirih.
Netta berusaha melepaskan pelukan erat suaminya. "Lepas. Apaan hak-hak, aku enggak punya apa-apa, om" ucap netta.
Albert mencium leher netta, membuat sang empu mematung. "Tubuh kamu sudah menjadi milik saya, setelah kita menikah, saya belum minta hak saya, kan?, Jadi sekarang saya mau minta hak saya, boleh?" Jelas albert, sepertinya ia harus menjelaskan secara jelas, supaya netta bisa paham maksud ia.
Netta mencerna ucapan albert ia langsung menggeleng cepat. Mendorong tubuh albert menjauh darinya. "Enggak! Aku enggak mau, enak aja aku enggak mau disentuh lebih sama om, aku enggak cinta sama om, aku enggak mau titik. kalau om paksa aku buat lakuin itu, aku bakal ninggalin om selamanya" marah netta. Ia langsung masuk kamar.
Albert mengacak-acak rambutnya kesal. "Arghhhh. Sial! Kenapa gue jadi kaya gini, dasar teman biadab" teriak albert kesal.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Fiksi RemajaAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.