Netta sadar dari pingsannya ia menatap sekeliling kamar yang menatapnya dengan tatapan khawatir, sungguh hari ini tubuhnya terasa lemas, kepalanya terasa pusing, perutnya masih mual.
Netta memejamkan matanya ia menoleh menatap albert yang menatapnya dengan tatapan khawatir, netta menatap tangannya yang diinfus, ia meringis melihat jarum, ia phobia dengan jarum sangat takut.
Dulu waktu kelas satu SMA di sekolahnya ada vaksin, ia kabur sekolah lewat belakang, dan untungnya ada salah satu murid yang melihat netta kabur dan langsung memberitahu guru, dan berakhir kena hukuman.
"Sayang kamu enggak papa?" Tanya albert mengelus tangan netta yang tidak diinfus.
Netta menggeleng pelan. "A-aku kenapa?" Tanya netta lirih.
Sudut bibir albert terangkat membentuk senyuman manis, siapapun yang melihat senyuman albert pasti orang itu akan terhipnotis, termasuk netta yang buru-buru memalingkan wajahnya ia bisa jatuh cinta dengan suaminya.
"Kamu h-hamil sayang" jawab albert.
DEG.
Jantung netta berdenyut cepat, tubuhnya menegang, aliran darahnya Seakan berhenti begitu saja. netta menggeleng cepat. "O-om b-bohong, kan?, Jangan bercanda aku tidak suka" kesal netta.
Albert menggeleng. "Aku enggak bohong sayang, kamu hamil anak" ucap albert menggenggam tangan netta yang langsung netta tepis.
Netta menggeleng. "JANGAN BOHONG, OM, AKU ENGGAK MUNGKIN HAMIL, AKU MASIH SEKOLAH, AKU BELUM LULUS SEKOLAH" marah netta mendorong tubuh albert.
Delena memeluk tubuh menantunya. "Jangan nangis, harusnya kamu bahagia, sebentar lagi kami akan menjadi orang tua" ucap delena.
Netta mendorong pelan tubuh mertuanya, menatap semua orang yang ada di kamar. "AKU ENGGAK MAU HAMIL, AKU MASIH MAU SEKOLAH, AKU PENGEN KULIAH, AKU PENGEN KAYA ORANG-ORANG, HIKS" isak netta.
Albert menahan tubuh netta yang memberontak, bahkan infus ditangannya sudah lepas, tangan netta mengeluarkan darah dari jarum infusan, Albert yang melihat itu ia langsung merobek bajunya mengikatnya di tangan netta. "Jangan gerak, darah kamu keluar" ucap netta sedikit meninggalkan nada suaranya.
Netta terisak menarik paksa tangan yang sedang albert genggam. "GARA-GARA KAU, AKU JADI HAMIL, AKU TIDAK MAU HAMIL ANAK KAU" teriak netta memukul dada bidang albert keras.
Albert menahan tangan netta menatapnya lekat, menggenggam tangan netta erat. "Jangan seperti ini, tenang saja kamu masih bisa sekolah, bahkan kamu boleh kuliah sampai lulus" ucap albert.
Netta menatap tajam albert. "AKU TETAP ENGGAK MAU, AKU MAU GUGURIN KANDUNGAN INI" ucap netta.
PLAK.
Albert menampar keras pipi netta, membuat semua orang kaget termasuk netta yang langsung memanggang pipinya yang terasa panas, akibat tamparan keras suaminya. "JAGA UCAPAN KAMU NETTA ALEGRIA, JANGAN BERSIKAP SEPERTI ANAK SD, KAU SUDAH DEWASA HARUSNYA KAU PAHAM" bentak albert menatap tajam netta.
Homar menarik tangan anaknya. "Jangan kasar, papah tidak pernah mengajari kami kasar pada wanita, apalagi istri kamu" ucap homar.
Albert menepis tangan papahnya. Ia kembali menatap tajam netta. "Kamu tenang saja, orang lain tidak akan tau kamu hamil, sekalipun mereka tau mereka tidak akan menganggu kamu" setelah mengatakan itu ia langsung keluar kamar, membanting pintu keras.
Delena memeluk kembali menantunya yang terisak-isak. "Mamah tau kam----"
"Aku mau sendiri, kalian keluar" lirih netta melepaskan pelukan mertuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Ficção AdolescenteAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.