Mereka sudah sampai di Indonesia albert mengelus pipi netta menciumnya gemes, sang empu hanya diam tekadnya sekarang ini ia akan berusaha untuk mencintai suaminya sepenuhnya. netta tersenyum tipis saat albert mencium singkat bibirnya.
Netta fokus menonton film si kembar dua botak yang tidak tumbuh-tumbuh. Masih menjadi misteri kenapa mereka berdua tidak tumbuh besar. Netta menoleh menatap suaminya yang kembali fokus mengetik di laptop.
"Om" panggil netta.
Albert menutup laptopnya yang baru ia buka. "Kenapa?" Tanya albert tersenyum tipis.
Netta menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung. "K-kalau a-aku mau kuliah om mengizinkan, tidak?" Tanya netta hati-hati.
Albert cukup kaget mendengar permintaan istrinya. "Kamu ingin kuliah?" Tanya albert memastikan.
Netta mengangguk pelan. "I-iya. A-aku ingin merasakan k-kuliah tapi....kalau om tidak mengizinkan juga tidak papa" kata netta tersenyum tipis.
Albert diam beberapa saat sebelum ia beranjak dari duduknya. "Sebentar, saya pikirkan dulu kamu tunggu di sini. Jangan kemana-mana" setelah mengatakan itu albert langsung pergi meninggalkan netta yang kebingungan.
"Parah sih kalau enggak boleh, maksud aku bicara kaya tadi itu biar dia mengizinkan. Akting aku tuh" cicit netta.
Albert menghampiri bi ajeng yang sedang menyetrika pakaian netta. "Bi, sibuk, ya?" Tanya albert duduk di samping bi ajeng.
Bi ajeng menoleh kaget, mengelus dadanya. "Astaga! Den al, ngagetin bibi ajak" kata bi ajeng.
Albert tersenyum tipis. "Bi al mau minta pendapat sama bibi boleh?" Tanya albert menatap lekat wanita paruh baya dihadapannya.
Bi ajeng mengangguk, mencabut kabel setrikaan. "Boleh, asalkan jangan minta pendapat soal hukum-hukuman buat non netta, bibi tidak mau dan tidak sanggup" kata bi ajeng.
Albert terkekeh kecil. "Haha Enggak dong." Kekeh albert.
"Terus apa?" Tanya bi ajeng.
"Netta ingin kuliah, tapi. Albert masih takut" cicit albert bingung.
Bi ajeng mengangguk paham. "Bibi tau perasaan den al, menurut bibi izinkan saja. supaya non netta tidak merasa tertekan tinggal bersama den al, kasihan dia masih terlalu muda untuk den al atur-atur sesuai keinginan den"
Albert menarik napas panjang. "Kalau netta kabur, atau punya pacar di kampus bagaimana?" Lirih albert.
Bi ajeng mengelus rambut albert. Tidak ada yang berani menyentuh albert kecuali, kedua orang tuanya, istrinya. Dan bi ajeng. "Den. Jangan takut berlebihan seperti itu, den al bisa awasi non netta dari kejauhan tanpa sepengetahuan non netta. Den bisa tegaskan sama non netta kalau dia tidak boleh memiliki hubungan dengan pria lain"
Albert mengangguk paham. "Terimakasih. Kalau gitu al izinkan netta kuliah" setelah mengatakan itu ia langsung beranjak dari duduknya.
Albert duduk kembali ke tempat duduknya, menatap netta. "Kamu boleh kuliah dengan syarat kamu tidak boleh dekat-dekat pria lain, kamu tidak boleh bercanda dengan pria lain, tidak boleh senyum sama pria lain." Posesif albert.
Netta yang mendengar persetujuan suaminya ia langsung memeluk albert. "Om serius mengizinkan aku kuliah?, Om serius?" Tanya netta masih tidak percaya.
Albert mengangguk. "Hm. Asalkan kamu menuruti perintah saya, soal kampus biar saya yang pilihkan. Kamu mau ambil jurusan apa?" Tanya albert.
"Bisnis, aku mau jadi wanita bisnis" jawab netta cepat.
Albert tersenyum lebar. "Bagus. Kamu bisa belajar dari suami kamu" kata albert.
KAMU SEDANG MEMBACA
obsession devil [TAMAT]
Teen FictionAlbert Aleksander pria berusia 30 tahun terobsesi dengan gadis berusia 18 tahun, yang selama ini ia jaga secara diam-diam. "kau gadisku, dan kau milikku netta Alegria" Albert Aleksander.