Netta menatap suaminya yang sedang mengupas kulit jeruk, atas permintaan ia sendiri, akhir-akhir ini netta sangat tergantung dengan albert, ia ingin albert yang melakukan apapun yang ia inginkan, mulai dari masak makanan untuknya, membuatkan susu ibu hamil, dan masih banyak lagi, albert tentu tidak keberatan ia malah senang netta tergantung dengan dirinya, dengan begitu netta tidak akan meninggalkan dirinya lagi. Walaupun itu tidak akan terjadi selagi masih ada albert Aleksander.
Netta melahapnya ia menatap wajah albert yang juga sedang menatapnya, naura menyenderkan kepalanya dipundak albert, menghirup aroma tubuh albert yang akhir-akhir ini ia sangat menyukainya.
"Om, kenapa om enggak nikah dari dulu, sama perempuan lain, kenapa harus nunggu aku?" Tanya netta kepo.
"Karena aku cintanya sama kamu" jawab albert tanpa pikir panjang.
Netta mendongak menatap wajah albert. "Kenapa sukanya sama anak kecil, maksudnya dibawah umur?"
Albert terkekeh kecil. "Aku enggak suka anak kecil, tapi, berhubung kamu kecil jadi aku suka anak kecil, hanya kamu, bukan orang lain" jawab albert sambil menyuapi istrinya.
"Pedofil, dong" bergidik netta.
Mata albert melotot sempurna ia mengacak-acak rambut netta gemes. "Sembarangan kalau bicara, tapi kalau saka kamu sih, enggak papa" ucap albert tersenyum manis.
Senyuman yang mampu membuat netta terhipnotis oleh senyuman manis albert, buru-buru ia memalingkan wajahnya ke sembarang arah mengusir pikiran yang tidak-tidak. Ingat rencananya masih belum ia selesaikan.
"Om, enggak ada niatan buat berangkat kerja aja, aku bisa ko sendiri di rumah t----"
"Enggak. Saya mau di rumah berdua sama kamu, lagian di kantor ada danu yang urus" potong albert.
Netta mengangguk pasrah ia menyalakan televisi menontonnya film kesukaannya, kartun anak. "Heheh, lucu banget jadi pengen peluk' gemes netta menatap dua orang yang sedang berpelukan.
"Kamu mau dipeluk saya?" Tanya albert tersenyum manis.
Netta menoleh ia menggeleng. "E-enggak. A----"
Ucapan netta terpotong saat albert memeluknya dari samping, membuat netta nyaman, semenjak hamil ia lebih suka seperti ini, bermanja dengan albert padahal sebelum hamil ia paling benci dengan albert.
"Kalaupun kamu enggak mau, tapi saya yang mau" bisik albert.
Netta mendorong wajah albert yang mulai nakal, ia kembali menatap film yang belum selesai. Sedangkan albert ia mengelus perut rata netta ia tidak sabar melihat anaknya, rasanya ia ingin menggendongnya mengurusnya memandikannya, dan mengajak jalan bersama istri dan anaknya.
Keenakan diusap-usap neeta malah tidur sambil bersandar di pundak albert, tangannya yang awalnya memegang remote sekarang malah menggenggam tangan albert membuat sang empu tersenyum manis. "Saya tidak peduli dengan umur kita yang beda jauh, saya tidak peduli dengan omongan diluar sana soal pernikahan kita yang umur kita sangat jauh, saya hanya ingin bersamamu." lirih albert sebelum membopong tubuh netta.
***
Netta merasakan wajahnya hangat, tubuhnya dipeluk erat seseorang yang tidak lain tidak bukan, ialah suaminya sendiri, metta berusaha melepaskan pelukan suaminya yang malah semakin erta.
"D-dingin" racau albert.
Netta mendongak ia menatap wajah albert, ia melepas paksa pelukan albert menatap albert. "Om bangun, om kenapa?" Tanya netta.
"D-dingin" racau Albert.
Netta menempelkan punggung tangannya ke kening albert, seketika matanya langsung membulat sempurna, ia duduk di atas kasur menatap albert yang menggigil. "Om sadar, om demam" panik netta.
Netta menyibak selimut ia turun dari kasur dengan tergesa-gesa, ia turun kelantai bawah mengambil air hangat untuk kompres suaminya, setelah itu ia langsung kembali masuk kedalam kamar dengan wajah khawatir.
Ia menempelkan handuk kedahi alber, mengelus rambut albert terlihat jelas bibir albert pucat. "Om, jangan sakit dong nanti siapa yang jagain aku" lirih netta sedih.
Albert membuka matanya ia menoleh menatap netta yang matanya sudah berkaca-kaca, albert tersenyum tipis ia menggenggam tangan netta menatap mimik mata netta. "J-jangan nangis, saya enggak papa ko" ucap albert.
Netta langsung memeluk tubuh besar suaminya ia menangis terisak-isak. "Hiks, jangan sakit om, nanti enggak ada yang jagain netta, enggak ada yang masakin netta, hiks, netta enggak mau makan masakan orang lain selain om" isak netta.
Albert membalas pelukan netta mencium kening netta lama. "Saya enggak papa.....Uhuk uhuk" albert terbatuk.
"HWAAAAAAAA" tangis netta pecah.
Albert terkekeh geli melihat netta menangis kencang seperti ini, ia menatap wajah netta. "Malah makin kencang, saya cuma batuk doang, sayang" ucap albert gemes.
Netta menatap albert. "Aku panggilkan dokter, sup----"
"Jangan, saya enggak mau di priksa" potong albert cepat.
"Kenapa?"tanya netta heran.
Albert tersenyum tipis. "saya kalau sakit enggak mau di periksa, nanti kalau sudah parah baru ke rumah sakit" jelas albert.
Netta menatap datar suaminya. "Terus om sekarang mau nunggu parah dulu baru mau diperiksa?" Kesal netta
Albert menggeleng. "Buk----"
"Yaudah kalau enggak mau di periksa, aku mau pergi dari rumah ini" kesal netta menepis tangan albert.
Mata albert melotot sempurna ia menatap tajam netta. "Jangan aneh-aneh kalau kamu tidak ingin menyesal" ancam albert.
Walaupun netta takut dengan ancaman albert, sebisa mungkin ia terlihat biasa saja. "Om egois, om selalu memerintahkan netta buat menuruti kemauan on, tapi om sendiri enggak mau nurutin kemauan netta, padahal demi kebaikan om sendiri bukan aku" teriak netta kesal.
Albert menggenggam tangan netta yang langsung netta tepis. "Say----"
"Terserah. Urus diri om sendiri jangan bicara sama aku sebelum ok mau di periksa" setelah mengatakan itu ia langsung masuk kamar mandi, tidak lupa ia membawa baju untuk ganti
Albert menghela nafas berat, ia benar-benar tidak ingin di periksa menurutnya itu tidak penting baginya. Tapi ia juga tidak ingin netta marah dan mendiamkannya, ia sangat tersiksa kalau itu terjadi.
Tidak lama netta keluar dari kamar mandi, ia melirik albert yang terus menatapnya, ia memainkan ponselnya mengabaikan suaminya yang terus memanggil namanya berkali-kali.
Albert menarik nafas panjang. "Oke saya mau di periksa, puas?' kesal albert. netta orang pertama yang berhasil membuat ia mau diperiksa.n
Netta menoleh ia tersenyum tipis. "Dari tadi ke, aku enggak deh marah-marah sama om" ucap metta.
Albert menatap datar istrinya. "Nyebelin banget sih kamu, saya paling tidak suka di paksa kaya gini" ungkap albert.
DEG
Ucapan albert mampu membuat netta terdiam beberapa saat, ia menatap albert dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, ia berusaha tersenyum tipis. "M-maaf, lain kali aku enggak bakal paksa, om" cicit netta.
Albert yang baru menyadari ucapannya keterlaluan ia langsung menggeleng, ia tidak bermaksud seperti itu. "B-bukan gitu maksudnya, say---"
"Aku keluar dulu mau panggil om danu" potong netta ia langsung keluar kamar, meninggalkan albert yang berteriak. air mata netta mengalir deras, kenapa ia jadi cengeng seperti ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.