Netta menemani suaminya berkerja atas kemauan dirinya sendiri. Melirik albert yang fokus dengan laptop dihadapannya, karena bosen hanya duduk-duduk saja ia berinisiatif untuk membantu membantu albert yang terlihat kesusahan.
"Om perlu netta bantu?" Tanya netta duduk di hadapan albert.
Albert tersenyum tipis menggeleng pelan. "Tidak. Kamu duduk saja" jawab albert menyuruh istrinya duduk.
Netta mengetuk-ngetuk jarinya di dagu ia sedang berpikir bagaimana caranya ia bisa membantu suaminya. "Om, aku bantu om lewat doa saja nanti om amin, ya" ucap netta.
Albert memberhtikan aktivitas mengetik mendongak menatap istrinya yang tersenyum manis. "Tidak usah nanti mulut kamu capek, lebih baik kamu is----"
"Ya tuhan jangan berikan suami hamba ini kecapekan supaya dia terus kerja dan kerja, eh jangan gitu juga nanti aku dicuekin. Ya tuhan beri om al sangat baik untuk hamba yang sangat baiknya melebihi om al" netta menatap albert yang menatapnya mendengus kesal. "Amin gitu, om" kesal netta.
"A-amin" jawab albert menurut.
Netta terneyum manis. "Ya tuhan---"
"Sudah-sudah jangan berdoa lagi lebih baik kamu istirahat atau main ponsel" potong albert.
Netta mengangguk pelan ia kembali duduk di sofa menatap suaminya yang kembali fokus mengetik. Karena bosan ia keluar mengendap-endap supaya albert tidak menyadari dirinya. Berjalan keliling kantor yang sangat luas dan mewah, berjalan masuk ke dapur kantor.
"Om danu" panggil netta menghampiri danu yang sedang membuat kopi.
Danu yang dipanggil menoleh mendapati netta. "Iya?, Kenapa non netta ada disini?" Tanya danu menatap netta.
Netta duduk di kursi. "Om al sibuk kerja, aku bosan jadi aku keliling kantor" jawab netta.
Danu menghampiri netta menatap netta yang sedang memainkan sendok. "Non jangan disini bahaya nanti----"
"Tidak. Aku duduk saja ko" potong netta.
Danu mengangguk paksa. "Mau saya bikinkan teh?" Tawar danu.
Netta menggeleng. "Tidak usah. Om danu sudah makan siang belum?" Tanya netta
Danu menggeleng ragu.
Netta tersenyum lebar ia beranjak dari duduknya. "Kalau gitu netta buatkan nasi goreng ala netta allegria" kata netta tersenyum lebar.
Danu melotot sempurna ia langsung menggeleng cepat. "J-jangan. Nanti saya beli saja di kantin" tolak danu Cepat bisa-bisa ia kena marah albert membiarkan istrinya menyentuh peralatan dapur.
Netta melipat kedua tangannya di dada. "Kenapa? Netta bisa masak ko walaupun sedikit heheh" kekeh netta malu.
Danu mengangguk palan. "I-iya. Mending non duduk saja biar saya yang buat sendiri nanti kalau tuan al tau bisa-bisa saya dipecat bahkan di bunuh sadis" panik danu.
"Tidak, om danu tenang saja." Kata netta menenangkan danu.
Sedangkan Albert ia kalang kabut mencari istirnya yang tidak ada di ruangannya, ia keluar ruangan mencari netta dipenjuru kantor, bahkan taman yang letaknya cukup jauh ia datangi namun hasilnya sama tidak ada tanda-tanda istrinya ada.
"Bos cari siapa?" Tanya karyawan yang berpapasan dengan albert.
Albert menoleh. "Istri saya, kamu lihat istri saya?" Tanya albert.
"Lihat, tadi saya berpapasan dengan non netta, dia ada di dapur kantor----"
Albert langsung berlari ke dapur kantor tanpa menunggu jawaban dari karyawan yang geleng-geleng kepala. Albert membulatkan matanya sempurna melihat netta yang masak. "Netta" panggil albert.
Deg
Jantung danu berdegup kencang mendengar suara tegas dan dingin albert. Membalikkan tubuhnya menghadap albert yang menatapnya tajam. "T-tuan al" kaget danu.
Albert menarik netta yang asyik mengaduk nasi goreng. "Kenapa kamu ada di sini?, Dan kenapa kamu masak seperti ini?" Tanya albert marah.
Netta menepis tangan albert. "Aku mau masak om mending duduk nanti netta bagi" kata netta mendorong albert menjauh darinya.
Albert menatap tajam netta. "Menjauh dari benda itu atau say----"
"AKU NGIDAM INGIN MASAK, JANGAN GANGGU AKU BISA TIDAK SIH" marah netta.
Albert menatap netta dingin. "Kamu berani meninggikan suara kamu di hadapan saya?, Kamu----"
"Bukan aku yang mau tapi anak om yang masih ada di perut aku, dia ingin masak" potong netta lirih. Sambil mengelus perutnya.
Albert melirik perut istrinya, menatap netta yang sedih. "Ck! Baiklah untuk kali ini saya izinkan kamu masak, tapi hati-hati" pasrah albert.
Netta mengangguk semangat ia kembali melanjutkan acara memasaknya.
Albert menatap tajam danu yang menunduk takut. "Kenapa kamu tidak melarang istri saya masak? Kenapa kamu diam saja?, Bahkan kamu asyik melihat istri saya masak apa kamu lupa kalau netta itu bos kamu?" Marah albert.
Danu mengangguk takut. "S-sudah s-saya larang tapi non netta memaksa saya bahkan saya diancam" cicit danu.
Albert menarik kursi ia duduki mengawasi netta takut terjadi sesuatu. "Hati-hati Sayang" khawatir albert melihat istrinya memotong bawang.
"Danu say----"
"Eh. Bos al, tumben duduk di dapur gini?" Tanya karyawan menatap bosnya yang duduk di kursi dapur.
"Masalah buat lo?" Sinis albert.
Karyawan mendengus kesal ia duduk di samping danu. Menatap netta yang masak. "Buset! Itu garamnya banyak banget apa kabar dengan nasi goreng itu" cicit karyawan melihat netta yang menuangkan tiga sendok makan garam.
"Diam, jangan berkomentar bisa-bisa kamu di bunuh sama tuan al" bisik danu.
Karyawan mengangguk ia terus berkomentar dalam hati melihat cara masak netta yang menurutnya seperti anak kecil.
Tidak lama netta selesai dengan masakannya ia langsung menaruhnya di meja menatap danu, albert dan karyawan yang sedari tadi bergidik ngeri melihat nasi goreng buatannya netta.
"Ayok di makan ini sangat enak" kata netta tersenyum lebar.
Albert menatap nasi goreng buatan istirnya tanpa minat. Melihat tatapan istrinya yang senang ia tidak tega, dengan terpaksa ia melahapnya baru saja menyentuh lidahnya wajahnya langsung berubah tertekan. Memejamkan matanya menahan asin di mulutnya.
Netta menatap albert. "Bagaimana enak, kan?" Tanya netta antusias.
Albert membuka matanya mengangguk cepat. "E-enak banget." Jawab albert tidak tega melihat istrinya yang penuh semangat membuat nasi goreng.
Netta bertepuk tangan menoleh menatap danu dan karyawan yang menatap albert prihatin. "Om danu, dan om karyawan, ayok cicipi masakan aku dijamin enak" kata netta tersenyum lebar.
Mereka menggeleng cepat.
Netta cemberut menunduk sedih. "Padahal aku membuat nasi goreng penuh semangat tapi kenapa kalian tidak mau cicipi, aku mau buka restoran makanan nasi goreng, lho, aku butuh komentar dari kalian" cicit netta sedih.
Melihat istrinya sedih Albert menendang kaki mereka berdua membuat mereka berdua kaget, albert menatap tajam Mereka memberi kode kalau mereka harus makan.
Mereka yang takut langsung mengambil sendok menyendok nasi goreng yang sudah mereka ketahui kalau rasanya sangat hancur. Mereka langsung memejamkan matanya menahan asin dan pedas di mulut Mereka.
"Ya Tuhan ini sangat asin" batin mereka.
"Bagaimana rasanya?" Tanya netta menatap mereka.
"Enak. Sangat enak banget tapi lebih enak lagi tidak usah masak ini sangat asin" jawab karyawan memuntahkan nasi goreng di mulutnya meneguk air.
"HWAAA NASI GORENG BUATAN AKU ASIN, SEPERTINYA AKU INGIN MENIKAH LAGI" tangis netta kencang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Fiksi RemajaAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.