Albert terus merengek meminta maaf pada sang istri, gara-gara teman-temannya istrinya jadi marah padanya, gara-gara mereka juga ia tidak bisa tidur sambil memeluk istrinya, walaupun secara diam-diam.
Netta benar-benar mengabaikan suaminya bahkan sama sekali enggan menatap albert. seperti sekarang ini netta bersiap-siap pergi ke sekolah sebentar pagi ia akan lulus sekolah, rasanya ia tidak sabar menunggu hari kelulusan.
Albert menarik netta menatap netta dengan tatapan dingin, ia kesal dengan istri kecilnya ini kenapa tidak mau memaafkan dirinya, padahal ia sudah berusaha keras untuk dimaafkan netta, hanya masalah kecil menurutnya, tidak pantas netta seperti ini, ia adalah kepala keluarga.
"Apa?" Sentak netta.
Albert yang mendengar suara netta meninggi ia mencengkram pipi netta. "Kau terlalu kekanak-kanakan, masalah kecil kau perbesar, bukankah saya sudah minta maaf sama kamu, tapi kenapa kamu tidak menghargai saya sebagai suami kamu" bentak albert kesal.
Netta tersendat kaget. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan albert yang malah semakin kuat. "S-sakit, om" ringis netta.
Albert berganti mencengkeram rahang netta, ia akan memberikan hukuman supaya istrinya menurut. "Semakin kau memberontak semakin saya menjadi-jadi" ucap albert terkekeh iblis.
Air mata netta menetes ia memejamkan matanya menahan sakit di rahangnya. "Siapapun tolong netta" teriak netta dalam hati.
"Ini terlalu menyakitkan, om, lebih baik om bunuh saya langsung" lirih netta tidak kuat.
Bruk.
Albert mendorong netta sampai terpental jauh. "Jangan sembarang kalau bicara" marah albert. mana mungkin ia membunuh istrinya sendiri, istri tercintanya.
Netta menatap albert sengit. "Kau menculik dan memaksa saya menikah dengan kamu, walaupun saya masih sekolah, dan kau menganiaya saya seperti ini, kau pikir kau siapa, BAJINGAN" marah netta.
Albert terkekeh kecil ia berjalan angkuh menghampiri istrinya. "Jelas kau istri saya, istri sah albert Aleksander, apa kau lupa, sayang?"
"Apa karena saya miskin kau bisa berbuat seperti ini?, Apa karena saya perempuan yang lemah kau bisa jahat seperti ini?" Marah netta.
"Pelan kan suara kamu, saya tidak suka istri saya meninggalkan suaranya didepan saya" marah albert.
Netta mengangguk pelan, ia bukan menurut perintah albert, melainkan ini sudah siang dan ia harus pergi sekolah secepat mungkin. "Saya mau sekolah, seterah kau mau berbuat apa saya tidak takut, dan saya tidak peduli sekalipun taruhan nyawa saya sendiri" ucap netta. Ia langsung berlari keluar rumah meninggalkan albert yang berteriak keras.
***
Netta berjalan menelusuri jalanan yang sepi, hari ini ia kabur dari albert. Sebenarnya albert menjemput dirinya di sekolahan hanya saja ia tidak menghampirinya ia malah putar balik lewat belakang.
Netta kesal dengan dirinya sendiri kenapa ia tidak bisa kabur dari albert, bukan tidak bisa lebih tepatnya selalu gagal dan berakhir tragis. "Balonku ada 5 rupa-rupa warnanya" netta bernyanyi dengan semangat yang tersisa.
"Neng mau kemana?" Tanya dua pria berbadan besar.
Netta menatap dua pria itu ngeri. "Abis pulang sekolah om, kenapa emangnya?" Tanya netta menatap polos dua pria itu yang tersenyum miring.
"Mau kami hantarkan?" Tanya pria itu sambil tersenyum lebar.
Netta menggeleng. "Tidak usah om. Aku abis kabur dari orang jahat, aku juga enggak tau mau pergi kemana" cicit netta. tanpa curiga ia duduk di kursi samping om-om itu sambil menendang krikil.
Dua orang pria itu saling berpandangan satu sama lain. "Kalau gitu ikut bersama kami saja, kebetulan rumah kami kosong" tawar pria itu tersenyum miring.
Nett menggeleng. "Tidak om. Aku bisa sendiri" tolak netta masih berusaha menepis pikiran yang tidak-tidak.
Pria berambut pirang memang pundak netta. "Ikut atau kami bunuh kamu disini" ancamnya tidak sabar.
Netta melotot ia menggeleng takut. "K-kalian p-penjahat?" Tanya netta polos.
"Kalau kamu tidak nurut maka kami jahat, kalau kamu nurut kami tidak jahat" jawabnya tersenyum iblis.
"T-TOLONG, NETTA MAU DI CULIK TOLONG" teriak netta.
Mereka tertawa bersama. "Hahah. teruslah minta tolong, percuma tidak ada orang disini, jalan ini tidak ada orang yang lewat, hahaha" tawa mereka.
Netta menangis takut. "Om, netta anak baik om, netta tidak mau ikut bersama kalian om, hiks" isak netta.
"JANGAN NANGIS"
"Netta takut hiks. Tolong" teriak netta.
Pria berbadan besar ia merebok lengan baju netta paksa. Membuat netta semakin takut, netta terus berteriak minta tolong tapi tidak ada satupun yang menolongnya, dalam hati ia terus berdoa semoga ada orang baik yang menolongnya. Pria berbadan besar baru ingin melepaskan dasi yang melingkar di leher netta tiba-tiba terpental jauh dari hadapan netta.
BUGH.
BUGH.
netta yang awalnya memejamkan mata takut ia membuka matanya menatap kaget pri berbadan besar tergelak. netta membalikkan tubuhnya menatap syok pria yang menatapnya datar, tapi ada tatapan khawatir disana.
"O-om albert" cicit netta.
Dengan air mata yang mengalir deras, dan tubuh yang bergetar takut ia berlari memeluk tubuh albert, ia menangis sejadi-jadinya, memeluk albert erat. "Hiks, om, netta mau diculik, hiks" isak netta.
Albert hanya diam. Ia enggan membalas pelukan netta ia kesal dengan netta, bisa-bisanya kabur darinya, sudah tau kalau ia kabur pasti akan gagal.
"Woy sialan! Siapa lo?" Tanya premen menatap albert tajam.
"Ngapain lo kesini?, Ganggu kesenangan kita berdua aja" marah mereka menatap tajam albert.
Rahang albert mengeras, bisa-bisanya dua orang ini berkata seperti itu, apalagi pada istrinya, albert melepas paksa pelukan netta, mendorong pepan netta menjauh dari mereka. "Kau berani sekali berkata seperti itu, apa kalian tidak takut dengan saya?" Tanya albert tersenyum miring.
Mereka saling berpandangan satu sama lain. "Hahah. Kami tidak perlu identitas lo, kami tidak ingin mengotori tangan kami untuk membunuh lo, sekarang, kau kembali gadis cantik itu atau kau kami bunuh" ancam pria berbadan besar.
Albert maju ia menatap tajam mereka berdua, tatapan yang mampu membuat mereka sedik takut. "Kalau saya tidak mau, kalian bisa apa?" Tanya albert.
Pria berambut ikat kesal. "Begini saja serahkan gadis itu kita bersenang-senang bersama, bagaimana?" Tawarnya tersenyum miring.
Rahang albert mengeras ia tidak terima, dengan tatapan yang tajam, rahang yang mengeras, tangan yang mengepal kuat otot-otot menonjol.
BUGH
BUGH
BUGH
BUGH"BERANI SEKALI KAU BERKATA SEPERTI ITU PADA ISTRI SAYA, KAU PIKIR ISTRI SAYA WANITA MURAHAN, KAU PIKIR ISTRI SAYA BAHAN PELEPAS HASRAT KALIAN, HAH!" bentak albert terus memukul wajah mereka bruntal.
Netta yang melihat albert begitu marah ia semakin takut, bagaimana kalau ia akan seperti mereka, dipukul sampai berdarah-darah, atau bahkan sampai mati dengan keadaan mengenaskan.
"Om sudah, mereka bisa mati" teriak netta tidak sanggup melihat adegan yang mengerikan.
Albert yang melihat lewatnya tidak berdaya ia menyudahi acaranya ia meludahi wajah mereka yang babak belur. "Ini belum selesai, dan belum seberapa, aku akan menemui kalian berdua nanti" ucap albet.
Netta kembali memeluk albert ia takut. "Hiks, om, netta takut om, hiks" isak netta Sebelum tidak sadarkan diri.
Albert menunduk menatap netta yang pingsan. "Sial!" Umpat albert membopong tubuh netta membawanya ke mobil yang lumayan jauh dari sana. Ia bersumpah akan menghabisi dua preman yang tidak ada apa-apanya itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.