Netta menatap langit-langit kamarnya badannya terasa remuk gara-gara digempur suaminya semalaman. Menoleh menatap albert yang masih tidur pulas di sampingnya, kalau sedang tidur seperti ini Albert sangat tampan walaupun tidak ada bedanya saat bangun sama-sama tampan.
Netta mengelus hidung mancung albert, turun ke bibir albert. Mengelus ujung bibir albert. "Om tampan tapi nyebelin" gumam netta.
Sedangkan Albert yang mendengar itu berusaha menahan senyum, sedari tadi ia sudah bangun hanya saja ia berpura-pura masih tidur. "Pujian berujung hinaan" batin albert.
Netta memeluk albert erat menyembunyikannya di leher albert. "Om, maafkan netta yang sering bikin om kesal, marah, kecewa, dan cemburu gara-gara sikap netta yang masih labil ini. Netta tidak tau harus bahagia atau sedih setelah om culik netta dan menjadikan netta sebagai istri. Tapi percayalah netta mencintai om.... walaupun sedikit, hehe" gumamnya yang masih terdengar jelas albert yang tidak bisa lagi menahan senyumnya.
"Saya tau itu" ucap albert mengangetkan netta. "Saya tau kamu cinta sama saya, kamu memang selalu bikin saya kesal tapi kamu juga selalu bikin saya tambah cinta" lanjutnya mengusap pipi netta.
"O-om d-denger?" Tanya netta gugup.
Albert mengangguk. "Janji sama saya jangan tinggalkan saya, dan jangan bikin saya kecewa lagi"
Netta mengangguk pelan. "Enggak bisa janji tapi netta akan berusaha menjadi istri yang baik dan nurut." Kata netta tersenyum lebar.
Albert memeluk netta erat. "Dari banyaknya wanita yang berusaha menggoda saya tapi kenapa saya tidak tergoda sama mereka, eh malah tergoda sama bocil ini" gemes albert mencubit hidung netta gemes.
Netta terkekeh kecil. "Om. Netta mau nginep ke rumah ayah dan ibu, boleh?" Tanya netta.
Albert diam beberapa detik sebelum ia mengangguk pelan. "Boleh, asalkan saya ikut sama kamu" kata albert yang langsung netta angguki.
***
Netta dan albert menatap istrinya yang sedang mengobrol dengan danu yang terlihat sangat asyik. "Om tau tidak waktu aku sekolah dulu aku tidak pernah bolos, aku siswi paling rajin" cerita netta antusias.
"Oh, ya, dapat juara dong?" Tanya danu pura-pura tertarik cerita netta.
Netta menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehe, sayangnya tidak. Aku rajin sekolah tapi aku bodoh" cicit netta sedih.
Danu melirik albert yang menatapnya tajam. Padahal Albert sedang meeting tapi matanya terus mengawasi dirinya. "Eh. Jangan sedih dong kalau soal juara itu tidak terlalu penting yang penting kita sudah berusaha semaksimal mungkin, menang kalah itu hal yang wajar." Kata danu.
Netta menatap danu mengangguk cepat. "Ya. Kata bang ari juga gitu" kata netta tersenyum lebar.
Danu tertarik dengan ucapan netta ia ingin tahu lebih banyak tentang pria yang majikannya ini sebut. "Kalau boleh tau siapa pria yang kamu sebut tadi?" Tanya danu.
"Bang ari" jawab netta sambil melahap es krim.
"Mantan kekasih kamu?" Tanya danu semakin tertarik.
Netta diam beberapa detik sebelum ia menggeleng pelan. "Bukan. Dia itu abang angkat aku, dia yang selalu jagain aku, dia yang selalu menyemangati aku. Dia yang bela aku waktu aku di bully, pokonya bang ari segalanya bagi netta" lirih netta.
Danu mengangguk paham. "Dia tidak pernah menyakiti kamu?" Tanya danu masih penasaran.
Netta menggeleng. "Dia tidak pernah menyakiti aku, dia tidak pernah marah sama aku. Dia juga yang selalu bantu aku jualan di pinggir jalan. Makannya aku sayang banget sama bang ari" jelas netta.
Danu mengangguk ia tidak tega menanyakan Semua tentang pria itu. "Yasudah kamu makan ini semua" ucap danu.
Netta mengangguk. "Masih lama meeting nya?" Tanya netta melirik albert yang masih mengobrol.
Danu menggeleng. "Tidak.....itu sudah selesai" ucap danu menunjuk albert yang berjalan menuju meja mereka.
"Sayang, kita pulang langsung atau mau beli sesuatu dulu?" Tanya albert.
Netta menggeleng. "Mau langsung pulang aja" ucap netta yang langsung albert angguki. Mereka langsung pulang selama diperjalanan pulang netta tidur pulas biasannya netta tidak bisa tidur di mobil begitu lama.
Sekarang ini mereka sedang di luar kota pulang menuju Jakarta."Ngobroi apa aja tadi?" Tanya albert melirik danu yang fokus menyetir.
Danu melirik albert lewat kaca mobil. "Random, tapi tenang saja kami berdua tidak membahas pria lain, ko. Kami membahas film dan masa sekolah dulu" jawab danu sedikit bohong demi kebaikan dirinya dan netta tentunya.
Albert mengangguk percaya. "Danu apakah kamu tidak ada niat untuk menikah? Umur kamu sudah cukup untuk menikah" tanya albert.
Danu terkekeh kecil. "Haha. Pertanyaan tuan sangat mengangetkan saya, saya belum memiliki calon bahkan untuk mencari saja saya tidak sempat. Karena selama 24 jam saya berkerja terus sama tuan" jawab danu terus terkekeh kecil.
"Kau menikah saja dengan adik saya, donita" kata albert santai.
CITTTT...
Danu mengerem mendadak mendengar ucapan albert yang begitu santai. Melirik albert yang menatapnya tajam. "M-maaf, itu lampu merah" ucap danu menuju lampu merah yang menyala.
"Lain kali hati-hati, untung netta tidak kenapa-kenapa" marah albert.
"Maaf tuan" sesal danu.
***
Netta memeluk albert dari belakang membuat sang empu kaget. "Netta mau peluk om" lirih netta.
Albert membalikkan tubuhnya menghadap netta membopong tubuh mungil istrinya agar sejajar dengannya. "Tumben pengen peluk biasanya marah kalau saya peluk" heran albert.
Netta menggeleng pelan menyenderkan kepalanya di dada albert. "Aku juga tidak tau, aku pengen sama om terus" cicit netta.
Albert tersenyum manis ia duduk di kasur menatap netta. "Kalau ada apa-apa cerita sama saya jangan dipendam sendiri" kata albert khawatir netta menyembunyikan sesuatu darinya.
Netta mengangguk lemah. "Ya. Aku tidak memiliki masalah apapun aku cuma mau berduaan sama om" lirih netta.
Albert mengelus rambut netta. "Yasudah kamu lanjut tidur saya mau lanjut kerja dulu" kata albert hendak menurunkan netta dari pangkuannya namun netta semakin erat memeluknya. "Kenapa, hmm?" Tanya albert lembut.
"Jangan kerja dulu aku mau gini terus, tubuh aku rasanya lemas" lirih netta.
Albert langsung memegang kening netta. "Anget, kamu demam ayok kita ke rumah sak---"
"Tidak mau. Aku mau gini aja" tolak netta cepat.
"Tapi kamu demam" khawatir Albert.
Netta turun merebahkan tubuhnya di kasur menarik selimut Sampai perut. "Aku cuma butuh istirahat abis itu aku sembuh" kata netta mulai memejamkan matanya.
Albert menatap netta yang terlihat pucat. "Saya khawatir kamu kenapa-kenapa lebih baik kita priksa saja"
Netta menggeleng lemah. "Aku tidak papa, aku cuma demam dan hanya butuh istirahat setelah itu aku sembuh om jangan khawatir gitu.....HUEKK"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.