7. perkara tour sekolah

12.2K 273 0
                                    

Setelah ujian selesai dan hari libur panjang tiba, netta lebih banyak diam di rumah. Ia sedang memikirkan cara untuk kabur dari sini, walaupun taruhannya nyawanya sendiri. Seperti sekarang ini ia duduk di teras rumah ditemani suaminya yang sedang mengetik di laptop.

Netta menatap lurus depan, otaknya terasa buntu untuk mendapatkan cara kabur dari sini. Apa lagi penjaga rumah suaminya ini sangat ketat.
Bahkan untuk keluar rumah saja netta harus dikawal oleh bodyguard suaminya, sangat menyebalkan.

Netta menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, kakinya ia angkat ke paha Albert. Yang tidak mempermasalahkan perlakukan netta. Ia malah membernarkan posisi kaki netta agar lebih nyaman.

Niat netta ingin membuat kesal albert, malahan ia sendiri yang dibuat kesal oleh ekspetasinya sendiri. "Kenapa enggak marah?" Tanya netta.

Albert mengalihkan pandangannya, menatap netta, satu alisnya terangkat. "Marah?, Untuk apa?" Tanya balik albert.

Netta menggeleng, ia tidak mau keceplosan kalau dirinya berniat ingin membuat albert marah, dan mengusirnya dari rumahnya. netta mengambil biskuit yang sudah disiapkan pelayan, ia melahapnya, dengan harapan akan muncul ide bagus dari otaknya yang sangat minim ini.

"Arghh, kenapa otak aku jadi oon gini" batin netta kesal.

Netta kembali mengambil biskuit, ia menjilat-jilat seperti biasa ia lakukan. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Ia menyodorkan biskuit itu ke mulut Albert. "Aku suapin, Aaaaa" ucap netta.

Albert tersenyum tipis, ia melahapnya dengan santai, walaupun ia tidak suka biskuit. Menurutnya itu makanan bayi. "Makasih" ucap Albert.

"Hahahah. Itu belas aku, om." Tawa netta.

Albert mengangguk "tau, ini bekas bibir dan ludah kamu, kan?" Jawab Albert santai.

Mata netta melotot "ko tau?. Arghhhh pasti udah lihat duluan" teriak netta kesal sendiri.

Albert menahan tawa. "Dari tadi saya lihatin kamu terus, saya pura-pura tidak tau aja. Biar kamu senang" ucap Albert santai.

Netta menatap lekat Albert, ia jadi merasa bersalah, dan merasa durhaka pada suaminya. Ia menunduk sedih. "M-maaf, a-aku tadi cuman bercanda....HWAAAAA" tangis netta pecah.

Albert kaget, kenapa istrinya tiba-tiba menangis seperti ini. "Kamu kenapa nangis?, Kamu sakit? Atau butuh sesuatu?" Panik Albert.

Netta menggeleng ia langsung memeluk tubuh besar Albert. "Maaf, ya, om, tadi netta cuman bercanda ko, netta durhaka banget sama om, netta benar-benar menyesal, hiks" isak netta.

Albert tentu kaget mendapat serangan mendadak, tidak lama sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Ia mengusap punggung netta. "Jangan nangis, saya enggak papa" ucap Albert.

Netta melepaskan pelukannya mendongak menatap Albert dari bawah. "Om enggak marah?" Tanya netta lirih.

Albert menggeleng. "Enggak. Saya bakal marah kalau kamu kabur dari saya" ucap Albert.

Netta mendengus kesal, ia kembali duduk di kursinya menatap lurus depan. "Gimana mau kabur coba, penjaga rumah aja segini banyaknya. Udah kaya pasar aja rame" sahut netta.

Albert terkekeh kecil. "Hehe, bisa aja. Tapi bagus dong. Supaya kamu enggak bisa kabur dari saya" ucap Albert santai.

****

Netta merebahkan tubuhnya di kasur. Menatap langit-langit kamar, ia menoleh kesamping menatap suaminya yang masih sibuk dengan laptopnya di pangkuannya.

Netta menutup paksa laptop Albert, menatap Albert kesal. Albert menoleh menatap netta. "Kenapa?, Kamu mau sesuatu?" Ganga Albert lembut.

obsession devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang